Ragam Feature Italia

Coverciano, Pabrik Penghasil Pelatih Jempolan Italia

Johan Kristiandi - Senin, 15 Juli 2019

BolaSkor.com - Tuntutlah ilmu sampai ke negeri China, begitu kata pepatah. Namun, jika ingin menjadi pelatih hebat, Anda perlu menimba ilmu di Coverciano, pabrik penghasil allenatore hebat asal Italia.

Menjadi pelatih bukan hanya urusan meramu taktik. Lebih jauh daripada itu, akan ada beberapa polemik. Jika gagal, pelatih anyar pun segera dilantik.

Pada musim lalu, 19 klub Serie A menunjuk pelatih lokal. Jumlah tersebut adalah yang terbanyak di antara lima liga top Eropa.

Perbandingannya, di Spanyol, ada 18 klub yang dilatih manajer lokal, dengan dua lainnya berasal dari Argentina. Sementara itu, di Ligue 1 hanya ada enam pelatih yang tidak berasal dari Prancis. Sedangkan, liga yang digadang-gadang sebagai terbaik di dunia, Premier League, hanya punya lima manajer asal Inggris.

Lebih lanjut, pelatih asal Italia punya bagian besar dalam diagram juru taktik paling sukses di dunia. Mereka membukukan kesuksesan di dalam atau pun luar negeri.

Di Inggris, Roberto Mancini, Claudio Ranieri, dan Antonio Conte berhasil memenangi Premier League. Musim lalu, Maurizio Sarri menambah goresan tinta emas dengan membawa Chelsea berjaya di Liga Europa.

Tak berhenti sampai di situ, di Prancis, Spanyol, dan Jerman, Carlo Ancelotti telah menikmati kesuksesan domestik dan juga kontinental. Ia memenangi dua trofi liga, dua piala domestik, dan Liga Champions.

Sementara itu, di negeri Pizza, Massimiliano Allegri mengantarkan Juventus ke level hegemoni. Bianconeri merengkuh lima gelar Serie A berturut-turut. Ia juga membawa Juventus meraih empat gelar Copa Italia dan dua kali menembus final Liga Champions.

Baca juga:

3 Alasan Mengapa Barcelona Pantang Pulangkan Neymar

Cerita Pembalap MotoGP Pensiun: Casey Stoner Paling Mendadak, Giacomo Agostini Menangis Tiga Hari

 kehebatan pelatih italia
Coverciano

Pada sisi lain, ada juga Gian Piero Gasperini yang berhasil membuat Atalanta menembus Liga Champions 2019-2020. Padahal, klub yang identik dengan warna hitam-biru itu punya anggaran cekak.

Selain kewarganegaraan, para pelatih yang disebutkan di atas juga punya kesamaan lainnya. Semua pelatih tersebut pernah menempa ilmu di Coverciano.

Coverciano dikenal sebagai markas tim nasional Italia. Namun, tempat tersebut juga digunakan sebagai sekolah bagi para pelatih sebelum menghadapi pertarungan sesungguhnya.

Banyak lulusan Coverciano adalah mantan pemain profesional. Teranyar, Andrea Pirlo, Alberto Gilardino, Paolo Cannavaro, dan pangeran Florence, Gabriel Batistuta, mengikuti kursus pada Juli.

Coverciano sudah punya sejarah panjang di sepak bola Italia. Maklum, Coverciano sudah mulai berdiri sejak 1957.

Luigi Ridolfi, nama yang identik dengan olahraga Italia, adalah orang yang mendirikan fasilitas tersebut. Pada saat itu, ia punya gagasan untuk membuat sesuatu yang unik di dunia sepak bola Italia.

Mendukung pernyataan sebagai orang yang identik dengan olahraga Italia, Ridolfi adalah orang yang punya sejarah panjang dengan atletik. Ia juga mendirikan Fiorentina pada 1926 dan Giglio Rosso Athletics Society satu tahun berselang.

Selain itu, Ridolfi pernah menjabat sebagai presiden federasi atletik Italia selama 16 tahun antara 1926 dan 1942. Pada akhir masa kepemimpinannya, ia memegang jabatan sebagai ketua federasi sepak bola Italia.

