Wolverhampton Wanderers, Serigala Penerkam Klub-klub Besar Premier League
BolaSkor.com - Seluruh mata terfokus kepada Manchester United dan laga tandang mereka, serta Ole Gunnar Solskjaer, jelang perempat final Piala FA di Stadion Molineux, markas Wolverhampton Wanderers, Minggu (17/3) pukul 02.55 dini hari WIB.
Namun, sebagian besar di antara mereka lupa jika tuan rumah bukanlah sembarang tim. Jika ada tim yang layak disebut sebagai kuda hitam sesungguhnya musim ini di ajang Premier League, maka tim itu adalah Wolverhampton Wanderers.
Wolves meraih 10 poin dari sembilan laga melawan klub-klub enam besar Premier League musim ini. Catatan itu sudah melebihi 14 klub papan bawah klasemen. Perbandingan singkatnya bisa dilihat dari Everton yang meraih dua poin, Bournemouth dan Watford yang meraih tiga poin dari pertemuan melawan enam tim papan atas.
Wolves menang dua kali dan imbang empat kali melawan enam tim papan atas Premier League. Wolves juga yang menyingkirkan Liverpool dalam perjalanan menuju perempat final. Apalagi syarat yang dibutuhkan untuk jadi tim kuda hitam?
Baca Juga:
Efisiensi Taktik Nuno Espirito Santo Kala Sepak Bola Sarriball Jadi Membosankan
6 Musisi Top Penggemar Sepak Bola dan Klub Favoritnya
Prediksi Wolves Vs Man United: Modal Bagus Laga Tandang Setan Merah

"Kami punya kesuksesan melawan tim-tim besar. Kami tahu kami bisa bermain dan memenangi laga (kontra United), tapi kami juga tahu betapa sulitnya hal tersebut diraih. Kami tahu harus dalam kondisi terbaik untuk sampai ke semifinal," papar pemain yang sudah mencetak enam gol musim ini dengan Wolves, Diogo Jota.
Bermodalkan taktik 3-5-2, Wolves punya fleksibilitas dalam permainan mereka. Wolves bisa bermain ofensif dengan operan bola-bola pendek di Stadion Molineux. Melawan tim-tim besar, Wolves berbahaya dalam skema serangan balik.
Menilik catatan dari Whoscored, kekuatan terbesar Wolves ada pada serangan balik mereka yang diikuti kemampuan menciptakan peluang, duel bola udara, dan mencuri bola dari penguasaan lawan.
Gaya bermain Wolves cenderung melepaskan banyak tendangan, bermain agresif, rajin melakukan tendangan jarak jauh, dan menyerang dari sisi kanan permainan. Santo juga memiliki konsistensi dalam menurunkan 11 susunan pemain terbaiknya.
Matt Doherty, yang sudah mencetak enam gol dan memberi enam assists musim ini, memiliki teori unik mengapa Wolves lebih berbahaya ketika melawan tim-tim besar Premier League ketimbang klub-klub semenjana.
"Saya pikir ketika kami bermain melawan tim-tim di luar enam besar, mereka sudah berencana menghentikan permainan kami. Sementara enam tim top hanya akan mengkhawatirkan mengenai diri mereka sendiri dan ini, mungkin memberikan kami sedikit kebebasan bermain," papar Doherty.
Wolves menapaki perempat final untuk kali pertama sejak 2003, ketika mereka kalah 0-2 dari Southampton di laga tandang. Musim ini, Wolves punya peluang menembus perempat final setelah terakhir lolos pada 1997-98 ketika mengalahkan Leeds United via gol tunggal Don Goodman.
"Ini laga terbesar untuk tim saat ini, kami sadar itu. Dibutuhkan kerja keras di laga nanti untuk mengulangi apa yang telah terjadi pada medio 1940-an, 50-an, dan 60-an. Lebih mudah melakukannya kala itu," terang Santo.
Selain memiliki sistem permainan yang jelas dan terorganisir, filosofi sepak bola Nuno Espirito Santo juga ditunjang pemain-pemain berbakat serta berpengalaman seperti: Rui Patricio, Adama Traore, Joao Moutinho, Ruben Neves, dan Raul Jimenez.
Kunci permainan Wolves lainnya ada pada posisi sayap yang ditempati bek-bek sayap lincah: Matt Doherty dan Jonny Oto. Keduanya punya kemampuan melakukan serangan balik cepat dari kedalaman pertahanan timnya dan menyerang sisi sayap pertahanan lawan.
"Musim lalu Anda terkagum dengan cara meyakinkan mereka untuk lolos dari Championships. Mereka punya rencana yang jelas - tidak membeli pemain dari Championship, (tapi) pemain-pemain di atas level Championship - dan Anda bisa melihatnya sekarang, urutan tujuh, mereka yakin dengan gaya mainnya," tutur Solskjaer mewaspadai permainan Wolves.
"Mereka bertahan dengan sangat fantastis melawan Chelsea, tapi di laga kandang mereka menghadapi lawan dengan (permainan ofensif) kemampuan mengoper yang hebat di dalam tim."

Wolves sudah punya rencana bermain yang jelas jelang lawan Man United. Bagaimana dengan tim tamu? Sama seperti Wolves, Man United-nya Solskjaer hanya tahu satu hal: bermain ofensif, berusaha mendominasi penguasaan bola, dan mengandalkan kualitas individu.
Wolves menahan imbang Man United 1-1 di Old Trafford ketika Setan Merah masih dilatih oleh Jose Mourinho. Kini, kondisi tim sudah berbalik 180 derajat. Doherty tahu itu.
"Saya pikir waktu itu (di Old Trafford) jauh lebih sulit, tapi mereka melalui sedikit periode kala mereka tidak begitu bahagia. Anda jelas bisa merasakan dengan jelas adanya tensi di dalam stadion," tambah Doherty.
"Tapi mereka sekarang telah mengubahnya, mereka klub yang berbeda saat ini. Mereka bermain dengan kebebasan, kecepatan, serangan balik, dan sangat percaya diri,"
Apakah Man United kembali jadi korban fenomena pembunuh raksasa Wolves di Piala FA? Atau Wolves yang harus menerima nasib perjalanan mereka terhenti di turnamen tertua se-Inggris itu? Satu hal pasti: pertandingan nanti berpotensi besar berjalan seru.