Sosok Feature Liga Champions Eropa Berita

Psikologi Ubah Divock Origi dari Pemain "Hilang" di Jerman Menjadi Pahlawan di Anfield

Arief Hadi - Rabu, 08 Mei 2019

BolaSkor.com - Sepak bola olahraga yang unik. Tidak ada ilmu pasti atau eksakta yang dapat menakar kepastian dalam sepak bola. Begitu juga dengan nasib Divock Origi yang berubah drastis di Liverpool.

Kejadiannya bermula di Anfield, tempat berlangsungnya leg dua semifinal Liga Champions antara Liverpool kontra Barcelona, Rabu (8/5) dini hari WIB. The Reds datang dalam dua kondisi yang tidak menguntungkan mereka.

Pertama, Liverpool tertinggal agregat gol 0-3 dari leg satu yang berlangsung di Camp Nou. Kedua, pencetak (kombinasi) 44 gol Liverpool musim ini, Mohamed Salah dan Roberto Firmino, tidak bisa bermain karena cedera.

"Jika kami bisa melakukannya (comeback), fantastis, jika tidak maka kami harus gagal dengan cara terindah," begitu ucapan Jurgen Klopp sebelum laga dimulai. Klopp, di antara pilihan untuk memainkan Ben Woodburn, Rhian Brewster, Daniel Sturridge, dan Origi, memilih memainkan Origi sebagai ujung tombak.

Baca Juga:

3 Taktik Jitu Jurgen Klopp yang Membuat Barcelona Tak Berdaya

Ungkapan Hati Divock Origi Usai Jadi Pahlawan Kemenangan Liverpool

Liverpool 4-0 Barcelona: Comeback Dramatis, Lionel Messi dkk Tak Berkutik di Anfield

Origi diapit oleh Sadio Mane dan Xherdan Shaqiri di lini depan dalam formasi 4-3-3. Tidak ada yang meragukan pilihan Klopp. Didukung 'pemain ke-12' di Anfield segalanya bisa terjadi. Benar saja, baru tujuh menit laga berlangsung gol sudah tercipta.

Gol Divock Origi di menit tujuh

Origi berada di posisi yang tepat dan siaga menyambar bola rebound tepisan Marc-Andre ter Stegen hasil sepakan Jordan Henderson. Kedudukan 1-0 menjaga asa Liverpool untuk melakukan salah satu comeback terbaik dalam sejarah sepak bola Eropa.

Klopp, seperti kata Dejan Lovren, hanya meminta kepada anak-anak asuhnya untuk tetap percaya segala hal dapat terjadi sebelum laga dimulai. Di awal babak kedua, Klopp "melepaskan Kraken" dengan memasukkan Georginio Wijnaldum.

Gelandang asal Belanda ternyata marah kepada Klopp karena tidak menjadikannya starter (Wijnaldum sangat ingin bermain di laga tersebut). Wijnaldum membuktikan omongannya itu melalui penampilan heroik.

Wijnaldum menorehkan dua gol di menit 54 dan 56, gol yang meruntuhkan mentalitas dan moral bermain para pemain Barcelona. Anfield bergemuruh kencang. Wijnaldum jadi pemain pertama di Eropa yang masuk dari bangku cadangan dan mencetak dua gol.

Momentum kepanikan para pemain Barcelona dimanfaatkan baik oleh Origi di menit 79. Skema apik diperlihatkan Trent Alexander-Arnold dengan Origi di balik proses gol tersebut.

Alexander-Arnold pura-pura berjalan menjauh dari bola, lalu tiba-tiba berlari dan memberikan bola kepada Origi. Sang penyerang, yang selalu siaga sepanjang laga, langsung menyambar dan mengubahnya jadi gol. Liverpool unggul 4-0.

Barca hanya butuh satu gol tandang untuk membawa mereka lolos ke final. Tapi, gol itu tak kunjung datang, Luis Suarez, Lionel Messi, Philippe Coutinho, Ivan Rakitic, dibuat mati kutu di Anfield.