Ridolfi tidak sendiri dalam mendirikan Coverciano. Ia menggandeng Dante Berreti. Kedua sosok tersebut punya tujuan yang sama: Menyatukan para pelatih dari berbagai bidang, latar belakang, dan kepercayaan untuk berbagi gagasan. Ridolfi dan Berreti berharap, Coverciano bisa menjadi rumah yang penuh dengan ide inovatif.

bursa pelatih liga italia
Coverciano

Untuk calon pelatih yang berniat menimba ilmu di Coverciano, ada dua tes yang perlu dilewati. Pertama, mereka akan menghabiskan waktu selama satu bulan untuk belajar, membentuk metode, menyempurnakan ideologi, dan membuktikan diri layak lulus ujian dengan pembinaan yang ketat. Para pelatih akan datang empat kali dalam satu pekan.

Kemudian, mereka harus menempuh ujian lisan yang dipimpin para widyaiswara di Coverciano. Para pelatih itu akan diuji dengan berbagai topik mulai dari taktik pertandingan, komunikasi, hingga manajemen manusia.

Sebelum mencapai tahap itu, para anak murid juga mengikuti program yang diberi nama Il Supercorso. Kursus tersebut dilakukan selama 900 jam dalam periode dua tahun. Tak pelak, banyak selentingan anggapan yang berbunyi jika belajar di Coverciano lebih sulit dua kali lipat dibanding UEFA Pro License.

Bagian yang paling membuat pusing tujuh keliling adalah kewajiban membuat tesis. Coverciano mengharuskan tesis yang dibuat informatif dan eksklusif dengan subjek tertentu yang sudah dipilih sebelumnya.

Nantinya, tesis tersebut akan dipaparkan di depan penguji. Kalau sudah, para manajer juga harus punya alasan kuat mengapa tesis mereka akan berguna sehingga bisa membantu membuat cetak biru sepak bola di masa depan.

Renzo Ulivieri adalah orang yang berada di balik kerutan wajah para manajer. Ya, dia merupakan instruktur yang mengajar serta menguji para pelatih.

Berbicara pada New York Times, mantan pelatih Napoli dan Parma itu menjelaskan aturan main di Coverciano. Dia menerangkan, ada dua frasa yang sangat dilarang di Coverciano. Pertama, "di zaman saya"; sedangkan yang lainnya "sepak bola saya".

Hal itu dipandang sebagai sesuatu yang tabu di tengah filosofi yang diinginkan Ridolfi. Para murid di Coverciano harus menciptakan ide-ide segar. Paling utama adalah bagaimana hari ini dan besok, bukan tentang apa yang kemarin telah berhasil.

"Para pelatih yang datang belajar di sini tidak akan mendapatkan buku apa pun. Apa gunanya? Jika saya menulis buku, itu bisa memakan waktu dua tahun," jelas Ulivieri seperti dilaporkan Bleacher.

"Jadi, pada saat saya memberikan pada Anda, itu sudah dua tahun yang lalu. Sudah kedaluwarsa," timpal pelatih 78 tahun itu.

"Anda perlu memperbarui prinsip-prinsip inti soal sepak bola yang sudah sangat tua dan selalu ada. Namun, kemudian Anda harus memulai dari awal karena jika saya mengajarkan apa yang diberikan pelatih pada saya, itu sudah 50 tahun yang lalu."

"Apa yang sebenarnya perlu saya ajarkan pada orang-orang itu adalah bagaimana sepak bola akan terjadi dalam 10 tahun mendatang. Saya perlu memprediksi masa depan," ujar Ulivieri.

pelatih asal italia
Renzo Ulivieri

Untuk urusan kompetensi, Ulivieri tidak bisa dipandang sebelah mata. Sepanjang karier 42 tahun sebagai pelatih, dia sudah 22 kali gonta-ganti klub. Ulivieri sudah paham betul dengan degradasi, menangani pemain bintang, perselisihan, dan mengelola banyak tingkatan dalam spektrum sepak bola Italia.

Tidak heran, hanya sedikit yang berpendapat ada kandidat yang lebih pantas untuk jabatan tersebut dibanding Ulivieri. Sebagai tambahan, Ulivieri juga ramah, cerdas, dan bersemangat.

Seperti universitas pada umumnya, Coverciano juga punya lulusan-lulusan terbaik. Bila dituliskan, secarik kertas pun tak cukup untuk menampung.

Ketika Antonio Conte lulus pada 2006, dia membuat tesis berjudul; "Pertimbangan pada 4-3-1-2 dan Penggunaan Video yang Didaktik,". Tesis tersebut menyoroti pro-kontra dari formasi 4-3-1-2 secara bertahan, menyerang, transisi, dan bagaimana tim harus beroperasi dengan atau tanpa bola.

