Analisis - Lionel Messi, Transformasi Peran demi Karier yang Lebih Panjang
BolaSkor.com - 16 Oktober 2004, Estadio Montjuic dipenuhi 30.000 penonton -kebanyakan warga Catalunya- yang menyaksikan laga Derbi Barceloni antara Espanyol dengan Barcelona.
Suporter Barcelona bergemuruh kencang mengalahkan suporter Espanyol ketika laga belum genap 10 menit, kala sepakan Deco mengoyak jala gawang Espanyol, yang dijaga Idriss Carlos Kameni.
Espanyol tersentak dan mencoba untuk terus menciptakan peluang. Barca mempertahankan keunggulan tersebut hingga memasuki menit 80. Frank Rikjaard (pelatih Barca saat itu) mulai menengok pemain yang berada di bangku cadangan, melirik empat pemain dari Barcelona B yang dibawanya ke tim utama.
Satu dari keempat pemain itu berambut gondrong dengan model rambut belah tengah. Wajahnya polos. Ia mengamati pertandingan kompetitif pertamanya dengan seksama, sampai tiba waktunya di menit 82, Rikjaard memanggilnya untuk menggantikan Deco.
Baca Juga:
Menanti Serial The Last Dance Versi Lionel Messi
Dua Rekor dalam Target Lionel Messi Jelang Bergulirnya LaLiga 2019-20
Dengan mengenakan nomor punggung 30, baju gombrong yang dimasukkan ke dalam celana, pemuda itu berlari mendekati area kanan serangan Barcelona. Rikjaard menginstruksikannya bermain sebagai penyerang sayap kanan, kendati sebelumnya ia beroperasi sebagai penyerang sayap kiri di Barcelona B.
Sentuhan pertamanya tidak meyakinkan. Dia belum ‘panas’ di satu-dua menit pertama, sampai pemuda ini menarik perhatian publik melalui aksinya mendribel bola melewati satu pemain Espanyol, lalu mendribelnya melalui dua pemain Espanyol lainnya dan memberikannya kepada rekan setim.
Aksinya itu menjadi satu-satunya momen dari pemain yang nantinya dipanggil La Pulga. Ya, dia adalah Lionel Messi. Delapan menit bermain di laga debut dalam kemenangan 1-0 Barca, merupakan awal mula perjalanan karier Messi.
Dia menjadi pemain termuda kedua Barca setelah Paulino Alcantara yang memulai debut, pada usia 17 tahun, tiga bulan dan 22 hari. Kenangan yang terjadi selama 14 tahun itu akan selalu dikenangnya dengan baik. "Saya akan selalu mengingat kenangan 10 menit ini sepanjang hidup saya," ucap Messi.
Sedekade lebih berlalu semenjak debutnya itu, reputasi Messi bukan lagi mengenai pemain muda yang bertalenta, melainkan salah satu pemain terbaik dunia dengan goresan tinta emas dalam sejarah sepak bola Eropa.
Messi sudah meraih segala penghargaan individu dan trofi besar - hanya trofi besar bersama Timnas Argentina yang belum dirasakannya.
Rekor demi rekor juga terus dipecahkannya. Pada 2019 Messi menorehkan gol ke-600 dalam kariernya sebagai pesepak bola profesional, dengan akumulasi gol-golnya bersama Timnas Argentina dan Barcelona.
Gol ke-600 itu tercipta pada laga melawan Atletico Madrid. Messi menjadi pembeda laga dengan gol indahnya dari tendangan bebas.
Golnya ke gawang Atletico menjadi gol ke-32 Messi di seluruh kompetisi musim ini, dari total 41 laga. Ia juga telah menyumbangkan 16 assists.
Ketajamannya yang terus terjaga itu sungguh hebat, apalagi jika mengingat perannya yang sudah mengalami evolusi dari gelandang serang, penyerang sayap kiri, kanan, hingga kini menjadi playmaker (pengatur serangan) dengan peran bebas. Messi bisa disebut sebagai pesepak bola jenius di era milenial. Era modern.
Tanpa bermaksud mengurangi rasa hormat kepada Cristiano Ronaldo, pesaing sekaligus rival utama Messi dalam merebutkan status pemain terbaik dunia, Ronaldo tidak memiliki kemampuan sekomplit Messi.
Keduanya memiliki kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Namun dari segi kemampuan bermain di posisi yang berbeda, Messi jauh lebih unggul dengan talenta alamiah untuk berperan sebagai pencetak gol, sekaligus penginspirasi kemenangan dengan kelebihannya membaca permainan.
