Liga Champions

Nostalgia: Ketika Mukjizat Anfield Itu Nyata

Yusuf AbdillahYusuf Abdillah - Selasa, 07 Mei 2024
Nostalgia: Ketika Mukjizat Anfield Itu Nyata

BolaSkor.com - Pada 7 Mei 2019, Liverpool di bawah asuhan Jurgen Klopp berani memimpikan sesuatu yang tampaknya mustahil dan berusaha mewujudkannya.

Dengan defisit 0-3 di leg pertama melawan Barcelona yang tangguh, The Reds bangkit untuk mengamankan tempat mereka di final Liga Champions untuk tahun kedua berturut-turut.

Klopp tampaknya telah bersiap untuk eliminasi di semifinal, mengakui bahwa setiap tim "harus bermain sempurna" untuk mengalahkan Barcelona.

Jika kemenangan 4-0 mereka tidak terasa seperti mimpi, itu karena kesempurnaan seringkali hanya ada dalam mimpi. Namun, ini adalah kenyataan.

Baca Juga:

Virgil van Dijk Ingin Jadi Bagian dari Transisi Liverpool Selepas Era Jurgen Klopp

Arne Slot Bawa Dua Pemain Feyenoord ke Liverpool

Segera Latih Liverpool, Arne Slot Ingin Bicara dengan Jurgen Klopp

Beban yang dihadapi Liverpool begitu berat sehingga Klopp telah merencanakan cara terbaik untuk menerima kekalahan. Dalam konferensi pers sebelum pertandingan, ia menyarankan agar timnya setidaknya "gagal dengan cara yang paling elegan".

Dia juga meminta "pesta sepak bola" di Merseyside, dan banyak suporter yang berkumpul di luar stadion sebelum pertandingan dengan senang hati memenuhi permintaan tersebut.

Kemenangan atas Newcastle United dalam persaingan ketat untuk gelar Premier League telah membantu para suporter mengatasi kekecewaan dari hasil di Camp Nou. Suasana di sekitar Anfield sebelum pertandingan menunjukkan bahwa mereka akan menikmati setiap momen, meskipun banyak rintangan yang tampak tak teratasi.

Namun, tidak ada yang benar-benar bisa membayangkan apa yang akan terjadi. Tidak ada yang benar-benar percaya di luar ruang ganti Liverpool bahwa keajaiban akan terjadi malam itu.

Ini adalah Barcelona. Ini adalah Lionel Messi. Satu gol dari sang juara LaLiga akan membuat yang mustahil menjadi lebih mustahil lagi.

Absennya Mohamed Salah dan Roberto Firmino, yang sangat dibutuhkan Liverpool untuk mencetak gol, membuat kemungkinan itu tampak lebih kecil lagi.

Ini semua menunjukkan bahwa pendekatan yang paling masuk akal bagi suporter Liverpool adalah memelihara secercah harapan dan melihat seberapa jauh itu dapat membawa mereka sebelum akhirnya padam.

Hanya butuh tujuh menit bagi gol pembuka Divock Origi untuk mengubah secercah harapan menjadi bara keyakinan. Dua menit setelah babak kedua dimulai, di tengah atmosfer Anfield yang membara, dua gol Georginio Wijnaldum menyalakan api.

Gol ketiga hanya membuat skor agregat imbang. Perpanjangan waktu tampaknya akan terjadi, mungkin juga adu penalti. Lagi pula, Barca hanya perlu satu gol untuk membuat Liverpool harus mencetak dua gol lagi.

The Reds berada di ambang kebangkitan terhebat mereka, atau sebaliknya kekecewaan yang paling menyakitkan.

Saat Anfield bergemuruh, Barcelona tergoyahkan, dan Liverpool mendominasi, kecerdikan Trent Alexander-Arnold dalam situasi tendangan sudut memungkinkan Origi untuk memberikan sentuhan akhir.

Di tengah kekacauan selebrasi yang mungkin akan memukau bahkan bagi penonton yang netral sekalipun, pandangan sekilas ke papan skor mengungkapkan sebuah kenyataan yang luar biasa: Liverpool 4-0 Barcelona.

Di Anfield, mukjizat itu memang nyata.

Liga Champions Liverpool Barcelona Breaking News
Ditulis Oleh

Yusuf Abdillah

Posts

6.262

Bagikan