Ragam Feature Piala Eropa Internasional Berita

Cerita Klasik Euro: Gol Emas David Trezeguet dan Kejayaan Prancis pada 2000

Arief Hadi - Jumat, 07 Juni 2024

BolaSkor.com - Sejarah selalu mengisahkan cerita menarik dari suatu event atau turnamen besar sepak bola dunia atau Eropa. Misalnya seperti pada medio 2008-2012. Saat itu, timnas Spanyol merajai sepak bola dunia.

Pada 2010 La Furia Roja menjadi juara Piala Dunia, lalu pada 2008 dan 2012 Spanyol memenangi Euro dua kali beruntun. Dominasi Spanyol mutlak kala itu karena hal yang sederhana: sepak bola yang dominan dan filosofi jelas.

Seiring ketatnya persaingan Real Madrid dan Barcelona di LaLiga, ditambah dengan permainan tiki-taka Barcelona era Pep Guardiola, plus pemain-pemain yang berkiprah di luar negeri, Spanyol memiliki segudang talenta dari belakang hingga ke depan.

Sejarah itu tak akan terulang lagi. Faktanya, Spanyol meredup pasca kejayaan pada 2012 dan masih mencari bentuk permainan terbaik di era yang berbeda.

Baca Juga:

5 Pemain Muda yang Aksinya Layak Dinanti di Euro 2024

7 Rekor yang Dapat Dipecahkan di Euro 2024

Profil Grup C Euro 2024: Inggris Dikepung Kuda Hitam

"Kita sedang membicarakan generasi pesepak bola hebat," kata Vicente Del Bosque, pelatih Spanyol kala itu.

"Mereka tahu cara bermain bersama karena mereka berasal dari negara tempat mereka belajar bermain dengan benar. Ini adalah era yang hebat bagi sepak bola Spanyol."

"Kami punya beberapa pemain hebat yang bermain di luar negeri, hal yang sebelumnya tidak mungkin dilakukan. Kami tidak punya pemain di luar negeri dan sekarang klub-klub asing menginginkan pemain kami. Memenangkan tiga gelar hampir mustahil. Selamat kepada para pemain."

Seperti prolog awal "setiap event besar atau turnamen memiliki kisahnya masing-masing", begitu juga timnas Prancis jauh sebelum kejayaan Spanyol pada medio 2008-2012.

Hujan Talenta di Skuad Prancis

Ligue 1 Prancis tidak terkenal sebagai kompetisi yang kompetitif saat ini, mengingat betapa dominannya Paris Saint-Germain (PSG). Akan tapi jika berbicara level internasional, timnas Prancis salah satu negara besar sepak bola.

Setiap turnamen besar dimulai, baik itu Piala Dunia atau Piala Eropa, Prancis selalu jadi favorit juara. Fakta mereka dua kali juara Piala Dunia dan dua kali Euro jadi bukti.

Bahkan, keberhasilan memenangi Piala Dunia 2018 bak baru terjadi kemarin karena masih ada pemain-pemain yang tersisa sampai skuad terkini, semisal Kylian Mbappe, Antoine Griezmann, Olivier Giroud, dan N'Golo Kante.

Jauh sebelum memasuki era Kylian Mbappe dan kawan-kawan, Prancis juga pernah memiliki talenta di setiap lininya pada medio 1998-2000. Dalam kurun waktu dua tahun, Prancis memenangi Piala Dunia dan Euro.

Pada 1998, Prancis melalui fase grup yang berisikan Afrika Selatan, Arab Saudi, dan Denmark. Kemudian di fase gugur melewati hadangan Paraguay, Italia, dan Kroasia.

Di final, negara dengan segudang talenta, Brasil dibantai Prancis dengan skor mencolok 0-3 di Stade de France, Saint-Denis.

Skuad arahan Aime Jacquet membuat Brasil arahan Mario Zagallo yang punya pemain-pemain seperti Cafu, Aldair, Roberto Carlos, Rivaldo, Bebeto, dan Ronaldo tak berkutik.

Tiga gol datang dari dua gol sang maestro, Zinedine Zidane, dan satu gol lainnya dicetak Emmanuel Petit.

Hebatnya lagi, Prancis melakukannya saat mereka bermain dengan 10 pemain pada menit 68 saat Marcel Desailly dikartumerah.

