Sosok Feature Timnas Indonesia

Dettmar Cramer, Bapak Sepak Bola Jepang dan Mentor bagi Shin Tae-yong

Frengky Aruan - Senin, 12 Oktober 2020

BolaSkor.com - As long as better is possible, then good is not enough. Kalimat tersebut menjadi pegangan atau moto Dettmar Cramer. Pesannya jelas jika diartikan, jangan puas ketika masih ada level lebih baik yang bisa dikejar.

Moto itu juga dimuat Bayern Munchen di lamannya pada 18 September 2015, mengenang Dettmar Cramer yang meninggal sehari sebelumnya, di rumahnya di Reit im Winkl dalam usia 90 tahun. Bayern Munchen menganggap Cramer sebagai peletak dasar bagi kebangkitan klub menjadi terkenal di dalam dan luar negeri.

Dettmar Cramer membawa Bayern Munchen menjadi juara European Cup musim 1974-75 dan 1975-76. Ia juga mengantar The Bavarians memeroleh titel Intercontinental Cup 1976.

"Dia satu-satunya pelatih yang memenangkan Liga Champions dua kali bersama Bayern Munchen, yang saat itu disebut Piala Eropa," kata petinggi klub, Karl-Heinz Rummeningge mengenang Dettmar.

Baca Juga:

Batasi Penggunaan Media Sosial, Shin Tae-yong Tak Ingin Mental Pemain Timnas Indonesia U-19 Terganggu

Wawancara Eksklusif Muhammad Adi Satryo: Jadi Penjaga Gawang karena Botol Minum hingga Alisson Becker

Modernisasi Sepak Bola Jepang

Dettmar Cramer memulai kariernya di Viktoria Dortmund dan Germania Wiesbaden. Awal karier kepelatihan membawanya ke klub-klub seperti Teutonia Lippstadt, VfL Geseke, FC Paderborn, dan TuS Eving-Lindenhorst. Namun kurang bersinar.

Pada awal 1960-an, sosok kelahiran 4 April 1925 mencoba karier di bidang jurnalisme olahraga di stasiun TV ZDF. Hanya enam bulan bekerja, Cramer memutuskan berhenti setelah merasa menjauh dari sepak bola. Ia kemudian direkomendasikan dan dikirim Federasi Sepak Bola Jerman (DFB) ke Jepang.

Jepang kebetulan sedang mengejar ketertinggalan. Terlebih pada 1964, Negeri Matahari Terbit menjadi tuan rumah Oimpiade Musim Panas. Pelatih asing mutlak menjadi opsi Asosiasi Sepak Bola Jepang (JFA) dan Dettmar Cramer jodohnya untuk mengangkat level tim.

(japanbullet.com)

Timnas Jepang U-23 mencapai babak delapan besar bersama Dettmar Cramer. Kemenangan 3-2 atas Argentina di fase grup menjadi yang paling diingat.

Dettmar Cramer juga terlibat pembentukan Liga Sepak Bola Jepang (JSL), yang kemudian menjadi cikal bakal J-League. Liga yang turut memengaruhi prestasi Jepang di Mexico City pada Olimpiade 1968.

Jepang menyabet medali perunggu, kepingan yang sampai saat ini terbaik diperoleh. Cramer berperan sebagai penasihat di dalam tim.

"Sebelum (pertandingan) medali perunggu, ia menyampaikan kepada kami, tunjukkan yamato-damashii (semangat juang Jepang) Anda. Sebagai seorang pelatih, ia luar biasa, tetapi ia juga sebagai manusia," kata Ryuichi Sugiyama, mantan striker Jepang dalam artikel Japan Times.

Jasanya untuk sepak bola Jepang belum usai. Setelah membantu Helmut Schoen menangani Timnas Jerman Barat di Piala Dunia 1966, ia mendapat kontrak dari FIFA. Ia dikirim kembali ke Jepang dan meletakkan dasar struktur kepelatihan pelatih dan menjalankan kursus kepelatihan pada 1969.

Ia juga instruktur FIFA World Youth Academy yang diadakan di Ibaraki pada tahun 1988, dan kembali ke Jepang untuk kesembilan kalinya pada tahun 1989 atas undangan JFA. Ia bekerja sebagai pelatih khusus selama dua tahun.

"Kami dapat mengatakan bahwa sepak bola Jepang tidak dapat dimodernisasi tanpa Dettmar Cramer. Saya dilatih olehnya selama berhari-hari saya bermain dan mempelajari keterampilan dasar secara menyeluruh. Saya masih ingat bahwa kami berlatih terutama tendangan berulang kali. Terima kasih Cramer, Liga Sepakbola Jepang (JSL) didirikan, yang mengarahkan kami untuk mengorganisir J.League," jelas Kuniya Daini, mantan pemain dan pelatih Jepang yang pernah menjabat sebagai Presiden Federasi Sepak Bola Jepang (JFA).

