Bersaing dan Saling Hormat, Uniknya Hubungan Klopp dan Guardiola

Yusuf AbdillahYusuf Abdillah - Sabtu, 09 Maret 2024
Bersaing dan Saling Hormat, Uniknya Hubungan Klopp dan Guardiola
Jurgen Klopp dan Pep Guardiola (premierleague)

BolaSkor.com - Setelah Liverpool memenangkan final Liga Champions pada 2019, Jurgen Klopp berada di dalam Stadion Wanda Metropolitano Madrid mencoba untuk meminum bir sebagai perayaan. Saat dia masuk ke ruang ganti, kepala fisioterapis Liverpool, Lee Nobes, menyerahkan ponsel

“Saya melihat ke layar dan tertulis ‘Pep’,” ungkap Klopp kemudian. Dia mengira itu adalah asistennya, Pep Lijnders. “Baru ketika saya mulai berbicara, saya menyadari bahwa itu adalah Pep yang lain,” kata Klopp dikutip The Telegraph.

“Pep lain” itu adalah Pep Guardiola. Nobes sebelumnya memang bekerja di Manchester City. Meski Klopp tidak tahu siapa yang menelepon siapa, Guardiola ingin berbicara dengannya untuk menyampaikan ucapan selamat.

Hampir lima tahun berlalu, mereka kembali bersaing memperebutkan gelar Premier League. Ini akan menjadi momen yang luar biasa mengingat bias jadi menjadi pertemuan terakhir mereka di kasta tertinggi Inggris.

Baca Juga:

5 Duel Liverpool Vs Manchester City yang Mengesankan di Premier League

Mikel Arteta Akan Menikmati Duel Liverpool Vs Manchester City

Haaland Respons Komentar Alexander-Arnold soal Kesuksesan Manchester City

Kedua pelatih ini memang memiliki hubungan unik. Di tengah puncak persaingan, apakah Arsene Wenger menelpon Sir Alex Ferguson atau Jose Mourinho menelpon Rafael Benitez sedemikian rupa? Atau memang Mourinho menghubungi Guardiola saat mereka berhadapan di Spanyol?

“Mereka (Klopp dan Guardiola) juga punya ego tapi bedanya mereka saling menghormati karena mereka tahu betapa bagusnya satu sama lain,” kata seorang sumber The Telegraph.

Namun yang lebih luar biasa lagi adalah ini bukanlah hal yang aneh. Guardiola dan Klopp saat ini masih berbicara “sekali-sekali”.

Ada rasa saling menghormati yang mendalam antara dua manajer terhebat di generasi mereka, yang saling mengakui satu sama lain. Hal itu lahir dari apa yang mendorong mereka berdua: sepak bola. Bukan urusan di luar lapangan, bukan kritik, dan politik.

“Jurgen membuat dunia sepak bola menjadi tempat yang lebih baik,” kata Guardiola.

“Anda tidak perlu bersikap tidak hormat hanya karena Anda adalah rival,” ujar Klopp.

Rasa saling hormat kembali terasa jelang keduanya beradu taktik di Anfield. “Saya tahu ada rasa hormat di sana. Kami telah melakukan pembicaraan. Panggilan telepon. Hal-hal seperti itu di momen yang berbeda. Dia melewati masa sulit. Saya melewati masa sulit," ujar Klopp.

“Selagi kami bertugas di klub masing-masing, mengapa tidak menjalin persahabatan atau hubungan? Setelah itu jika kita bertemu dan menengok ke belakang maka akan banyak hal yang bisa kita share."

Menjadi Lebih Baik

Keduanya menyadari bahwa mereka telah mendorong satu sama lain. Mereka telah membuat satu sama lain lebih baik.

Hubungan Klopp dan Guardiola memang unik. Bahkan lebih luar biasa mengingat rivalitas yang telah berkembang antara kedua klub selama bertahun-tahun mereka bertugas. Keduanya tidak sungkan melontarkan pujian.

Dalam serial dokumenter “All or Nothing” yang dirilis akhir tahun, Guardiola membuat pengakuan yang terbilang mengagetkan para pemainnya. “Para penyerang Liverpool bagus. Mereka membuat saya takut, mereka berbahaya. Saya bersungguh-sungguh,” katanya.