Zidane sebagai pemimpin generasi dengan talenta alami yang dimilikinya. Saat Piala Dunia 1998, usianya baru 25 tahun dan Prancis punya talenta lain seperti Robert Pires (24 tahun), Thierry Henry (20 tahun), David Trezeguet (20 tahun).

Puncak Performa di Euro 2000

Dua tahun berlalu, skuad juara Piala Dunia 1998 Prancis semakin berkembang: pemain muda berbakat kian matang, beberapa nama lainnya sudah pensiun karena usia, sisanya bermain di penghujung karier internasional.

Tidak lagi dilatih Aime Jacquet, Prancis kali ini dilatih Roger Lemerre. Perjalanan Prancis dimulai di fase grup D bersama Belanda, Republik Ceko, dan Denmark.

Prancis menyapu bersih laga dengan kemenangan dan total mencetak tujuh gol, kebobolan empat gol. Pada perempat final, Prancis mengalahkan Rumania (2-0) dan menyingkirkan Belanda di semifinal, melalui drama adu penalti (3-1) usai laga berakhir imbang tanpa gol di waktu normal.

Di final yang dihelat di De Kuip, Rotterdam, Prancis menghadapi Italia yang dilatih Dino Zoff dan juga memiliki pemain-pemain legendaris seperti Francesco Totti, Alessandro Del Piero, Paolo Maldini, Fabio Cannavaro, dan Alessando Nesta.

Italia masih memiliki akar permainan catenaccio dan tidak mudah bagi Prancis mencetak gol. Kedudukan pun sama kuat 1-1 ketika gol dari Marco Delvecchio (55') dibalas oleh Sylvain Wiltord (90+4') jelang laga bubar.

Satu pergantian Lemerre berbuah jitu dan kejeliannya berlanjut pada sosok David Trezeguet. Striker Juventus mencetak gol emas di menit 103 dan membawa Prancis menang 2-1.

Zidane berada pada puncak permainannya dengan talenta murni yang dimilikinya, tetapi Trezeguet-lah yang menjadi pahlawan Prancis dengan gol emasnya.

Dikenalkan oleh FIFA pada 1993, gol emas adalah istilah saat gol yang tercipta di waktu tambahan langsung menjadikan tim yang unggul sebagai pemenang. Itu terjadi pada Euro 1996 dari gol Oliver Bierhoff ke gawang Republi Ceko, dan pada 2000 diulangi Trezeguet.

"Bolla mengarah ke pojok atas, namun bisa saja dengan mudah keluar dari stadion. Benar-benar gila. Ide (dari Prancis) untuk melakukan serangan habis-habisan di perpanjangan waktu, kemudian gol yang luar biasa," kenang Trezeguet.

Gol itu uniknya justru membuka jalan Trezeguet meninggalkan klubnya, AS Monaco dan bergabung dengan Juventus.

"Anda tahu orang-orang Italia dan hasrat mereka terhadap sepak bola: para penggemar tidak memberikan bantuan apapun kepada saya. Hal yang sama juga terjadi pada rekan satu tim saya – separuh dari tim Italia bermain untuk Juve! Mereka selalu menjaga jarak," tambah Trezeguet.

"Namun waktu berlalu dan saya menghabiskan 10 tahun di klub, mencetak rekor jumlah gol (untuk pemain non-Italia) dalam prosesnya. Italia membalas dendam pada tahun 2006 (di final Piala Dunia), jadi mereka bahagia pada akhirnya."

Susunan Pemain Final Euro 2000:

Timnas Prancis (4-2-3-1): Fabien Barthez; Lilian Thuram, Marcel Desailly, Laurent Blanc, Bixente Lizarazu (Robert Pires 86'); Patrick Vieira, Didier Deschamps (kapten), Youri Djorkaef (David Trezeguet 76'), Zinedine Zidane; Thierry Henry, Christophe Dugarry (Svlvain Wiltord 58')

Pelatih: Roger Lemerre

Timnas Italia (5-2-1-2): Francesco Toldo; Fabio Cannavaro, Alessandro Nesta, Mark Iuliano, Gianluca Pessotto, Paolo Maldini (kapten); Demetrio Albertini, Luigi Di Biagio (Massimo Ambrosini 66'), Stefano Fiore (Alessandro Del Piero 53'); Francesco Totti, Marco Delvecchio (Vincenzo Montella 86)

Pelatih: Dino Zoff

Wasit: Anders Frisk (Swedia)

Man of the Match: Francesco Totti (Italia)

Bagikan

Baca Original Artikel