Ragam Feature Italia

AC Milan Revolusi Terus, tetapi Hasil Belum Bagus

Johan Kristiandi - Sabtu, 07 Maret 2020

BolaSkor.com - AC Milan terus berusaha bangkit dari lembah hitam dalam beberapa musim terakhir. Sayangnya, hasil yang diharapkan Rossoneri belum tercapai.

AC Milan melakukan revolusi jilid pertama pada 2017. Langkah tersebut diawali dengan datangnya pemilik anyar, Li Yonghong, yang mengakuisisi saham milik Silvio Berlusconi.

Kedatangan Li menerbitkan harapan besar untuk AC Milan. Kabarnya, pengusaha dari China itu punya modal lebih dari cukup guna membuat Milan kembali bersinar.

Baca Juga:

Usia 38 Tahun, Zlatan Ibrahimovic Masih Berlari dengan Daya Tempuh Sebanyak Castillejo

Transformasi Pesat Ante Rebic Sejak Kedatangan Zlatan Ibrahimovic di AC Milan

Revolusi AC Milan: Maldini dan Boban Didepak, Capello Masuk

AC Milan

Suporter Milan mulai tersenyum pada musim panas 2017. Rossoneri melakukan pergerakan masif pada bursa transfer. Bahkan, ketika itu media-media Italia menyebut Milan akan menjadi penantang Juventus dalam perebutan gelar Scudetto.

Pemain yang bergabung dengan Milan antara lain Leonardo Bonucci, Andre Silva, Andrea Conti, Hakan Calhanoglu, Lucas Biglia, Mateo Musacchio, Ricardo Rodriguez, Franck Kessie, hingga Nikola Kalinic. Tambahan materi itu membuat Milan memiliki kedalaman skuat yang baik.

Sayangnya, hasil yang diharapkan tidak terlihat di lapangan. Dari 38 pertandingan, Il Diavolo Rosso menunai 18 kemenangan, 10 imbang, dan 10 kekalahan. Hasil itu menempatkan Milan pada posisi keenam klasemen akhir.

Kegagalan Milan lolos ke Liga Champions membuat hitung-hitungan keuangan tim menjadi runyam. Milan sudah terlanjur mengeluarkan dana besar untuk memboyong pemain anyar, namun tidak mendapatkan pemasukan dari keikutsertaan di Liga Champions.

Situasi kian bertambah pelik usai Li Yonghong dinyatakan gagal membayar utang sesuai tempo. Celakanya, Li menggunakan uang hasil meminjam itu untuk membeli AC Milan.

Pada akhirnya, Elliott Manajemen selaku pihak yang memberikan pinjaman menyita Milan. Sementara itu, nama Li hilang bak ditelan bumi. Kabarnya, Li memiliki tunggakan hingga 380 juta euro.

Elliott yang pada awalnya hanya ingin menyita AC Milan berubah pikiran. Perusahaan Investasi asal Amerika Serikat itu bersedia memberikan suntikan dana agar AC Milan kembali ke jalur kemenangan.

Kedatangan Elliott di balik meja direksi mencuatkan ide revolusi jilid dua. Saat itu, sinar mentari mulai kembali menyentuh wajah Milan yang sempat terpuruk.

AC Milan

Elliott mulai memperbaiki Milan dengan merombak jajaran petinggi. Ivan Gazidis ditunjuk sebagai CEO, sedangkan Zvonimir Boban, Paolo Maldini, dan Frederic Massara mendapatkan menjadi direktur klub.

Berbeda dengan Li, Milan pada era Elliott Manajemen terlihat lebih mengencangkan ikat pinggang. Rossoneri hanya mendatangkan pemain kelas dua seperti Rafael Leao, Theo Hernandez, Ismael Bennacer, Leo Duarte, dan Rade Krunic.

Hanya Zlatan Ibrahimovic yang merupakan pemain dengan label bintang. Meskipun, Ibra datang ketika telah menginjak usia 38 tahun. Selain itu, eks Barcelona itu juga datang dengan status gratis.

AC Milan juga bertindak cepat ketika hasil tidak seusai keinginan. Marco Giampaolo yang baru mendapatkan kesempatan seumur jagung langsung didepak dan digantikan Stefano Pioli.

Sayangnya, kembali badai menghantam AC Milan. UEFA menyatakan Rossoneri bersalah atas kasus pelanggaran Financial Fair Play. Oleh karena itu, Milan tidak bisa berlaga di kompetisi Eropa pada musim ini.

Seolah belum cukup, awan hitam bertambah tebal dengan adanya kisruh di tingkat manajemen. Boban, Maldini, dan Massara dituding sebagai otak di balik masalah. Sebab, ketiga sosok itu tak memiliki kepercayaan kepada Elliott.

Kabar teranyar mengatakan, Elliott telah memerintahkan Gazidis untuk mendepak tiga sosok tersebut. Revolusi jilid tiga pun terjadi.

Gazidis sudah mempersiapkan beberapa nama sebagai pengganti. Ralf Rangnick dikabarkan akan menjadi pelatih anyar. Sementara itu, pria asal Jerman yang juga merupakan tangan kanan Gazidis, Hendrik Almstadt, akan menjadi otak di balik bursa transfer Milan.

Sementara itu, tanggung jawab lebih besar juga akan diberikan kepada Geoffrey Moncada. Kepala tim pemandu bakat Milan saat ini itu akan lebih banyak mendapatkan kesempatan bersuara.

Hanya dalam waktu yang singkat, AC Milan telah melakukan banyak bongkar pasang dari sisi pemain dan manajemen - sesuatu yang sering disebut revolusi. Namun, sayangnya Rossoneri masih gigit jari hingga saat ini.

Bagikan

Baca Original Artikel