Evolusi peran bermain Messi kurang lebihnya pernah dirasakan Wayne Rooney di Manchester United. Ketika usianya sudah mulai mendekati umur 30 tahun, Rooney, yang notabene penyerang tengah, disarankan untuk sedikit mundur ke tengah dan menjadi gelandang serang, karena ia memiliki kemampuan mengoper bola.
Namun, ia tidak bertahan lama menjalani peran tersebut, karena perannya itu malah membuatnya kesulitan memberikan kontribusi untuk tim.
Kondisi berbeda dialami Messi yang memiliki kekuatan di kaki kirinya - kaki kidal yang dapat sewaktu-waktu mendribel bola melewati lawan atau mengoper bola dengan akurasi yang tinggi. Ia dapat beradaptasi baik ketika ditempatkan lebih ke dalam, mendekati lini kedua untuk berperan sebagai pengatur serangan.
Perubahan peran Messi itu bisa terlihat ketika ia sering beroperasi di ruang yang berada di antara lini tengah dan belakang lawan - sekilas mirip peran mezzala (gelandang serang dan half-winger), lalu memberikan bola kepada Jordi Alba, bek kiri Barca, yang sering melakukan overlap (naik membantu serangan).
"Dalam beberapa tahun terakhir saya bergerak semakin ke dalam, mendapatkan bola dari belakang. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, ketika saya lebih dekat dengan garis ketiga pertahanan lawan," ucap Messi mengomentari transformasi peran yang dialaminya dalam beberapa tahun terakhir ini.
Menariknya, ketika analogi khalayak umum berpikir, "Semakin jauh dari gawang lawan, maka semakin sulit baginya mencetak gol". Messi justru menunjukkan fakta yang berbeda.
Sebuah statistik dari akun Twitter @MC_of_A di @EIFSoccer pada 2018 memperlihatkan, Messi merupakan pemain yang paling sering melakukan operan dan gerakan progresif di antara pemain LaLiga lainnya, baik dalam upaya menjemput bola atau mengalirkan serangan. Namun produktivitas gol Messi tetap terjaga.
Tentu, perubahan peran Messi tidak terjadi dalam semalam saja. Evolusi posisinya dilakukan perlahan dari musim ke musim, dari era Rijkaard, Pep Guardiola, Luis Enrique, Ernesto Valverde, dan kini bersama Quique Setien.
Mampu beradaptasinya Messi dengan transformasi peran itu tak lepas dari kejeniusannya bermain sepak bola.
Linimasa Perubahan Peran Lionel Messi
"Seluruh pelatih yang pernah melatih saya selalu meninggalkan kesan, tapi menurut saya yang terpenting dalam karier saya adalah Rijkaard. Jika dia tidak memutuskan untuk memasukkan saya ke tim utama untuk berlatih dan bermain, saya takkan pernah masuk tim utama. Bagi saya, dia orang yang paling penting karena percaya kepada saya."
Tidak salah Messi begitu memandang tinggi sosok Rijkaard. Kepercayaannya mengorbitkan Messi membuka jalan baginya untuk mengukir sejarah di Barcelona.
Rijkaard sudah mengonversi peran Messi sebagai winger kanan, karena di saat Messi diintegrasikan ke tim utama, ada Ronaldinho yang bermain sebagai winger kiri - posisi Messi ketika di Barcelona B.
Baca Juga:
Menanti Serial The Last Dance Versi Lionel Messi
Dua Rekor dalam Target Lionel Messi Jelang Bergulirnya LaLiga 2019-20
Messi diasuh Rijkaard hingga tahun 2008. Namun di eranya, Messi belum menjadi pemain reguler, mengingat Barca masih memiliki pemain senior yang bercokol di posisi Messi, Ludovic Giuly.
Belum lagi, ketika Messi diorbitkan ke tim utama, Ronaldinho berada dalam kondisi prima atau era kejayaannya. Sulit bagi Messi langsung menjadi pilihan utama Rijkaard.
Ketika Barca menjuarai Liga Champions 2005-06 dengan mengalahkan Arsenal, Messi bahkan sama sekali tidak berada di bangku cadangan. Trisula lini depan ditempati Ronaldinho, Samuel Eto'o, dan Giuly.
Masa pun berganti. Rijkaard pergi, masuklah Guardiola yang dipromosikan dari Barcelona B. Dengan segudang ide, inovasi taktik, dan gagasan bermain yang memadati otaknya, Guardiola menyulap Barcelona menjadi tim terbaik dunia dengan permainan tiki-taka. Permainan ini seperti versi keren atau modernnya total voetball yang digagas guru sepak bola, Johan Cruyff.
