Nankatsu SC, dari Manga Menuju Dunia Nyata
BolaSkor.com - Meski belum pernah menembus Liga Champions, Nankatsu SC tidak kalah tenar dibanding tim-tim seperti Real Madrid, Barcelona, Manchester United, atau Juventus. Klub asal Jepang tersebut merupakan kawah candradimuka bagi Tsubasa Oozora di dunia sepak bola.
Namun, siapa sangka jika sejatinya Nankatsu SC bukan hanya tim yang sebatas khayalan. Berawal dari manga, Nankatsu menjadi nyata. Beginilah kisahnya:
Pada 1980-an, sepak bola Jepang masih berada pada level amatir. Liga nasional sepak bola Jepang yang dimulai pada 1965 belum terlalu berkembang. Masuknya tim dari universitas juga tak lantas membuat iklim sepak bola menjadi meruak.
Angin segar baru datang pada periode 1990-an. Selama beberapa dekade, JSL membentuk fondasi yang akhirnya melahirkan J1 League pada 1993.
Rupanya, seorang mangaka, Yoichi Takahashi, sudah memiliki mimpi melihat tim nasional Jepang juara Piala Dunia. Tak kembali tidur dan melanjutkan mimpinya, Takahashi bangun dan membuat manga yang menceritakan perjalanan seorang anak mewujudkan mimpi di dunia si kulit bundar. Kisah tersebut mulai diterbitkan di majalah mingguan, Shonen Jump pada 1981.
Baca juga:
5 Pemain Thailand yang Pernah Bermain di J1 League
Profil Eljif Elmas, Bintang Muda Napoli Perusak Rekor Jerman
5 Fakta Tersembunyi Nabil Fekir: Punya Luka karena Ketumpahan Minyak

"Ketika pertama kali menggambar, saya banyak bersentuhan dengan baseball. Namun, ada banyak manga hebat soal baseball saat itu," ungkap Takahashi seperti dinukil J-League Regista.
"Saya berpikir untuk memilih sepak bola. Dulu, sepak bola belum banyak dikenal. Ketika memulai, Piala Dunia juga masih asing bagi kami."
Tsubasa Oozora, tokoh yang menjadi pemeran utama dalam kisah Takahashi, memulai kisahnya dengan pindah ke kota Nankatsu, di Prefektur Shizuoka, pada 1981. Nankatsu merupakan kota fiksi yang merupakan peggambaran dari gabungan Jepang untuk Minami "Selatan" dan Kazura "Tanaman Memanjat".
Kemudian, Tsubasa bergabung dengan klub Nankatsu SC yang dikisahkan hanya menjadi anak bawang dalam pertarungan klub sepak bola antarsekolah. Namun, tentu saja setelah kedatangan Tsubasa, situasi menjadi berbanding terbalik. Tsubasa pun mulai bersentuhan dengan karakter lain seperti Genzo Wakabayashi dan Kojiro Hyuga.
Setelah berkutat pada level domestik, para karakter dalam manga Kapten Tsubasa mulai melebarkan sayap. Tsubasa menuju Brasil untuk mengejar mimpinya sebagai pesepak bola profesional. Kemudian, Wakabayashi memilih tim junior Hamburger SV untuk membuktikan diri sebagai satu di antara kiper terbaik di Bundesliga.
Setelah melanglang buana, Tsubasa pun kembali ke akar dari satu di antara mimpinya yaitu membawa tim nasional Jepang juara Piala Dunia. Ia bergabung dengan rekan-rekannya yang dulu menjadi lawan di masa sekolah.

