Feature

Selamat Ulang Tahun, Internazionale Milano

Johan KristiandiJohan Kristiandi - Sabtu, 09 Maret 2024
Selamat Ulang Tahun, Internazionale Milano
Inter Milan (Twitter Inter)

BolaSkor.com - Mengawali segalanya dari pemberontakan akan ketidakadilan, Internazionale Milano menjelma menjadi klub yang mapan. Inter mengejawantahkan harapan para pendiri pada 116 tahun yang lalu dengan penuh perjuangan. Kini, Nerazzurri adalah bintang yang terang benderang di malam temaram.

Stori Inter Milan bermula lebih dari satu abad. Ketika itu, Milan Cricket and Football Club yang merupakan cikal AC Milan dianggap terlalu berpihak kepada pemain asal Italia dan Inggris.

Asas ketidaksetaraan itu yang membuat Giorgio Muggiani menggulirkan gerakan pembaruan. Bersama 14 rekannya yakni Bossard, Lana, Bertoloni, De Olma, Enrico Hintermann, Arturo Hintermann, Carlo Hintermann, Pietro Dell'Oro, Hugo dan Hans Rietmann, Voelkel, Maner, Wipf, serta Carlo Arduss, Muggiani mendirikan FC Internaziole Milano pada 9 Maret 1908.

Baca Juga:

Inter Milan Sudah Tepat Memilih Simone Inzaghi sebagai Pelatih

Inter Milan, Tim Tertajam di Lima Liga Top Eropa

3 Bukti Kehebatan Steven Zhang dalam Memimpin Inter Milan

Muggiani yang juga menekuni karier sebagai pelukis turun langsung menggambar simbol Inter Milan. Ia berharap Inter menjadi klub besar di masa depan yang dengan tangan terbuka menerima pemain dari seluruh penjuru dunia.

Harapan tidak hanya sekadar harapan. Para penerus Muggiani mengemban prinsip tersebut hingga saat ini. Bahkan, Inter menegaskan jika mereka adalah Brothers of The World.

Buktinya, para pemain di luar Italia, seperti Lothar Matthaus, Javier Zanetti, Luis Nazario Ronaldo, dan Dejan Stankovic terpatri dalam hall of fame Inter Milan.

Selain itu, Inter juga merangkul anak-anak di seluruh dunia melalui Inter Campus. Anak-anak tersebut bisa merasakan bagaimana kehangatan Inter dalam menerima semua pihak tanpa membedakan suku, ras, negara, dan agama.

Kisah heroik di atas tidak akan membuat Inter menjadi klub elite dunia jika tidak ada prestasi. Hebatnya, prinsip dan prestasi berjalan beriringan.

Bukan katak dalam tempurung, kini Inter adalah satu di antara klub terkuat di Italia, bahkan Eropa. La Benemata punya sejarah panjang yang membuat setiap lawan bergidik.

Sebab, hanya dua tahun setelah didirikan, Inter berhasil memutus dominasi Milan di Italia. Inter menjadi juara bersama sang kapten, Virgilio Fossati.

Inter juga menancapkan kukunya di Eropa. Nerazzurri merengkuh trofi Liga Champions pertama kalinya pada 1964 setelah menekuk Real Madrid di laga puncak.

Keberhasilan itu tidak terlepas dari racikan taktik Helenio Herrera. Bahkan, satu musim berselang, Inter kembali menjadi juara usai membungkam Benfica di Milan. Dengan prestasi tersebut, muncul julukan La Grande Inter atas hegemoni sebagai klub terkuat di Eropa.

Inter kembali berdiri di puncak Eropa pada musim 2009-2010. Saat itu, Jose Mourinho yang berada di belakang kemudi. Bahkan, prestasi lebih mentereng karena Inter menjadi tim Italia pertama dan satu-satunya hingga saat ini yang sukses meraih treble winner.

Namun, pelaut hebat tidak tercipta dari laut yang tenang. Ada hujan besar sebelum datangnya pelangi.

Hal itu juga dirasakan Inter Milan. Sebagai sebuah klub, Inter mencicipi pasang surut. Inter tidak selalu di atas, melainkan juga berada di bawah, meskipun tidak pernah menginjak Serie B.

