8 Klub Premier League yang Ditangani 3 Manajer Permanen dalam Semusim
BolaSkor.com - Seusai memecat Quique Sanchez Flores, Watford masih mencari sosok yang tepat untuk menjadi manajer baru mereka. Watford mencari manajer permanen ketiga mereka musim ini.
Sebelum memecat Flores, Watford sudah mendepatk Javi Gracia pada September lalu. Yang menarik atau rumitnya lagi, Gracia sendiri masuk untuk menggantikan Flores.
Baca juga:
Buah Jatuh Tak Jauh dari Pohonnya, Berikut 5 Anak Susul Ayahnya Menjadi Pesepak Bola
8 Bintang Muda yang Berpotensi Meramaikan Piala Dunia U-20 2021 di Indonesia

Musim 2019-20 belum juga separuh berjalan Watford sudah memecat dia manajer. Semua itu tidak lepas dari buruknya performa mereka yang saat ini ada di dasar klasemen Premier League.
Apakah dengan menunjuk manajer permanen ketiga akan bisa menyelamatkan Watford? Melihat sejarah, tidak banyak klub yang mengalami situasi serupa, tiga manajer dalam satu musim.
Berikut 8 klub yang pernah ditangani tiga manajer dalam semusim.
1. Leicester City (2001-02)
Leicester berhasil selamat meski ditinggal manajer Martin O’Neill yang hengkang ke Celtic pada 2000. Akan tetapi di pekan-pekan awal musim 2001-02, Leicester alami kesulitan di bawah asuhan Peter Taylor.
Sepuluh hari setelah Taylor didepak, Leicester mendatangkan Dave Bassett. Pada masa-masa awal kepelatihan Bassett, Leicester menggeliat dan keluar dari dasar klasemen. Namun, kemudian Leicester gagal meraih kemenangan sepanjang empat bulan.
Perubahan kemudian dilakukan Leicester dengan menjadikan Bassett sebagai direktur sepak bola dan mengangkat Micky Adams, yang semula asisten Bassett, sebagai manajer.
Di akhir musim, Leicester terdegradasi.
2. Sunderland (2002-03)
Ketika terdegradasi pada 2002-03, Sunderland membuat rekor Premier League dengan mencatat poin terendah. Mereka membuat rekor tersebut meski sudah ditangani tiga manajer berbeda.
Peter Reid, manajer yang membawa Sunderland dia kali promosi dan berhasil meraih peringkat ketujuh Premier League dua musim beruntun, harus kehilangan pekerjaan pada Oktober 2002.
Posisi Reid digantikan Howard Wilkinson yang kembali menjadi manajer setelah didepak Leeds United pada 1996. Setelah hanya meraih dua kemenangan, Wilkinson akhirnya dipecat Sunderland pada bulan Maret.
Sunderland kemudian menunjuk Mick McCarthy sebagai manajer. Setelah sembilan kekalahan beruntun, Sunderland dipastikan terdegradasi.
3. Southampton (2004-05)

Setelah Gordon Strachan menguundurkan diri jelang akhir musim 2003-04, Southampton menggaet Paul Sturrock. Sang manajer baru kemudian dilepas saat musim 2004-05 masih berada di bulan Agustus.
Posisi Sturrock digantikan Steve Wigley yang promosi dari staf pelatih menjadi manajer permanen. Setelah hanya meraih satu kemenangan, masa tugas Wigley berakhir pada Desember.
Soton kemudian memilih Harry Redknapp sebagai manajer berikutnya. Redknapp nyaris menyelamatkan Southampton meski pada akhirnya mereka tetap terdegradasi di pekan terakhir.
4. Portsmouth (2004-05)
Berhasil mempertahankan Portsmouth di Premier League di musim debut pada 2003-04, Harry Redknapp tiba-tiba berhenti sebagai manajer. Kabarnya Redknapp berhenti karena berselisih dengan direktur baru Portsmouth Velimir Zajec.
Zajec sendiri kemudian yang mengisi posisi Redknapp sebagai manajer. Zajec yang semula menjabat sebagai manajer interim kemudian diangkat menjadi permanen.
Pada April, Zajec mundur sebagai manajer dan kembali menjalankan tugasnya sebagai direktur klub. Posisi manajer Portsmouth kemudian dipegang oleh Alain Perrin.
Di bawah Perrin, Portsmouth mampu meraih delapan poin dari tujuh laga yang membuat mereka selamat dari degradasi.
5. Charlton Athletic (2006-07)
Charlton Athletic mampu tampil stabil di musim 2005-06 di bawah asuhan Alan Curbishley. Namun pada Mei 2006, Curbishley memutuskan mengundurkan diri dan posisinya digantikan Iain Dowie.
Setelah menuai hasil mengecewakan di awal musim 2006-07, Charlton memutuskan memecat Dowie pada November. Asisten Dowie, Les Reed mendapatkan promosi. Reed hanya mampu membawa Charlton meraih satu kemenangan dan akhirnya dipecat meski baru bertugas 41 hari.
Charlton kemudian menunjuk manajer ketiga, Alan Pardew. Meski pencapaian membaik, Pardew gagal menyelamatkan Charlton dari degradasi.
6. Fulham (2013-14)
Yang terjadi di Fulham pada 2013-14 cukup menarik. Di atas kertas, Fulham sejatinya bisa bersaing. Pasalnya tiga manajer yang menangani mereka musim itu bukanlah sembarangan, Martin Jol, Rene Meulensteen, dan Felix Magath. Ketiga manajer tersebut memiliki rekam jejak mumpuni. Meski demikian, mereka tetap gagal total.
Jol dipecat pada December setelah Fulham menelan enam kekalahan beruntun. Meulensteen, meski memiliki reputasi mumpuni sebagai pelatih di Manchester United, didepak pada Februari.
Sementara pelatih yang memiliki catatan gemilang di Bundesliga, Felix Magath, juga dipecat di akhir musim setelah Fulham terdegradasi.
7. Swansea City (2016-17)

Meski mampu menyelamatkan Swansea dari degradasi musim sebelumnya, eks Udinese Francesco Guidolin dipecat di awal musim 2016-17.
Posisi Guidolin diisi oleh Bob Bradley. pelatih asal Amerika Serikat ity hanya bertahan 85 hari setelah hanya meraih dua kemenangan dalam 11 laga.
The Swans kemudian menunjuk tangan kanan Carlo Ancelotti, Paul Clement. Penunjukkan Clement terbukti berhasil. Swansea mampu bangkit di paruh kedua dan berhasil bertahan di Premier League.
8. Fulham (2018-19)
Ketika Scott Parker diberikan kontrak dua tahun sebelum musim lalu berakhir, dia adalah manajer ketiga yang menangani Fulham.
Dengan kata lain, dalam rentang enam tahun, Fulham sudah dua kali memiliki tiga manajer permanen dalam satu musim di Premier League.
Musim 2018-19 Fulham mengawali bersama Slavisa Jokanovic sebagai manajer. Namun manajer yang membawa Fulham promosi hanya bertahan hingga bulan November.
Posisinya kemudian digantikan Claudio Ranieri. Itupun hanya bertahan hingga Februari. Fulham kemudian menunjuk Parker sebagai manajer sementara. Namun di sebelum musim berakhir, Parker diangkat menjadi manajer permanen. Di akhir musim, Fulham harus rela terdepak dari Premier League.