Kedua manajer pertama kali berhadapan 11 tahun yang lalu, pada 2013, ketika Guardiola mengambil alih Bayern Munchen dan bermain melawan Borussia Dortmund asuhan Klopp di Piala Super Jerman pada pembuka musim yang berakhir dengan kemenangan 4-2 untuk Dortmund.

Memang benar, meski Guardiola memenangkan dua gelar liga dan piala musim itu, unggul 19 poin atas Dortmund, dan mengalahkan mereka di final DFB Pokal, serta meski jumlah trofinya di dekade berikutnya jauh melebihi milik Klopp, Guardiola punya rekor inferior melawan Klopp.

Mereka telah saling berhadapan sebanyak 29 kali. Klopp mencatat 11 kemenangan dan Guardiola dengan 10 kemenangan. Sepertinya Cara bermain Klopp sangat cocok untuk menghentikan gaya bermain yang diinginkan Guardiola.

Tiba di Jerman dan menghadapi Klopp menjadi sebuah kelegaan dan kejutan yang menyenangkan bagi Guardiola yang beberapa waktu sebelumnya mengaku telah lelah, secara fisik dan mental, oleh persaingan buruk yang coba dilakukan Mourinho di LaLiga.

Media di Spanyol menyebut persaingan Pep dengan Mourinho sangat buruk. Itu seperti perang: Catalonia/Spanyol, Barca/Madrid, Leo/Cristiano, Pep/Mourinho. Meski demikian, diakui atau tidak Klopp adalah rival terberatnyya.

Setelah cuti panjang Guardiola menghadapi seseorang seperti Klopp sungguh menyegarkan. Bersama Mourinho, semuanya terjadi di luar lapangan. Dia tidak pernah berbicara tentang taktik. Dengan Pep dan Klopp biasanya mereka berbicara tentang sepak bola. Mereka juga memiliki hubungan yang sopan karena mereka sangat menghormati diri mereka sendiri, dan juga satu sama lain.

Yang juga menarik adalah bahwa masing-masing manajer telah membuat manajer lainnya menjadi lebih baik. Bagaimana masing-masing menghadapi tantangan dengan mengadaptasi taktik mereka. Seiring jalannya waktu, adaptasi permainan dilakukan keduanya.

Klopp meninginkan lebih banyak kontrol, menginginkan lebih banyak penguasaan bola, dan yang terpenting merombak lini tengahnya musim panas lalu. Sementara Guardiola telah memadukannya penguasaan bola dengan lebih banyak permainan direct, terutama sejak kedatangan Erling Haaland.

Klopp mendorong Trent Alexander-Arnold dari bek sayap ke lini tengah, setelah sebelumnya Guardiola melakukan hal serupa dengan Joao Cancelo.

Tidak pelak lagi, laga di Anfield akan menjadi spesial. Karena dunia akan menyaksikan keduanya berada untuk terakhir kalinya di Premier League, paling tidak hingga Klopp memutuskan untuk kembali melatih.

Di antara keduanya, mereka memiliki total poin terbesar dalam sejarah Premier League. Di musim 2018-19, tim asuhan Klopp memperoleh 97 poin, total poin tertinggi keempat yang pernah dikumpulkan, namun hanya cukup untuk menempati posisi kedua, di belakang City dengan 98, poin tertinggi ketiga dalam sejarah.

Apapun yang terjadi di Anfield pada hari Minggu, jangan berharap Klopp atau Guardiola akan saling menyerang. Jika mereka melakukannya, hal itu akan benar-benar di luar karakter hubungan mereka dan akan menunjukkan betapa besarnya tekanan yang mereka alami.

“Dia mengatakan kepada saya bahwa ketika tidak lagi memimpin klub mana pun, kami dapat duduk bersama dan minum segelas anggur, meskipun saya bukan peminum berat anggur,” kata Klopp.

Premier League Liverpool Manchester City Jurgen Klopp Pep Guardiola Breaking News
Ditulis Oleh

Yusuf Abdillah

Posts

6.117

Bagikan