Ball Bersaudara dan Relikui Kematian
BolaSkor.com - "Anak tertua memiliki tongkat yang tidak terkalahkan. Batu kebangkitan menjadi milik anak tengah. Sementara anak terakhir, memiliki jubah tembus pandang." - Xenophilius Lovegood.
Ketiga benda tersebut diciptakan oleh Kematian dan diberikan kepada Paverell bersudara. Tongkat menjadi milik anak pertama, Antioch, batu jatuh ke tangan anak tengah, Cadmus, serta anak bungsu, Ignotus, kebagian jubah.
Menurut legenda, penyihir yang memiliki ketiga benda tersebut akan menjadi Penguasa Kematian. Dalam linimasa Harry Potter, Albus Dumbledore memiliki tongkat, sementara batu menjadi milik ayah Harry, James Potter, sedangkan Harry sendiri memiliki jubah.
Pada dunia Harry Potter, keberadaan tiga saudara dengan relikui kematian sering dianggap sebagai legenda. Orang-orang menilai cerita itu hanya karangan pendongeng bernama Beedle.
Baca Juga:
Lupakan Giannis Antetokounmpo, Lakers Masih Punya Anthony Davis

Akan tetapi, ketiga relikui tersebut rupanya memang ada di dunia karangan J.K. Rowling tersebut. Bahkan, banyak fans berspekulasi kalau Dumbledore, Severus Snape, serta Harry adalah reinkarnasi Paverell bersudara.
Dalam dunia yang dibangun oleh Rowling, cerita berputar di sekitar ketiga orang yang disebut sebagai reinkarnasi Paverell bersaudara itu. Sedangkan relikui kematian sendiri seolah menjadi pelengkap.
Beralih ke NBA, di mana terdapat tiga bersaudara juga yang membuat perjanjian dengan Kematian. Ketiga saudara tersebut adalah Lonzo Ball, LiAngelo Ball, dan LaMelo Ball.
Kisah Ball bersaudara dimulai dari Kematian sendiri, tepatnya ayah mereka, LaVar Ball. Sempat bermain di kompetisi basket kampus, LaVar lebih terkenal sebagai atlet American Football (NFL).
Nama Keluarga Ball mulai menyita perhatian ketika anak tertuanya, Lonzo, dianggap sebagai calon bintang NBA. Sebagaimana Kematian yang memberi tongkat tidak terkalahkan untuk Antioch, LaVar membebani Lonzo dengan ekspektasi tinggi.
Saat ditanya oleh CBS Sports mengenai Lonzo, LaVar dengan enteng membandingkannya dengan legenda Los Angeles Lakers, Magic Johnson. "Lonzo seperti Johnson dengan lompatan," ujar LaVar ketika itu.
Tidak cukup sampai di situ, LaVar sampai mengklaim Lonzo lebih baik dari Stephen Curry. Rupanya apa yang dikatakan sang ayah membuat Zo mendapat tim yang bagus.
Lakers memilih Lonzo sebagai pilihan kedua pada NBA Draft 2017. Sayang, dua musim di Staples Center pebasket 23 tahun itu gagal berkembang sehingga akhirnya masuk paket penukaran Anthony Davis ke New Orleans Pelicans.
Sementara itu, nasib LiAngelo tidak lebih baik. Ketika memutuskan masuk NBA Draft satu tahun setelah kakaknya, tidak ada tim yang memilih Gelo.
Padahal LiAngelo sempat mencoba berkarier di Lithuania bersama Prienai. Beruntung baginya, bagai bangkit dari kematian menggunakan batu milik Cadmus, Gelo mendapat kesempatan berkarier di NBA bersama Detroit Pistons.
Terakhir ada LaMelo Ball, yang memang tidak seberuntung Lonzo, tetapi bernasib lebih baik ketimbang LiAngelo. Seperti Ignotus, hype untuk Melo tidak terlalu besar.
Ayahnya menyembunyikan Melo dengan jubah tembus pandang di Australia. Hasilnya bisa ditebak, ketika kembali ke NBA LaMelo mendapat posisi yang bagus setelah Charlotte Hornets menggunakan hak pilih ketiga di draft 2020.

Seperti pemilik jubah tembus pandang, Harry Potter, sejak kecil LaMelo sudah mendapat tanggung jawab besar. Melo merupakan atlet termuda yang memiliki sepatu signature.
LaMelo sudah mempunyai sepatu signature ketika masih berusia 16 tahun. Lewat apparel milik ayahnya, Big Baller Brand, Meli merilis sepatu itu pada 2016.
NBA 2020-2021 akan menjadi sejarah bagi si Kematian, LaVar Ball. Ketiga putranya bakal beraksi di kompetisi tersebut dalam tim yang berbeda.
Lonzo masih membela Pelicans, sedangkan LiAngelo bakal mengenakan seragam Pistons. Sementara itu, Melo bakal menjalani debutnya bersama Hornets.
Di cerita Harry Potter, akhirnya Paverell bersaudara meninggal dunia. Namun, Ignotus sebagai anak paling muda memiliki umur lebih panjang dibanding kedua kakaknya.
Patut dinanti, sejauh mana relikui bola basket yang diberikan oleh LaVar bisa membawa ketiga putranya. Baik Lonzo, LiAngelo, dan LaMelo memiliki beban membuktikan nasib Ball bersaudara lebih baik ketimbang Paverell bersaudara.