Conte menggambarkan beberapa situasi dalam pertandingan dengan mempertimbangkan faktor-faktor di luar lapangan seperti psikologi dan klasemen sementara. Dikenal terobsesi dengan detail, disertasi 38 halaman itu adalah representasi sempurna dari metodologinya.

pelatih dari italia
Coverciano

Berikutnya, ada tesis dari mantan pelatih Inter Milan, Luciano Spalletti. Pelatih berkepala plontos tersebut membuat tesis berjudul "Sistem Permainan 3-5-2".

Sebagaimana namanya, tesis tersebut merupakan uraian yang menjelaskan mengapa 3-5-2 merupakan formasi penting dalam sepak bola modern. Pembahasan berikutnya memberikan beberapa wawasan tentang latihan yang tepat dan latihan yang digunakan untuk mengimplementasikan. Bahkan, ada bagian yang menerangkan berbagai terminologi berkaitan dengan pola.

Taktik tersebut digunakan Spalletti di AS Roma dan Zenit Saint Petersburg. Meskipun, pada akhirnya ia beralih menjadi 4-2-3-1 ketika menukangi Inter.

Di luar dua contoh di atas, ada juga tesis menarik lainnya milik Carlo Ancelotti yang terbit pada 1997. Mantan arsitek Real Madrid itu memberi judul "Masa Depan Sepak Bola: Lebih Dinamis".

Pelatih 60 tahun itu menyoroti perubahan yang akan dialami sepak bola di masa depan. Tesis tersebut dilengkapi isi grafik untuk mendukung bagaimana aktivitas di dalam dan luar lapangan yang akan mengubah permainan di masa depan.

Lalu, ada juga tesis milik Roberto Mancini pada 2011 dengan tema besar "Il Trequartista". Tesis tersebut membahas peran gelandang serang dalam pertandingan.

Kembali ke masa lalu, ada satu tesis yang terkenal soal sistem penandaan zona milik Fabio Capello. Tesis yang disusun pada 1984 itu tersedia untuk dibaca sebagai bahan inspirasi untuk pelatih di masa yang mendatang.

Selain pendidikan untuk pelatih, Universita del Calcio ini juga memberikan pelatihan pada calon wasit, direktur olahraga, dan fisioterapis. Bahkan, Coverciano juga menyediakan ruangan relaksasi.

pelatih hebat asal italia
Coverciano

Selain itu, di Coverciano juga terdapat lapangan tenis, kolam renang, auditorium, ruang pertemuan, perpustakaan, dan kantor kepala federasi sepak bola Italia.

Satu di antara yang paling menarik adalah Museo del Calcio (museum sepak bola). Dibuka pada 2000, Museo del Calcio terdiri dari enam ruangan. Ruangan pertama berisi dua trofi Piala Dunia yang diraih pada 1930-an, lengkap dengan jersey asli para pemain.

Ruangan kedua berisi memorabilia beberapa legenda termasuk Diego Maradona dan Pele. Sedangkan ruangan ketiga digunakan sebagai tempat memberikan informasi mengenai perkembangan sepak bola Italia.

Ruangan keempat, kelima, dan keenam merekam perjalanan Italia meraih gelar Piala Eropa 1968, Piala Dunia 1982 dan 2006. Sudah jelas, Museo del Calcio adalah tempat yang melindungi masa lalu, sambil melihat ke masa depan.

Meskipun demikian, beberapa kritik telah dilontarkan untuk Coverciano usai kegagalan Carlo Ancelotti di Bayern Munchen, Roberto Mancini di Inter, dan yang paling deras tertuju pada Gian Piero Ventura yang gagal membawa Gli Azzurri berlaga di Piala Dunia 2018.

Namun, dukungan juga tidak berhenti mengalir. Bertempat di pinggiran Firenze, dekat kaki bukit Fiesole yang indah, Coverciano memiliki sejarah kuat dalam memoles beberapa pemikir terbaik Italia.

Setelah menghasilkan pemenang Piala Dunia, Liga Champions, dan liga domestik di berbagai belahan dunia, hanya ada sedikit alasan meragukan kualitas Coverciano . Tentunya, hanya masalah waktu sebelum generasi baru pelatih Italia mencuat ke permukaan dan membawa calcio ke tingkat lebih tinggi, sekali lagi.

Bagikan

Baca Original Artikel