Liverpool menang 4-0, James Milner menangis, Klopp mengajak pasukannya bernyanyi YNWA (You Will Never Walk Alone) bersama fans. Malam yang indah bagi seluruh fans Liverpool di seluruh dunia. Malam yang sangat berkesan dan spesial untuk Origi.

Psikologi Menjaga Mentalitas Divock Origi

Divock Origi

Tidak pernah ada yang menyangka - mungkin juga sebagian fans Liverpool - Origi bisa jadi pembeda bagi Liverpool musim ini. Momen kala melawan Barcelona bukan satu-satunya. Origi mencetak gol penentu kemenangan melawan Everton dan Newcastle United.

Baik kala diturunkan sebagai starter atau dari bangku cadangan, Origi selalu siap bermain. Origi bisa jadi pembeda atau juga super-sub ketika turun dari bangku cadangan. Ya, Origi tak bisa lagi dipandang sebelah mata.

"Bagi saya (targetnya) sederhana untuk menjadi penyerang kelas dunia. Saya tahu jalannya sulit, tapi saya sudah ada di klub besar, saya tahu bagaimana situasinya bekerja, saya sudah ada di musim kedua dan punya pengalaman di Piala Dunia serta Piala Eropa," tutur Origi dua tahun silam kepada Guardian.

Jalan itu sudah terbuka bagi penyerang berusia 24 tahun. Dua kali masa pinjamannya di Lille (2014-15) dan Wolfsburg (2017-18) telah menempa mentalitas bermainnya. Musim lalu bersama Wolfsburg sungguh berat untuk Origi.

Pencetak enam gol Bundesliga dari 34 penampilan habis 'ditekan' media Jerman setelah mengakui tidak tahu menahu soal Holstein Kiel, lawan Wolfsburg dalam play-off degradasi. Belum lagi dengan siulan fans atas penampilan buruknya.

Tapi, Origi tahu bagaimana caranya menyalurkan segala rasa frustrasi itu menjadi satu hal positif: tetap bekerja keras. Pengetahuannya akan ilmu psikologi sangat membantu produk akademi Lille itu.

Divock Origi di Wolfsburg

Psikologi menjadi salah satu ilmu yang disukai oleh Origi. Dia sempat blak-blakan berkata kepada Guardian, jika tidak bermain sepak bola maka kemungkinan besar ia akan menjadi psikiater.

"Mungkin jika saya tak jadi pesepakbola saya akan menjadi psikiater. Saya sangat tertarik dengan cara otak bekerja dan tipe-tipe karakter berbeda. Saya meminta teman-teman saya melakukan tes karakter dan saya melihat tipe karakter mereka," terang Origi.

"Di Liverpool saya bisa mengatakan siapa yang introvert dan ekstrovet. Keduanya ada. Saya telah mulai memelajari psikologi, tapi saya harus berhenti ketika masuk tim utama. Saya masih tertarik dengannya dan banyak menyaksikan TED TV."

"Melalui TED TV, kala orang-orang berbicara selama 15 menit mengenai cara mereka berkomunikasi atau subyek yang mereka pelajari. Mungkin, ketika karier saya berakhir saya akan kembali lagi ke psikologi, Anda tidak pernah tahu," tutur Origi.

Liverpool memang punya sejarah memiliki pemain-pemain tak terduga yang menjadi pahlawan di panggung besar seperti Vladimir Smicer, Neil Mellor, Florent Sinama Ponggole, David Fairclough. Tapi, Origi memiliki kisahnya sendiri.

Di tengah popularitas trio Firmansah (Roberto Firmino, Sadio Mane, dan Mohamed Salah), Origi akan menjadi jimat keberuntungan bagi Klopp. Meski tidak sering bermain musim ini, sangat kecil kemungkinan pengemas 25 caps dengan timnas Belgia itu hengkang ke klub lain di musim panas mendatang.

Bagikan

Baca Original Artikel