Impresi yang diberikan manga Captain Tsubasa sangat agam. Andrea Pirlo, Francesco Coco, Gennaro Gattuso, Gianluca Zambrotta, Filipo Inzaghi, Fabio Cannavaro dan Andres Iniesta adalah deretan bintang yang terinspirasi Captain Tsubasa.
Menariknya, tak semua yang berasal dari manga Captain Tsubasa selamanya menjadi fiksi. Sebab, Takahashi memilih mewujudkan impiannya dengan membeli klub lokal asal Tokyo yang didirikan pada 1983, Tokiwa Football Club. Pindah tangan tersebut terjadi pada 2012
Tentunya dengan keuangan terbatas, Takahashi hanya bisa mengakuisisi klub yang berada pada level cecere sepak bola jepang. Tokiwa yang bermarkas di Katsushika, Tokyo, merupakan klub di Divisi III Liga Tokyo.
Lantas, bagaimana Tokiwa berubah menjadi Nankatsu? Tak seperti klub sepak bola Indonesia yang dengan enteng berganti nama, perjalanan lebih sulit dilalui Nankatsu. Nankatsu harus kembali merosot ke Divisi III karena mengubah indentitas setelah satu tahun sebelumnya promosi ke Divisi II.
Takahashi turun tangan mengurus Nankatsu. Ia menjadi presiden klub. Sang pemilik berharap Nankatsu di dunia nyata tidak kenal menyerah seperti dalam cerita manga.
"Saya berharap kami tidak pernah menyerah. Bergabung dengan 71 klub lain di Divisi III Liga Tokyo, kami, para pesepak bola amatir, ingin mewujudkan mimpi menjadi profesional," kata Takahashi.
Progres yang ditampilkan Nankatsu cukup cepat. Pada 2015, mereka menjadi yang terbaik pada Divisi III, kemudian promosi. Dua tahun berselang, Nankatsu kembali meraih gelar kompetisi. Kini, Nankatsu berada pada Divisi II Kanto Soccer League atau tingkat keenam kasta kompetisi di Jepang.
Ingin terus menapaki tangga ke level tertinggi, Nankatsu mulai merekrut pemain-pemain berlabel profesional. Gelandang lulusan J-League, Takashi Fukunishi, pernah bermain untuk Nankatsu.
Selain Fukunishi, juga diperkuat Jumpei Kusukami. Sang gelandang masih bermain hingga saat ini dengan segudang pengalaman yang dimilikinya.
Uniknya, Nankatsu punya nilai lebih ketika memburu pemain incaran. Nankatsu memiliki nilai jual berupa memori sebagai tim impian banyak pesepak bola ketika masih bocah.
Tak heran, pemain-pemain dengan nama wangi di Jepang seperti Takumi Shimohira, Hiroki Kawano, dan Shohei Okad mau meneken kontrak.
Namun, dari seluruh pemain yang bergabung,haram hukumnya menggunakan nomor punggung 10. Nankatsu hanya mengizinkan Tsubasa Oozora yang memakai nomor keramat tersebut.
"Nomor ini disediakan untuk Kapten Tsubasa," tutur Satoshi Ito, sebagai staf media Nankatsu kepada Transfermarkt.
Berkat perluasan sepak bola Jepang ke tingkat divisi 6-liga regional dua tingkat negara-sekarang Nankatsu SC bisa unjuk gigi kepada dunia untuk pertama kalinya sebagai tim yang baru dipromosikan.
"Tahun 2020 sangat sulit bagi kami. Setiap kemenangan sangat berarti karena memiliki lebih sedikit pertandingan di liga akibat pandemi. Kami lolos ke turnamen sepak bola Kanto Shakaijin sebagai juara Tokyo," ulas Ito.
"Kami sangat menantikan dimasukkan di Transfermarkt seperti tim-tim besar di sepak bola Jepang. Kami pikir ini bisa menjadi indikator pertumbuhan."

Meskipun hingga saat ini belum berhasil mencapai level profesional, tetapi Nankatsu berhasil membuka sekolah sepak bola di Hawaii. Nankatsu bekerja sama dengan klub asal Brasil, Ituano FC, dan mantan klub divisi tiga Spanyol, CE Sabadell.
Nankatsu juga mulai dikenal luas di Jepang. Terlebih dengan pemasangan gambar para tokoh di kartun Kapten Tsubasa yang ditempatkan di Statsiun Yotsugi, tepat di seberang sungai Arakawa yang memisahkan Tokyo dari distrik timur lautnya, Katsushika. Acara peresmian pada 4 Maret 2019 dihadiri Iniesta yang saat ini memang sedang berkarier di Jepang.
Jalan yang harus ditempuh Nankatsu SC untuk mencapai level tertinggi sepak bola Jepang masih panjang. Namun, keteguhan Nankatsu tidak pernah mengendur.
"Bersama Yoichi Takahashi, kami bertujuan promosi ke J.League. Dukungan internasional sangat berharga karena kami ingin menjadi tim yang dicintai di seluruh dunia, seperti Tsubasa Oozora," terang Ito.
Nankatsu SC menjadi satu di antara contoh buah pikir di dunia maya bisa terwujud di dunia nyata. Jadi, jangan heran jika saat menonton Nankatsu secara langsung akan terdengar:
"Maju-maju Nankatsu. Ayo-ayo Nankatsu," teriak Sanae Nakazawa memberikan semangat untuk Nankatsu yang sedang berlaga.