Pukki dan Generasi Terbaik Finlandia Menjawab Pertanyaan 'Why Not Us?'
BolaSkor.com - Finlandia memang menelan kekalahan dari Italia pada laga Grup J Kualifikasi Piala Eropa 2020, Senin (9/9) WIB. Tapi peluang mereka untuk lolos ke putaran final masih sangat terbuka.
Finlandia saat ini ada di peringkat kedua klasemen Grup J di bawah Italia. Mereka mampu meraih 12 poin dari enam laga yang sudah dijalani, buah dari empat kemenangan beruntun yang mereka raih. Sedangkan dua kekalahan yang mereka dapatkan datang dari lawan yang sama, Italia.
Baca Juga:
Profil 3 Klub Promosi Premier League 2019-2020
Mengulas Ketajaman Kompatriot Striker PSM Makassar, Teemu Pukki di Premier League
"Why not us?" atau "Mengapa bukan kami?" menjadi kalimat yang acap diucapkan suporter Finladia dalam beberapa tahun terakhir. Wajar, pasalnya selama ini mereka selalu hanya bisa menyaksikan negara-negara Nordik lain tampil di Piala Eropa ataupun Piala Dunia.
Publik Finlandia hanya jadi penonton saat Denmark secara mengejutkan menjadi kampiun Piala Eropa 1992. Begitu pula saat Swedia finis di peringkat ketiga Piala Dunia 1994. Mereka juga hanya bisa iri melihat fenomena Islandia di Piala Eropa 2016 dan Piala Dunia 2018.
Sepanjang sejarah, Finlandia memang belum pernah mengecap tampil di Piala Eropa dan Piala Dunia. Mereka hanya bisa nyaris lolos ke Piala Eropa 2008. Kala itu Finlandia yang dibesut Roy Hodgson harus gigit jari karena kuran tiga poin untuk meraih tiket.
Saat ini, selain Teemu Pukki yang melejit di Premier League, Finlandia tak diperkuat pemain tenar. Memang mereka memiliki Paulus Arajuuri dan Joona Toivo, duet bek tangguh yang menjadikan pertahanan Finlandia sulit ditembus. Namun di luar itu Finlandia bisa dikatakan diperkuat para pemain level B.
Meski demikian, tim ini digadang-gadang merupakan generasi terbaik Finlandia, bahkan lebih baik daripada era Jari Litmanen, Teemu Tainio, Sami Hyypia, atau Mikael Forssell.
Sentuhan Kanerva
Sentuhan Kanerva
Kebangkitan Finlandia sendiri tidak lepas dari sentuhan Markku Kanerva, sang pelatih. Kanerva mengambil alih tim nasional Finlandia pada 2016. Kala itu dia mewarisi skuat yang belum pernah meraih kemenangan dan hanya bisa membuat empat gol, serta finis paling buncit di Kualifikasi Piala Dunia 2016. Finlandia saat itu tidak bisa bersaing dengan Islandia dan Kroasia, dua negara yang jauh lebih kecil populasinya.
Akan tetapi di tangan Kanerva Finlandia menggeliat. Tanda-tanda kebangkitan sudah terlihat saat Finlandia mampu memuncaki Liga C Grup 2 UEFA Nations League. Dalam turnamen ini Finlandia hanya kebobolan tiga kali dari enam laga.
Melihat catatan tersebut jelas terlihat Kanerva menjadikan kokohnya pertahanan sebagai kekuatan utama. Kanerva secara cerdas memahami para pemainnya akan kedodoran jika mengusung permainan menyerang yang atraktif.
Baca Juga: Mengulas 3 Kekuatan Utama Norwich City, Tim Promosi Premier League 2019-20
Sepanjang Nations League, Finlandia mampu mencatat empat clean sheet secara beruntun. Lebih hebatnya lagi, dalam empat laga itu Finlandia hanya menerima total empat tembakan yang mengarah ke gawang mereka.
Di tangan Kanerva, Finlandia menjelma menjadi tim yang sangat terorganisir. Pilihan rencana permainan dan taktik Kanerva memang terbatas, akan tetapi sangat efektif.
Dengan permainan yang mengandalkan soliditas tim, Finlandia duduk di posisi kedua Grup J Kualifikasi Piala Eropa 2020. Peluang Finlandia untuk tampil di turnamen besar untuk pertama kalinya pun terbuka. Alhasil tidak akan ada lagi pertanyaan, "Why not us?"