Kiprah 19 Pelatih Asing Timnas Indonesia Sebelum Simon McMenemy
BolaSkor.com - PSSI menunjuk Simon McMenemy menjadi pelatih Timnas Indonesia. Penunjukkannya disampaikan Wakil Ketua Umum PSSI, Joko Driyono, Kamis (20/12).
Catatan bagus Simon McMenemy bersama Bhayangkara FC diperkirakan menjadi salah satu pertimbangan. Pada 2017, Simon McMenemy membawa Bhayangkara FC menjadi juara Liga 1.
Simon McMenemy juga berhasil membuat The Guardian kembali dipandang di kompetisi musim 2018. Di tangannya, Bhayangkara FC menempati peringkat ketiga.
Baca Juga:
Indra Sjafri Jadi Pelatih Timnas Indonesia U-22, Bima Sakti Tangani U-16
Simon McMenemy Resmi Jadi Pelatih Timnas Indonesia
Termasuk Maman Abdurrahman, Ini Respons Tiga Penggawa Timnas soal Pengaturan Skor Piala AFF 2010

Simon McMenemy sekaligus meneruskan kepercayaan PSSI terhadap pelatih asing. Terakhir, PSSI memakai jasa Luis Milla, arsitek asal Spanyol.
Sebelum pelatih asal Skotlandia itu, PSSI sudah memperkerjakan setidaknya 19 pelatih asing. Mayoritas terbilang gagal membawa Timnas Indonesia berprestasi.
BolaSkor.com menyajikan bagaimana karier pelatih asing di Timnas Indonesia di halaman berikutnya.
1. Choo Seng Quee (Singapura/1951-1953)
Sosok asal Singapura ini menjadi pelatih pertama Timnas Indonesia sejak kemerdekaan. Ia mulai berkonsetrasi menjadi pelatih sejak 1949 atau setelah menjadi gelandang untuk Asosiasi Sepak Bola Cina-Singapura, dan sempat membela Asosiasi Sepak Bola Singapura.
Paman Choo, begitu dia dipanggil menangani Timnas Indonesia sejak 1951. Atau setelah meramu taktik untuk Asosiasi Sepak Bola Singapura. Ia menangani Maulwi Saelan dkk. termasuk di Asian Games pertama di India pada 1951, di mana Indonesia kalah 0-3 dari tuan rumah di babak pertama.
Choo Seng Quee juga membawa Timnas Indonesia tur ke Hong Kong pada 1953 dan mencatatkan kemenangan. Itu sebelum diangkat menjadi pelatih timnas Malaya (Malaysia) pada 1958.
2. Antun 'Tony' Pogacnik (Yugoslavia/1954-1964)