Baca Juga:

Eksklusif Shin Tae-yong: Rahasia Hubungan Handie Talkie dengan Timnas Indonesia U-19

Begini Cara Shin Tae-yong agar Performa Timnas Indonesia U-19 Terus Meningkat Selama TC

"Sepak bola Jepang akan sangat berbeda, tidak berkembang tanpanya. Ia tidak bisa berhenti berbicara tentang sepak bola, yang menunjukkan antusiasmenya yang besar. Saya percaya bahwa hasratnya pada sepak bola tetap sama sampai menit-menit terakhirnya," tambahnya di laman JFA.

Dettmar Cramer masuk Japan Football Hall of Fame. (JFA)

Bapak sepak bola Jepang pun melekat pada Dettmar Cramer. Jasanya sebelumnya juga dihargai melalui 3rd Class Order of the Sacred Treasure oleh Kaisar Hirohito pada 1971 dan Japan Football Association 75th Anniversary Special Achievement Award pada 1996. Ia juga terpilih mengisi Japan Football Hall of Fame pada 2005.

Kontrak panjang dari FIFA terhitung sejak 1967 hingga 1974 juga membawa Cramer berkeliling dunia, termasuk ke Mesir. Ia sempat menangani Timnas Amerika Serikat dan kembali membantu Helmut Schoen saat Jerman Barat mengalahkan Belanda di final Piala Dunia 1974 di Munich.

Sang 'Football Professor' julukan dari Franz Beckenbauer, kemudian menuai sukses bersama Bayern Munchen. Itu setelah sempat mendapat kritik, namun didukung penuh oleh Franz Beckenbauer yang berstatus kapten bersama timnya.

Filosofi Cramer Pegangan Shin Tae-yong

Dettmar Cramer juga tercatat pernah menangani Eintracht Frankfurt dan Bayer Leverkusen. Itu sebelum menjadi manajer umum sekaligus penasihat bagi Timnas Korea Selatan U-23 pada 1991.

Eks penerjun payung jadi pilihan Federasi Sepak Bola Korea karena pengalaman di Asia untuk membantu meningkatkan level tim jelang Olimpiade Barcelona 1992. Kariernya tidak panjang, karena konflik dengan staf pelatih menyusul ketidaksepahaman soal program latihan.

Dettmar Cramer. (Blog Naver)

Perselisihan berujung pengunduran diri dan Dettmar Cramer urung ikut mendampingi Timnas Korea Selatan U-23 sampai berlaga di Olimpiade Barcelona 1992.

Nyatanya banyak pemain Timnas Korea terkesan dengan metode latihan Cramer. Si Napoleon juga dianggap sosok peduli terhadap pemain.

Salah satunya manajer pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong. Bagi Shin Tae-yong, Cramer sosok panutan, inspirasi, termasuk guru.

Shin Tae-yong menyempatkan diri menemui sang mentor di pinggiran kota Munich, Jerman ketika menimba ilmu di Eropa pada 2013. Nasihat untuk karier sebagai pelatih didapat dalam keakraban selama empat jam.

Shin Tae-yong mengunjungi Dettmar Cramer. (Joins)

"Saya sangat kenal dengan Dettmar Cramer. Saya sudah menganggapnya sebagai guru, teman, dan sahabat. Saya banyak belajar darinya dalam segala hal. Terutama kedisiplinan dalam sepak bola,” kata Shin Tae-yong secara eksklusif kepada href="http://BolaSkor.com">BolaSkor.com melalui PSSI>.

Ia kembali ke Jerman pada 2016, guna mengunjungi makam Cramer. Shin berdoa, termasuk agar Cramer memberi kekuatan kepadanya memimpin Korea di Olimpiade Rio 2016.

"Saat saya mau bertanding (Olimpiade Rio 2016), saya memang datang ke makamnya untuk mengenang jasanya untuk saya. Saya seperti ini memang ada andil tangannya. Saya bisa menjadi pelatih yang bisa bermain di Piala Dunia (2018) berkat ilmunya,” tambah Shin Tae-yong.

Bisa jadi yang diterapkan Shin Tae-yong di Timnas Indonesia, merupakan buah yang dipetik dari Cramer. "Saya belajar tentang filosofi sepak bola darinya. Bagaimana bermain mengandalkan fisik, stamina yang kuat, hingga taktik yang matang.”

Bagikan

Baca Original Artikel