Analisis Man City Vs Liverpool: Penguasaan Bola dan Bermain Ofensif Tidak Cukup bagi The Citizens
BolaSkor.com – Pekan 21 Premier League berpotensi besar menentukan jalannya perebutan titel musim 2018-19. Dua tim kuda pacu petarung langsung titel Premier League, Manchester City dan Liverpool, akan saling bentrok di Etihad Stadium, Jumat (4/1) pukul 03.00 dini hari WIB – cara terbaik bagi pecinta sepak bola Inggris menikmati awal tahun 2019.
Juara bertahan Premier League, Man City, mengekor di belakang Liverpool dengan jarak tujuh poin. Seluruh pemain tahu – pun demikian Pep Guardiola, kekalahan akan menambah jarak semakin jauh jadi 10 poin dan Liverpool bakal sulit dikejar.
"Kami tahu tekanan sedikit ada pada kami (Man City), karena jika kami tidak menang (melawan Liverpool), maka akan sangat sulit mengejar mereka. Itulah yang kami ingin coba lakukan dan juga di tiap laganya, memenangi tiga poin," tutur gelandang serang Man City, Bernardo Silva di Goal.
"Kami tahu tertinggal tujuh poin dan jika menang nanti maka itu akan jadi empat - tujuh atau empat sangat berbeda - tapi kami akan terus menekan mereka," sambungnya.
Baca Juga:
Prediksi Starting XI Manchester City Vs Liverpool: De Bruyne dan Xhaqiri Jadi Cadangan
Manchester City Vs Liverpool, Membandingkan Dua Arsitek Sealiran
Manchester City Vs Liverpool: Duel Kiper Samba, Komparasi Ederson Vs Alisson

Kedua tim juga memiliki rivalitas yang relatif panas karena intensitas pertemuan mereka selama tahun 2018 atau semenjak musim 2017-18 alias musim lalu. Minus laga uji coba pramusim, Si Merah dan Si Biru Muda sudah bertemu lima kali.
Pemenangnya adalah Liverpool. Tim asal Merseyside tiga kali mengalahkan Man City dengan skor 4-3 di Premier League, 3-0 dan 2-1 di dua leg perempat final Liga Champions. Satu-satunya kemenangan Man City terjadi di Etihad pada awal musim 2017-18 dengan skor telak 5-0 (Sadio Mane diberi kartu merah kala itu).
Sementara musim ini, bentrok kedua tim di Anfield berakhir dengan skor yang anti-klimaks, 0-0. Itu artinya, Jurgen Klopp mampu mengungguli koleganya yang sama-sama bersaing di Bundesliga, Jerman, Pep Guardiola. Sistem bermain Liverpool saat ini seolah didesain khusus untuk mengalahkan Man City. Tidak percaya?
Gegenpressing Adalah ‘Kryptonite’ bagi Filosofi Sepak Bola Pep Guardiola

Pada Oktober lalu, Guardiola pernah berkata “Mereka membuat saya takut. Mereka berbahaya dan saya serius mengatakannya.” Lalu menjelang pertandingan nanti, Guardiola kembali memuji konsistensi bermain Liverpool.
“Saat ini mereka tim terbaik Eropa, dari segi konsistensi dan cara mereka mengontrol detail-detail pertandingan,” tutur Guardiola. Wajar jika Guardiola khawatir. Tiap tim yang melawan tim asuhan Guardiola selalu memiliki dua alternatif bermain: meladeni bermain terbuka atau parkir bus dan mengandalkan serangan balik.
Meladeninya dengan permainan terbuka sama saja dengan cari mati karena itu hanya memudahkan Man City mencetak banyak gol. Jadi, solusi satu-satunya adalah parkir bus atau bermain super bertahan. Itu juga tidak terlalu efektif karena tidak menjamin Man City tak mencetak gol. Sulit mencetak gol, mungkin, tapi tidak mencetak gol? Belum tentu.
Nah, Liverpool tidak bermain dengan kedua cara itu. Mereka punya gaya heavy metal ala Klopp dengan permainan gegenpressing (counter-pressing), polanya juga sederhana: jangan beri lawan kesempatan mengembangkan permainan, lakukan tekanan, rebut bola dan lakukan serangan balik dengan efisiensi mengubahnya jadi gol.
Sistem itu seolah ada untuk menghentikan Man City atau tim-tim Guardiola lainnya. Klopp bak sosok Lex Luthor yang menyimpan kryptonite untuk menghentikan Superman (Guardiola). Lebih sulit lagi bagi Guardiola musim ini, Liverpool semakin bertambah kuat.
Liverpool baru kebobolan delapan gol di Premier League dan tidak pernah kalah. Klopp menemukan keseimbangan yang diinginkannya dalam fase bertahan atau penyerangan. Berkat kehadiran Alisson Becker dan Virgil van Dijk yang dibeli mahal musim lalu, lini belakang Liverpool jadi yang terkuat di Premier League.

Liverpool mencatatkan 10 clean sheets berbanding delapan Man City dan mereka juga memenangi 357 duel bola udara berbanding 328 Man City. Tidak hanya itu, tekanan tinggi (high pressing) yang diterapkan Liverpool juga sukses merebut penguasaan bola dari lawan sebanyak 219 kali.
Man City juga harus berusaha ekstra keras untuk membobol gawang Alisson yang baru dua kali dibobol di dalam area 16 meter, tapi tidak pernah dibobol dari tendangan jarak jauh. Menembus pertahanan Liverpool saja sudah sudah, Guardiola memang harus memikirkan rencana alternatif atau B ketika rencana A tidak berjalan baik.
Penciptaan peluang, dominasi penguasaan bola, dan bermain ofensif tidak akan cukup bagi Man City jika tidak dibarengi efisiensi bermain. Barney Ronay, dalam tulisannya di The Guardian, membuat judul bagus “Manchester City-nya Pep Guardiola menghadapi tantangan baru untuk meraih kemenangan dengan cara yang buruk.”
Itu artinya, Guardiola sedianya harus mulai mengurangi ego dan prinsipnya untuk terus bermain ofensif dan meraih kemenangan dengan skor tipis 1-0, meski Man City harus tampil sedikit hati-hati dan efisien.

“Mereka solid di belakang. Ketika menguasai bola dan lawan bertahan dalam, mereka pernah mengalami kesulitan menyerang, tapi sekarang mereka bisa melakukannya lebih baik. Dalam transisi seperti biasanya, mereka juga bagus. Dalam situasi bola mati mereka punya pemain-pemain tinggi,” tutur Guardiola menganalisa permainan Liverpool.
“Jadi mereka tim yang mengontrol seluruh area. Itulah yang ingin saya katakan. Di depan pemain-pemain mereka sama, tapi di tengah sedikit berubah dan khususnya di belakang. Mereka banyak berubah di belakang,” lanjutnya.
Menilik sejumlah fakta menarik tersebut, wajar rasanya jika Man City yang sedang dalam tekanan memenangi laga dan tentunya bagi Guardiola ... menemukan cara mengalahkan Klopp.