Filosofi Andrea Pirlo: Lebih Baik Kalah ketimbang Bermain Bertahan Sepanjang Laga
BolaSkor.com - Karier awal kepelatihan Andrea Pirlo tak berjalan baik di Juventus, meski begitu itu menjadi pembelajaran yang bagus bagi mantan maestro lapangan tengah permainan Italia tersebut. Filosofi sepak bola Pirlo pun tidak berubah karenanya.
Pelatih berusia 42 tahun semusim membesut Il Bianconeri pada 2020-2021 menggantikan Maurizio Sarri. Pirlo melatih tim utama setelah sebelumnya ditunjuk membesut tim U-23 Juventus.
Pada awalnya Pirlo menerima nilai 107 dari 110 mengenai 30 lembar tesis yang dibuatnya dengan judul "Sepak Bola yang Saya Inginkan". Legenda AC Milan dan Juventus itu terinspirasi dengan Barcelona-nya Johan Cruyff serta Pep Guardiola dan juga Louis van Gaal di Ajax Amsterdam.
Akan tapi sepak bola tidak semulus teori yang dimilikinya. Kendati berhasil mempersembahkan titel Coppa Italia dan Piala Super Italia, Pirlo tetap dipecat di akhir musim dan digantikan oleh Massimiliano Allegri.
Baca Juga:
Mengenang Aksi Terbaik Para Gelandang Papan Atas di Piala Eropa
Nostalgia - Ketika Penalti Panenka Andrea Pirlo Mengubah Segalanya
Massimiliano Allegri Kembali ke Juventus, Gantikan Andrea Pirlo
Pirlo kehilangan pekerjaannya karena tak mampu membawa Juventus tampil konsisten di Serie A, tersingkir dini di Liga Champions, hingga akhirnya gagal meraih Scudetto untuk ke-10 kali beruntun.
Meski mendapatkan pengalaman berharga dari masanya melatih Juventus itu, Pirlo sama sekali tak mengubah filosofinya akan sepak bola ofensif. Dia bahkan menilai lebih baik kalah dalam sebuah pertandingan ketimbang bermain bertahan dan mengandalkan serangan balik.
“Anda memiliki pelatih muda yang ingin melakukan sesuatu yang berbeda,” Pirlo menjelaskan dikutip dari Football-Italia. “Bagi saya, sepak bola menuju ke arah itu. Guardiola telah menunjukkan itu selama beberapa tahun terakhir."
“Jika Anda tidak mengontrol permainan, sulit untuk berpikir Anda akan memenangkannya. Tentu saja, mungkin ada saat-saat ketika Anda memiliki 90 persen bola dan membiarkan satu-satunya tembakan tepat sasaran lawan Anda, tetapi saya lebih suka kalah dengan cara itu daripada menghabiskan seluruh permainan mempertahankan area penalti saya sendiri, mencoba mencetak gol pada serangan balik."
Belajar dari Pengalaman
Pirlo bercerita pengalamannya melatih Juventus musim lalu, di musim sulit dengan padatnya jadwal dan fakta tim bermain tanpa dukungan fans di stadion karena pandemi virus corona.
“Saya tidak akan mengubahnya (filosofi bermain) karena beberapa hasilnya tidak bagus. Itulah yang saya pikirkan tentang permainan – bermain dari belakang, berusaha menjaga bola, mendapatkan kembali penguasaan bola secepat mungkin."
“Banyak tergantung pada pemain yang Anda miliki untuk Anda dan apa yang mereka memungkinkan Anda lakukan. Pemain jauh lebih penting daripada pelatih. Pelatih yang harus beradaptasi.”
"Saya belajar banyak. Itu adalah pengalaman pertama saya sebagai pelatih, tapi itu sangat intens karena kami memulai musim dengan hanya satu pertandingan persahabatan."
“Semuanya berjalan sangat cepat. Kami bermain setiap tiga hari, tanpa penggemar, tanpa bisa pulih dan tanpa bisa berlatih dan bersiap untuk pertandingan berikutnya. Sulit untuk mencoba sesuatu yang baru. Pemulihan lebih penting," urai pemenang Piala Dunia 2006 itu.
Arief Hadi
15.875
Berita Terkait
Jadwal Live Streaming Liga Champions Bodo/Glimt vs Juventus, Kick-off Rabu (26/11) Pukul 03.00 WIB
Jelang HUT Ke 97, Persija Luncurkan Buku Foto Bertajuk We Rise Again
Asisten Arne Slot di Liverpool Disebut Masuk Daftar Kandidat Pelatih Timnas Indonesia
Persija vs PSIM di SUGBK, 29500 Tiket Sudah Terjual
Persija vs PSIM, Rizky Ridho Ungkap Penyesalan karena Absen Akibat Akumulasi Kartu Kuning
Fans MU Merapat, Cuma Main eFootball Bisa Nonton Langsung di Old Trafford
Stamford Bridge Panggung yang Tepat untuk Barcelona Buktikan Kemampuan
Liga Champions: Bahkan Melawan Bodo/Glimt, Juventus Merasa Inferior
Enzo Maresca Sebut Resep Chelsea untuk Meredam Gaya Bermain Barcelona
Pemain Everton Kena Kartu Merah karena Berkelahi dengan Rekan Satu Tim, Ruben Amorim Iri