Cerita Terbentuknya Madura United: Dari Degradasi hingga Akuisisi PBR
BolaSkor.com - Pertandingan Persepam Madura United kontra Persipura Jayapura pada 5 September 2014, tentu tidak akan pernah dilupakan Achsanul Qosasi. Pria asal Sumenep tersebut harus merasakan pahitnya degradasi sebagai manajer Laskar Sape Kerrab.
Busari dan kawan-kawan yang hanya butuh hasil seri untuk lolos dari jerat degradasi, sejatinya mampu menahan imbang Persipura 1-1 hingga menit 90. Namun asa itu buyar kala Robertino Pugliara menyelesaikan umpan Ian Louis Kabes di masa tambahan waktu.
Tangis kekecewaan langsung pecah ketika Jerry Elly meniup peluit panjang. Pelatih Arcan Iurie pingsan di atas lapangan, sementara suporter harus memapah Achsanul Qosasi yang tersedu-sedu hingga masuk ruang ganti.
Baca Juga:
Nostalgia - Cerita Transfer Indriyanto dari Arseto Solo ke Pelita Jaya dengan Uang Rp100
Nostalgia - Force Majeure dalam Sejarah Sepak Bola Tanah Air

Akuisisi PBR hingga Terbentuk Madura United
Selepas Indonesia Super League (ISL) 2014 berakhir, pria yang akrab disapa AQ juga terpaksa menyerahkan kepengelolaan Persepam kepada Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan. Namun peralihan tersebut membuat nama Madura United dicopot, jersey loreng diubah dan julukan Persepam diganti, mengingat hak paten ketiganya dimiliki PT. Pojur Madura United (PMU) yang dimiliki oleh AQ.
Dirinya juga harus meninggalkan sepak bola usai terpilih sebagai salah satu anggota Badan Pengawas Keuangan (BPK) periode 2014-2019. Vakum satu tahun dari dunia si kulit bundar, AQ akhirnya menemukan cara untuk bertemu lagi pada "cintanya" tersebut.
AQ mengakuisisi penuh Pelita Bandung Raya (PBR) tepat pada tanggal 10 Januari 2016 yang juga merupakan tanggal kelahirannya dan menunjuk Haruna Soemitro sebagai manajer. Dirinya mengaku sudah lama mengincar sejumlah klub dan PBR memiliki peluang terbesar untuk diboyong ke Madura.
Baca Juga:
Nostalgia - Lahirnya PSSI antara Sepak Bola Rakyat, Perjuangan Bangsa, dan Konflik Politik
Nostalgia - Gelora Dewata, Sentuhan Sepak Bola di Pusat Budaya dan Wisata

Madura United kemudian dipilih menjadi nama klub, dengan harapan bisa menjadi pemersatu masyarakat Madura. Klub-klub yang ada di Madura lebih cenderung membawa nama kota masing-masing, sehingga pendukungnya juga hanya dari kota yang mereka wakili.
Selain nama Madura United, PT. Polana Bola Madura Bersatu (PBMB) yang menjadi pengelola, memilih menggunakan jersey loreng merah putih yang menjadi ciri khas Madura. Julukan laskar sape kerrab juga disematkan kepada tim ini.
"Niat saya hanya satu, memberikan kebanggaan dan hiburan bagi masyarakat Madura. Peralihan nama menjadi Madura United merupakan anugerah bagi masyarakat, suporter, dan para penggemar sepak bola di Madura. Kami bangga dengan nama Madura United,” tuturnya kala itu.
Kini setelah empat tahun berkompetisi di kasta tertinggi sepak bola tanah air, Madura United sudah tak lagi dipandang sebelah mata. Nama-nama beken seperti Greg Nwokolo, Fabiano Beltrame hingga eks West Brownich Albion, Peter Odemwingie, sempat dan masih akan membuat Madura United disegani dan menjadi favorit juara di musim-musim selanjutnya. (Laporan Kontributor Bima Pamungkas/Madura)