Kai Havertz, Alleskonner dengan Mentalitas Baja di Usia Muda
BolaSkor.com - Chelsea layak menjadi bintang di bursa transfer musim panas ini. Bagaimana tidak, The Blues jor-joran belanja pemain dengan total menghabiskan dana sebesar 195 juta poundsterling untuk merekrut enam pemain.
Mulai dari Timo Werner (47 juta poundsterling), Hakim Ziyech (36 juta poundsterling), Ben Chilwell (50 juta poundsterling), hingga teranyar Kai Havertz (62 juta poundsterling). Sementara dua pemain lainnya - Thiago Silva dan Malang Sarr - direkrut gratis karena kontraknya berakhir dengan klub lama mereka.
Havertz menjadi nama terakhir yang baru ini datang ke Chelsea dan menyusul kompatriotnya Timo Werner. Transfer Havertz bisa jadi menutup belanja pemain Chelsea di musim panas ini meski transfer-transfer masih bisa terjadi sampai Oktober mendatang.
Datangnya Havertz paling dinanti fans karena isu transfer mengenainya sudah lama dibahas di musim panas ini. Havertz juga lega bisa merampungkan transfer tersebut dan kini bisa fokus memberikan segalanya untuk tim arahan Frank Lampard.
Baca Juga:
Timo Werner Datang, Olivier Giroud Yakin Tetap Jadi Penyerang Utama Chelsea
Chelsea Bersolek, Frank Lampard Hadapi Situasi dan Pertaruhan Berbeda
Sindiran Jurgen Klopp untuk Chelsea yang Jor-joran di Bursa Transfer
"Saya sangat bahagia dan bangga ada di sini. Bagi saya ini mimpi jadi nyata bermain di klub besar seperti Chelsea dan saya tak sabar bertemu dengan seluruh pemain dan pelatih. Ya, saya sangat bahagia di sini!" tutur Havertz di laman resmi Chelsea.
Marina Granovskaia, Direktur Chelsea juga senang timnya dapat merampungkan transfer penting sekaligus investasi jangka panjang dengan prospek sang pemain jadi bintang di masa depan.
"Kai adalah salah satu pemain terbaik seusianya di dunia sepak bola, jadi kami sangat senang bahwa masa depannya ada di Chelsea," imbuh Marina.
"Dia telah membuktikan silsilahnya di salah satu liga terbaik di Eropa, dia bermain untuk tim nasional Jerman dan dia adalah bakat yang dinamis dan menarik. Kami senang bisa menambahkan kemampuan bermain di banyak posisi dan kualitasnya ke skuad sebelum musim dimulai."
Havertz jadi salah satu pemuda yang mencatatkan 50 dan 100 laga Bundesliga sejak promosi pada 2016. Dalam kurun waktu tiga tahun Havertz menjadi pemain yang dikenal dengan istilah Alleskonner.
Alleskonner Bermentalitas Baja
Alleskonner memiliki arti pemain yang dapat melakukan segalanya. Dalam sepak bola modern pemain itu adalah pemain serba bisa (versatile): bisa bermain di banyak posisi (peran berbeda) hingga memiliki banyak kemampuan.
Begitulah Kai Havertz. Sejak promosi ke tim utama Leverkusen dari akademi pada 2016 Havertz menunjukkan perkembangan signifikan dalam kariernya yang sampai mengejutkan eks pelatihnya di Leverkusen, Tayfun Korkut.
"Itu adalah sesuatu yang saya bicarakan dengannya (Havertz) karena kemampuan mencetak gol itu adalah satu-satunya hal yang harus dia tingkatkan dalam waktu saya (melatih Leverkusen). Dia kekurangan tembakan mematikan, bahkan kecepatan dalam tembakannya," tutur Korkut di Sky Sports.
"Banyak pemain memiliki bakat tetapi untuk menyelesaikan situasi bisa jadi sulit bagi para pemain muda. Banyak dari mereka bisa menggiring bola tapi banyak dari mereka melewatkan umpan atau tembakan terakhir."
"Dalam dua tahun terakhir ia telah mengembangkan bagian permainannya secara fantastis. Dia telah berkembang pesat dan mencetak banyak gol."
Tayfun Korkut (46 tahun) yang terakhir terlihat melatih Stuttgart pada 2018 memang jadi pelatih berjasa besar dalam karier Havertz. Kepercayaannya kepada Havertz sudah diperlihatkan kala sang pemain masih berumur 17 tahun pada 2017 silam.
Leverkusen dalam bahaya degradasi dan akan melawan Ingolstadt pada Mei 2017. Havertz sebelumnya tidak berpatisipasi dalam skuad ketika bermain melawan Atletico Madrid di Spanyol karena menjalani ujian sekolah.
Fokus dan komitmennya dengan sekolah tak terganggu sampai ia menyelesaikannya dan bergabung tepat waktu sebelum laga melawan Ingolstadt. Korkut yang jadi pelatih pengganti Roger Schmidt (dipecat Leverkusen) sudah punya firasat baik ketika melihat Havert berlatih.
"Anda hanya melakukan sedikit pemanasan, permainan kecil selama beberapa menit dan beberapa sprint. Tetapi ketika kami memainkan permainan kecil di lapangan kecil ini, dia fantastis," terang Korkut.
"Rasanya seperti dia bebas setelah menyelesaikan ujian. Semua yang ada di pikirannya jernih karena sekolah selesai dan bahkan dalam 10 menit melihatnya, Anda bisa merasakannya. Begitulah cara dia menyentuh bola. Saya memutuskan untuk memainkannya."
