Ragam Spanyol Liga Dunia Italia Inggris Berita

Menilik Karier 8 Pelatih Berkepala Plontos di Eropa

Arief Hadi - Jumat, 11 Oktober 2019

BolaSkor.com - Botak, plontos, gundul. Ketiga kata itu didefinisikan dengan arti yang kurang lebihnya sama apabila menilik dari KBBI atau Wikipedia. Di antara ketiga kata itu, plontos dapat diartikan sedikit berbeda karena maknanya sama sekali tidak memiliki rambut.

Namun, sedianya beberapa manusia tidak begitu saja menjadi plontos atau botak tanpa ada alasan yang pasti. Dikutip dari hellosehat, tiga penyebab kebotakan terjadi karena: faktor keturunan, perubahan hormon, dan kondisi medis atau pengobatan.

Selain ketiga faktor itu masih ada faktor lainnya yang dapat menyebabkan kebotakan: stres. Hal ini korelasinya dengan kecenderungan manusia untuk banyak berpikir, menjadikannya bebas, hingga stres.

Baca Juga:

Dua Sisi Mata Pisau Pep Guardiola: Dicintai sebagai Pelatih, Dibenci karena Kepribadiannya

Depresi dalam Sepak Bola, Dari Gianluigi Buffon hingga Andres Iniesta

Ketika Kesehatan Mental Tidak Lagi Tabu dalam Sepak Bola

Dalam hal tersebut, bisa jadi para manajer atau pelatih sepak bola saat ini, yang kepalanya plontos, terlalu banyak berpikir hingga rambutnya rontok. Tidak ada teori pasti untuk membuktikannya, namun pekerjaan sebagai pelatih atau manajer memang tidak mudah.

Berikut BolaSkor.com merangkum delapan pelatih berkepala plontos dan perjalanan karier mereka sejauh ini:

1. Stefano Pioli

Stefano Pioli
Stefano Pioli

Nama yang sedang hangat diperbincangkan di Italia. Maklum, Stefano Pioli baru bergabung dengan AC Milan, menggantikan Marco Giampaolo, setelah sebelumnya melatih klub seperti Parma, Lazio, Inter Milan, dan Fiorentina.

Sayang, perjalanan karier pelatih berusia 53 tahun relatif biasa-biasa saja. Pioli tidak pernah meraih trofi dan sebelum melatih Milan, telah terlebih dahulu dipecat Fiorentina pada April 2019.

2. Pep Guardiola

Pep Guardiola
Pep Guardiola

Tak perlu panjang lebar dan meragukan kualitas yang satu ini. Pep Guardiola sudah punya reputasi pelatih top Eropa dengan filosofi sepak bola yang dikembangkannya, plus rentetan trofi yang pernah diraihnya. Eks pemain Barcelona dan Roma sukses bersama Barca, Bayern Munchen, dan kini dengan Manchester City sebagai pelatih.

3. Luciano Spalletti

Luciano Spalletti
Luciano Spalletti

Pelatih berusia 60 tahun ini sedianya tak jauh berbeda dari Pioli. Namun, Luciano Spalletti masih punya keunggulan dari segi raihan trofi bersama AS Roma (2005-2009) dan Zenit Saint Petersburg (2009-2014). Sayang, periodenya bersama Roma (periode kedua) dan Inter Milan tidak sukses.

4. Zinedine Zidane

Zinedine Zidane
Zinedine Zidane

Legenda hidup Santiago Bernabeu merasakan kesuksesan besar sebagai pemain dan pelatih Real Madrid (di periode pertama melatih klub, 2016-2018). Kini, Zinedine Zidane, yang baru mulai melatih pada 2014, dihadapkan pada ujian kedua untuk membangkitkan El Real.

5. Erik ten Hag

Erik Ten Hag
Erik ten Hag

Kunci keberhasilan Ajax Amsterdam menembus semifinal, juara Eredivisie, dan Piala KNVB musim lalu (2018-19) tidak lepas dari peran Erik ten Hag. Musim ini, eks pelatih Bayern Munchen II kembali membuktikan kualitasnya meramu taktik meski Ajax ditinggal Matthijs de Ligt, Frenkie de Jong, dan Lasse Schone.

6. Jorge Sampaoli

Jorge Sampaoli
Jorge Sampaoli

Karier kepelatihannya sudah dimulai lama sejak tahun 1991. Sampai saat ini, Jorge Sampaoli masih melatih di klub Brasil, Santos, pada usia 59 tahun. Selain melatih Santos, Sampaoli sebelumnya pernah membesut timnas Chile, Sevilla, dan timnas Argentina.

7. Jaap Stam

Jaap Stam
Jaap Stam

Legenda Manchester United memulai karier kepelatihan sejak 2009 di PEC Zwolle. Kini, Jaap Stam melatih klub Eredivisie, Feyenoord, setelah sebelumnya membesut Reading (2016-2018) dan Zwolle (2018-19). Belum ada pencapaian yang sudah digapai pelatih berusia 47 tahun ini.

8. Peter Bosz

Peter Bosz
Peter Bosz

Sudah pernah melatih Ajax terlebih dahulu ketimbang Ten Hag. Peter Bosz saat ini membesut Bayer Leverkusen (sejak tahun 2018), setelah sebelumnya melatih Ajax (2016-17) dan Borussia Dortmund (2017). Selayaknya pelatih asal Belanda lainnya, Bosz juga mengagungkan sepak bola ofensif.

Bagikan

Baca Original Artikel