Tony Pogacnik datang ke Indonesia menyusul ketertarikan Maladi, Ketua Umum PSSI. Itu setelah melihat permainan tim Yugoslavia di Olimpiade Helsinki 1952.
Sosok asal Yugoslavia datang pada awal 1954 dengan tugas membuat dasar sepak bola untuk pemain muda. Bersamanya, Indonesia melaju ke semifinal Asian Games 1954 di Manila, menahan seri Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956, dan merebut medali perunggu pada Asian Games 1958 di Tokyo.
Baca Juga: Alasan PSSI Tunjuk Simon McMenemy dan Indra Sjafri sebagai Pelatih Timnas Indonesia
Jelang Asian Games 1962, Tony Pogacnik membawa Indonesia meraih gelar juara Merdeka Games 1961, dengan catatan tanpa kekalahan.
Kariernya sempat dinodali masalah suap 'Skandal Senayan' pada 1962 yang dilakukan pemainnya. Tony Pogacnik yang sedang fokus menatap Asian Games 1962 di Indonesia, begitu terpukul. Di tangannya, Timnas Indonesia gagal memenuhi target juara.
3. Wiel Coerver (Belanda/1975-1976)
Wiel Coerver datang ke Indonesia pada 1975 atau setelah membawa Feyenoord Rotterdam menjuarai Piala UEFA 1974. Ia punya tugas memimpin tim menjalani kualifikasi Olimpiade Montreal 1976.
Albert Einstein-nya sepak bola juga menggagas turnamen segitiga yang melibatkan Manchester United dan Ajax Amsterdam. Dalam turnamen ini, Indonesia menahan Manchester United 0-0, sebelum kalah 1-4 dari Ajax.
Intervensi menjadi salah satu sebab hubungannya dengan federasi kurang baik. Timnas Indonesia akhirnya gagal melangkah ke Olimpiade 1976 setelah kalah dari Korea Utara.
4. Frans Van Balkom (Belanda/1978-1979)
Mantan bek ini bergerak ke Indonesia memimpin NIAC Mitra dan menjadi bagian staf Wiel Coerver, yang digantikan beberapa bulan pada 1979. Frans Van Balkom juga mendapat target SEA Games 1981, Kualifikasi Olimpiade 1980, Kualifikasi Piala Dunia 1982. Ia hanya mengerjakan tugas sampai Kualifikasi Olimpiade 1980, namun gagal.
5. Marek Janota (Polandia/1979-1980)
Marek Janota menjadi pelatih Timnas Indonesia setelah mengantar Persija Jakarta juara 1979. Ia memilih mundur karena tak mendapat kesempatan di SEA Games 1979, juga dilaporkan dipengaruhi intervensi PSSI.
Baca Juga: Termasuk Maman Abdurrahman, Ini Respons Tiga Penggawa Timnas soal Pengaturan Skor Piala AFF 2010
6. Bernd Fischer (Jerman/1980-1981)
Bernd Fischer didatangkan dengan target meraih emas SEA Games 1981. Namun ia gagal memenuhinya, karena hanya mendapat perunggu.
7. Anatoli Polosin (Rusia/1987-1991)

Sempat diragukan sejak penunjukkan pada 1987, Anatoli Polosin berhasil menangkis. Pendekatan fisik membuat stamina pasukan Timnas begitu tinggi dan mampu bermain 120 menit di semifinal dan final.
Bersamanya, Timnas Indonesia sukses meraih medali emas SEA Games 1991 di Manila. Itu merupakan emas kedua kalinya di SEA Games.
8. Ivan Toplak (/Yugoslavia/1991-1993)
Ivan Toplak didatangkan PSSI untuk memimpin Timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Dunia 1994. Namun bersamanya, timnas gagal termasuk mempertahankan medali emas di SEA Games 1993.
9. Romano Matte (Italia/1993-1995)
Romano Matte merupakan pelatih Italia pertama. Ia menjadi pelatih timnas setelah menangani tim Indonesia di kompetisi Primavera di Italia. Ia gagal membawa Indonesia kembali meraih emas di SEA Games 1995, namun mencatatkan kemenangan besar 10-0 atas Kamboja.
10. Henk Wullems (Belanda/1996-1997)
Henk Wullems dipercaya PSSI menjadi pelatih setelah membawa Bandung Raya menjadi juara liga Indonesia. Ia diplot untuk SEA Games 1997, namun emas gagal diraih setelah kekalahan dari Thailand di final.
11. Bernard Schumm (Jerman/1999)
Bernard Schuumm ditugaskan menjadi pelatih selain Direktur Teknik. Ia memimpin tim untuk SEA Games 1999, namun gagal.
12. Ivan Kolev (Bulgaria/2002-2004 dan 2007)