Keputusan yang berani tapi tidak sia-sia. Havertz mencetak gol penyama kedudukan Leverkusen, laga berakhir imbang 1-1 dan klub selamat dari degradasi. Sejak saat itu posisi Havertz tidak tergantikan dalam skuad utama.
Satu hal paling menonjol dari Kai Havertz adalah mentalitas baja yang dimilikinya. Usianya boleh berumur 17 tahun tapi caranya bermain dan menghadapi lingkungan sekitar seperti halnya pemain sarat pengalaman.
"Ini mungkin hal yang paling istimewa tentang dia, kekuatan mentalnya. Anda tidak akan melihat perbedaan dalam dirinya apakah dia bermain melawan Ingolstadt atau Real Madrid, apakah dia bermain untuk menghindari degradasi atau memenangkan kejuaraan. Dia akan selalu bermain sama pada level tinggi," terang Korkut.
"Bahkan pada usia 17 tahun, dia tidak mengalami pasang surut. Ini bukan tentang pelatih yang berani, ini tentang pemain. Dia memberi saya perasaan bahwa dia bisa memainkan pertandingan besar itu dan dia bisa (melakukannya)."
"Dia memiliki kekuatan mental yang luar biasa ini. Saya tidak tahu apakah itu diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris tetapi dia seperti manusia es."
"Saat Anda melihatnya sekarang, Anda tidak tahu apakah dia berada di bawah tekanan. Saya tidak tahu apa yang dia rasakan di dalam tetapi dia tidak menunjukkannya dan itu adalah kualitas penting jika Anda ingin menjadi salah satu yang terbaik."
"Bermain untuk klub besar itu berbeda. Ini tentang ketangguhan mental. Ada banyak pemain muda yang bagus di luar sana. Tetapi bermain untuk klub terbesar. Untuk bermain untuk Bayern Munich, Manchester United atau Chelsea, Anda perlu memiliki sesuatu yang lebih dari sekedar bakat. Dia memilikinya (mental)."
Karakter dan Posisi Bermain
Putra dari polisi dan pengacara dibesarkan di Desa Mariadorf. Havertz tak memiliki latar belakang keluarga kaya, namun kehidupannya berkecukupan dan sederhana. Uang tidak pernah jadi prioritas Havertz yang menikmati bermain sepak bola.
"Ini bukan pemain yang bermain demi uang. Sebagai seorang pelatih, Anda akan mengetahui dengan cepat apa yang memotivasi orang. Ada berbagai macam orang yang berbeda di dunia ini," ucap Korkut.
"Dengan Kai, itu hanya bermain-main dan bersenang-senang. Dia menikmatinya. Ini bukan tentang mendapatkan kontrak yang lebih besar."
"Saya pikir untuk menjadi pemain besar Anda harus menyukai permainan ini. Saya pikir Kai adalah salah satunya. Dia cerdas, anak baik dari keluarga baik, bukan anak gila. Dia sangat mapan. Saya tidak berpikir dia akan berpikir tentang memiliki satu juta lagi atau apapun. Dia hanya menyukai sepak bola dan ingin bermain."
Sekilas melihat postur tubuh Havertz setinggi 1,89 meter dan perawakan tubuh yang kurus bisa menipu lawan. Dengan postur tinggi itu Havertz memang punya keunggulan duel bola udara, tapi itu bukan satu-satunya kelebihan yang dimilikinya.
Visi bermain, operan bola bagus, penyelesaian akhir, pergerakan (dengan atau tanpa bola), dribel bola, serta peran membaca posisi bermain jadi kelebihan-kelebihan dari teknik bermain Kai Havertz.
Havertz dapat ditempatkan sebagai penyerang sayap kanan (Havertz berkaki kidal) dengan tugas melakukan penetrasi ke kotak penalti, coba mencetak gol, namun dia juga bisa ditempatkan sebagai gelandang serang hingga striker false nine (penyerang semu).
"Dia bukan pemain nomor 6 (gelandang tengah), jelas bukan. Tapi saya pikir di depan itu dia bisa bermain di mana saja. Mungkin posisi terbaiknya adalah sebagai pemain nomor 8 (gelandang serang) dalam formasi 4-3-3 yang banyak tim mainkan sekarang," tutur Korkut.
"Di suatu tempat di antara nomor 8 dan nomor 10. Dia lebih merupakan pemain sentral daripada pemain sayap tetapi itu tergantung pada sistem bermain."
Di mana pun nantinya Frank Lampard memainkan Havertz yang pasti legenda Chelsea itu sudah memiliki banyak opsi ofensif di lini serang. Havertz, Werner, Ziyech, Christian Pulisic, Mason Mount, dan Callum Hudson-Odoi bisa jadi ancaman bagi pertahanan lawan.
"Ketika saya pergi meninggalkan klub. saya ingat mengatakan kepada Rudi Voller, Direktur Olahraga Leverkusen untuk merawat Kai karena dia akan menjadi salah satu pemain terbaik di dunia," tambah Korkut.
"Dia berusia 17 tahun saat itu, tetapi itulah yang terjadi. Saya berkata. Saya telah melihat banyak pemain dengan bakat, tapi dia sangat, sangat istimewa."
Bagaimana? Semakin penasaran menantikan kiprah Kai Havertz, fans Chelsea?