Messi berada di momen yang tepat untuk mengembangkan permainannya. Seiring keberadaan Sergio Busquets, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta di lini tengah, serta duo full-back yang rajin membantu serangan, lini depan jadi semakin bebas meneror pertahanan lawan. Messi menjalin kerja sama di lini depan bersama Eto'o dan Thierry Henry.
Barca di era Guardiola merupakan yang terbaik dalam sepanjang sejarah klub. Baik itu penilaian tentang gaya bermain, atau kesuksesan dari segi trofi, termasuk saat meraih treble winners di tahun 2009. Dalam periode itu juga, peran Messi mulai mengalami perubahan sigfinikan.
Semua dimulai pada 2 Mei 2009, pada laga El Clasico antara Barcelona dengan Real Madrid. Satu hari sebelum laga, di saat semua berada di masa tenang dan santai menjelang pertandingan, Guardiola masih berdiam di kantornya.
Dengan alunan musik yang tenang, ia mencoret-coret kertas, menyaksikan video pertandingan Madrid, dan menganalisa kekurangan serta kelebihan tim asuhan Juande Ramos yang belum pernah kalah selama 18 laga beruntun.
Meditasi yang dilakukan Guardiola itu menemui titik cerah, ketika sebuah ide brilian terbelesit di pikirannya, ide tentang cara mengalahkan Madrid dan tentunya, melibatkan Messi.
Tanpa tedeng aling-aling, dia menelepon Messi, "Leo, ini Pep. Saya baru saja melihat sesuatu yang penting. Sangat penting. Mengapa Anda tidak datang. Tolong, sekarang."
Messi datang tanpa tahu apa yang diinginkan Guardiola. Namun, Guardiola menjelaskannya dengan sangat mendetail.
"Besok di Madrid, saya ingin Anda memulai dari sayap seperti biasa, tapi di saat saya memberi tanda, saya ingin Anda bergerak menjauh dari gelandang dan bergerak di ruang yang saya perlihatkan kepada Anda," ucap Guardiola.
"Di saat Xavi atau Iniesta berlari di garis tengah dan memberikan Anda bola, saya ingin Anda berlari langsung ke gawang (Iker) Casillas." Messi pun memahaminya. Guardiola lega. Keduanya pulang ke rumah dan beristirahat.
Di hari pertandingan, Guardiola baru memberitahukan gagasan barunya kepada asisten pelatihnya, Tito Villanova. Sesaat sebelum kick off pertandingan, Guardiola memberitahu Xavi dan Iniesta, "Ketika Anda melihat Leo di ruang antara lini tengah dan belakang lawan, jangan ragu. Berikan dia bola."
Benar saja, peran baru yang diberikan Guardiola kepada Messi sukses mengobrak-abrik pertahanan Madrid, yang digalang Fabio Cannavaro dan Christoph Metzelder. Peran itu adalah false 9 alias penyerang semu. Barca menang 6-2. Messi mencetak dua gol dan menginspirasi kemenangan timnya.
Kunci keberhasilan Barca menaklukkan Madrid dengan skor telak ada pada efek kejut yang diberikan Guardiola kepada Messi. Tidak ada yang menduga, Messi bermain di ruang yang berada di antara lini tengah dan belakang. Metzelder, bek tengah Madrid, bingung menghadapinya.
"Fabio dan saya melihat satu sama lain. 'Apa yang kami lakukan? Apakah kami harus mengikutinya ke tengah atau tetap bertahan dalam?' Kami tak punya ide (menghentikan Messi)" ucap Metzelder.
Keberhasilan Guardiola memainkan taktik false 9 itu juga tidak lepas dari kejeniusan Messi dalam mengintepretasikan peran barunya.
Tidak semua pemain dapat bermain bagus di posisi tersebut. Taktik Guardiola menginspirasi dunia sepak bola. Di sisi lain, taktiknya itu juga berperan penting memberikan Messi wawasan bermain di posisi baru.
Pasca Era Pep Guardiola di Barcelona
Pasca Guardiola meninggalkan Barcelona di tahun 2012. Messi dilatih oleh Vilanova dan Gerardo Martino, kedua pelatih ini hanya numpang lewat melatih Barca karena alasannya masing-masing. Vilanova sakit kala itu dan mengundurkan diri.
Penyakitnya parah dan Villanova meninggal dunia pada tahun 2014 karena kanker. Sedangkan Martino gagal mengangkat performa Barca. Dalam waktu singkat kepelatihan keduanya, Messi tidak mengalami perubahan sigfinikan dan masih bermain sebagai winger kanan.