Pelatih asal Bulgaria ini dua kali menjadi pelatih Timnas Indonesia. Pertama di periode 2002 dan 2004, sementara kedua pada 2007.
Ivan Kolev hanya membawa Indonesia menjadi runner-up Piala Tiger (AFF) 2002. Ia gagal membawa skuat Garuda melangkah dari fase grup Piala Asia 2004.
Baca Juga: Maman Abdurrahman Bantah Terlibat Match Fixing Final Piala AFF 2010
Ia selanjutnya bertugas memimpin tim di Piala Asia 2007, yang digelar di Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Indonesia terhenti di fase grup setelah menempati peringkat ketiga. Selain itu, ia diberi tugas mengawal skuat Garuda di Kualifikasi Piala Dunia 2010.
13. Peter Withe (Inggris/2004-2007)
Sukses Peter Withe bersama Thailand dengan dua gelar juara Piala AFF 2000 dan 2002 membuat PSSI tertarik. Ia membawa Timnas Indonesia mencengangkan dan mencapai final Piala AFF di edisi 2004. Sebelum kalah dari Singapura di partai pamungkas.
Ia berakhir bersama Timnas Indonesia setelah Piala AFF 2007. Bersamanya, Timnas Indonesia gagal lolos dari fase grup, sementara kursi pelatih kembali diisi oleh Ivan Kolev untuk Piala Asia 2007.
14. Alfred Riedl (Austria/2010-2011, 2013-2014, dan 2016)
Alfred Riedl dipilih PSSI menyusul catatan bagus di kawasan Asia Tenggara. Sebelum menangani skuat Garuda, Alfred Riedl membawa Vietnam menjadi runner-up Piala AFF 1998, runner-up SEA Games 1999, 2003, dan 2005.
Pelatih Austria itu juga gagal mengantar Indonesia menjadi juara. Dua kesempatan tampil di final pada 2010 dan 2016 berakhir dengan kekalahan.
15. Wim Rijsbergen (Belanda/2011-2012)
Wim Rijsbergen didatangkan menyusul perubahan di PSSI. Ia menggantikan Alfred Riedl, yang secara mendadak dilepas.
Pelatih asal Belanda itu tak lama bersama Timnas. Ia digeser ketika Kualifikasi Piala Dunia 2014.
16. Luis Manuel Blanco (Argentina/2013)

Ia diperkenalkan pada Februari 2013. Luis Manuel Blanco menerima target lolos Kualifikasi Piala Asia 2015 dan juara Piala AFF 2014. Ia dicopot tak lepas dari kondisi PSSI yang tak kondusif.
Posisi pelatih timnas kemudian diisi Rahmad Darmawan untuk Kualifikasi Piala Asia melawan Arab Saudi sebelum ditempati Jacksen F. Tiago.
17. Jacksen F. Tiago (Brasil/2013)
Pelatih asal Brasil ini menjadi pelatih untuk Kualifikasi Piala Asia 2015. Ia sempat berkolaborasi dengan Rahmad Darmawan.
Baca Juga: Andi Darussalam: Tidak Ada Match Fixing Piala AFF 2010 dan Maman Abdurrahman Tak Terlibat
18. Pieter Huistra (Belanda/2015)
Pelatih asal Belanda ini diplot menangani Timnas dengan status sementara. Pada akhir Desember 2014, ia diberi tugas menjadi Direktur Teknik.
Ia memilih cabut dan berkarier di Jepang setelah FIFA menjatuhkan sanksi kepada Indonesia, sehingga Timnas tak bisa mengikuti Kualifikasi Piala Dunia 2018 dan Kualifikasi Piala Asia 2019.
19. Luis Milla (Spanyol/2017-2018)

Eks pelatih Timnas Spanyol U-19 sampai U-23 ini diplot menangani skuat Garuda pada Januari 2017. Targetnya lolos Kualifikasi Piala Asia U-23 2018, meraih emas SEA Games 2017, dan berada di empat besar Asian Games 2018.
Luis Milla gagal mencapai target yang dibebankan. Di kualifikasi, Timnas tak lolos fase grup. Sementara di SEA Games 2017 hanya meraih medali perunggu.
Skuat asuhannya kemudian terhenti di babak 16 besar Asian Games 2018. Luis Milla akhirnya diganti Bima Sakti, yang ditunjuk menangani Timnas sementara waktu untuk Piala AFF 2018.