Satu di antara masa-masa sulit Inter adalah pada akhir kepemimpinan Massimo Moratti. Rasa cinta yang terlampau besar kepada Inter membuat Moratti kerap gelap mata. Ia merasa telah melakukan yang terbaik, tetapi keputusan tersebut berdampak buruk di masa depan.

Karena terlalu sering mendapatkan suntikan dana dari Moratti, neraca keuangan Inter jadi tidak sehat. Inter pun menjadi langganan mendapatkan hukuman Financial Fair Play.

Sadar Inter terancam hancur, Moratti pun merelakan yang tersayang pindah ke pangkuan orang lain. Ia menjual sahamnya ke pengusaha asal Inter Milan, Erick Thohir.

Berpisah dengan Moratti pun terasa berat bagi sebagian suporter Inter. Moratti bak bapak yang bersedia melakukan apa pun asalkan sang anak bahagia.

View this post on Instagram

A post shared by Inter (@inter)

Kedatangan Thohir menjadi angin segar. Namun, masa transisi tetaplah sulit dilewati. Inter kerap salah jalan, seperti dalam pembelian pemain.

Dari rentetan kesalahan itu Inter semakin solid. Manajemen Inter mulai diambil alih para profesional. Meskipun terasa tidak ada ikatan batin, tetapi cara tersebut adalah yang terbaik bagi klub untuk lebih ulung.

Setelah dirasa cukup, Thohir memilih melego Inter ke perusahaan asal China, Suning Grup. Hingga saat ini, Suning masih memegang kendali Inter. Zhang Jindong memercayakan Inter dikelola sang anak, Steven Zhang.

Perlahan dan pasti, Inter bangkit dari keterpurukan. Gelar Scudetto pada musim 2020-2021 adalah indikasinya. Selain itu, Il Biscione juga menembus final Liga Champions pada musim lalu.

Kini, di bawah komando Simone Inzaghi, status Inter sebagai satu di antara klub terkuat di Eropa telah kembali. Usai meraih beberapa trofi piala domestik, target berikutnya adalah memenangi Serie A musim ini. Mimpi semakin dekat jadi kenyataan karena Inter unggul 15 poin dari Juventus yang ada di peringkat kedua.

Fondasi kuat yang kini dimiliki Inter juga tidak terlepas dari keberadaan Giuseppe Marotta di balik kemudi manajemen. Ia membuat Inter berjaya tanpa harus mengeluarkan banyak biaya.

Jika berhasil juara, Inter akan melewati catatan gelar Serie A sang kakak, AC Milan. Selain itu, akan ada dua bintang pada jersey Lautaro Martinez dan kawan-kawan.

Hebatnya, apa yang diraih Inter Milan saat ini bukanlah hasil dari kecurangan. Saat kasus Calciopoli menerpa sepak bola Italia pada 2006, Inter menjadi pesaing gelar yang tidak terbukti bersalah. Sementara itu, Juventus dan AC Milan secara sah di mata hukum telah melakukan kecurangan.

Karena tidak terlibat dalam mengatur skor, Inter pun berhak atas trofi juara yang sebelumnya diraih Juventus.

Melihat keputusan yang menguntungkan sang rival, Juventus ogah tinggal diam. Bianconeri berulang kali mengajukan banding. Bahkan, pada 2019 jumlahnya sudah menyentuh 30 kali.

View this post on Instagram

A post shared by Bolaskor.com (@bolaskorcom)

Namun, apa yang didapatkan Juventus hanyalah gigit jari. Pengadilan setempat menyatakan La Vecchia Signora merupakan satu di antara dalang di balik pengaturan skor. Inter pun berulang kali terbukti tidak bersalah di mata hukum.

Dengan segala hal yang terjadi, apa yang dilalui Inter dalam 116 tahun terakhir adalah jalan yang berliku. Sering kali Inter terjatuh ketika melewati tikungan penuh batu. Namun, menyerah bukanlah pilihan, Inter bangkit dan berdiri tegak hingga meraih apa yang dituju.

Buon Compleanno, Internazionale Milano!

Inter Milan Breaking News Serie a
Ditulis Oleh

Johan Kristiandi

Life is too short, but i will live for you.
Posts

14.604

Bagikan