Pun demikian ketika Enrique datang melatih Barca pada tahun 2014. Messi masih tetap menjadi penyerang sayap kanan. Namun, Enrique datang dengan idenya sendiri untuk membentuk trisula maut bersama Neymar dan Luis Suarez, hingga dikenal dengan julukan MSN. Penerapannya pun berbeda dari era tiki-taka Guardiola.
Baca Juga:
Menanti Serial The Last Dance Versi Lionel Messi
Dua Rekor dalam Target Lionel Messi Jelang Bergulirnya LaLiga 2019-20
Messi kini dibebaskan untuk bergerak, bertukar posisi dengan Neymar atau Suarez saat melakukan serangan langsung, atau serangan balik cepat yang biasanya berbuah gol. Kerja sama trio Amerika Selatan itu sukses mempersembahkan dua titel La Liga, satu Liga Champions, dan tiga Copa del Rey.
Kebebasan bermain yang diberikan Enrique juga membebaskannya untuk turun ke tengah, menjemput bola, atau membantu tim dalam fase bertahan. Messi hampir bisa melakukan segalanya.
"Evolusi permainan sepak bola Messi melewati segala keraguan. Kita sudah bertahun-tahun melihat dirinya sebagai pencetak gol ulung, dan evolusinya adalah bukti tentang (keberadaan dirinya) sebagai pesepak bola yang total. Messi memiliki kemampuan apapun dalam menyerang dan bertahan. Messi adalah pemain yang unik," ujar Enrique memuja kecerdasan Messi.
"Messi yang terbaik di dunia di tiap posisi. Dia bermain dengan kebebasan penuh untuk mengubah posisinya, kapanpun dia inginkan. Jika dia bermain sebagai nomor 9 (striker), 8 (gelandang serang), atau 6 (gelandang tengah), dia yang terbaik di dunia. Dia bisa mengira operan sempurna dari jarak 40 meter: dia bisa menempatkan bola kapanpun dia inginkan. Bagi saya, dia pemain terbaik sepanjang waktu."
Garisbawahi ucapan Enrique soal "operan sempurna dari jarak 40 meter", karena di titik inilah Valverde melihat hal yang sama dari Messi musim ini.
Semenjak datang melatih Barca di awal musim 2017/18, Valverde sudah matang menerapkan taktik 4-4-2 untuk mengganti skema bermain Barca, sepeninggal Neymar yang hengkang ke Paris Saint-Germain (PSG).
Perannya itu menjadikan Messi sebagai playmaker atau assist-maker bagi Barcelona, juga sebagai pembeda dengan gol-golnya. Taktik 4-4-2 yang dimainkan Valverde seakan berubah menjadi 4-5-1, ketika Messi turun ke tengah dan berubah menjadi playmaker tim – dengan operan yang biasanya dimulai dari kaki kiri kepada Alba atau umpan terobosan kepada rekan setim.
Diberi kebebasan bermain, Messi bisa lebih leluasa mengeksploitasi atau melihat celah di pertahanan lawan. Bahkan, lawan juga kebingungan untuk menghentikan pergerakannya, karena sangat tidak mungkin memainkan man to man marking kepada Messi.
Jika Messi sudah berada di depan area bertahan lawan, maka lawan hanya bisa mengira, apakah dia akan mengoper bola atau justru menggiringnya sendiri untuk mencetak gol.
Peran yang diberikan Valverde bukan hal yang asing lagi bagi Messi, karena ini kurang lebihnya sama seperti false 9 Guardiola. Perbedaannya hanya pada ruang yang bisa dieksploitasi Messi, karena pemikiran Valverde jelas berbeda dari Guardiola.
Semua pengalaman itu membentuk karakter dan pengetahuan Messi akan tiap peran yang dijalaninya. Pada usia 32 tahun, Messi sudah berada di jalur yang tepat untuk bermain lebih bijak lagi, khususnya dalam memberi kontribusi kepada tim.
Segala kesuksesan yang sudah dirasakannya bukan hanya diraih dengan kerja keras, talenta alamiah dari seorang Messi, melainkan dirinya yang merupakan: jenius sepak bola di era milenial.
"Saya pikir apa yang dilakukannya (Messi) menunjukkan kejeniusan, kreativitas, dan talenta alami. Saya rasa saya akan berkata kepada generasi berikutnya untuk terus mendorong diri mereka (untuk mencapai level terbaik)," ucap bintang basket NBA Golden State Warriors, Stephen Curry.