5 Momen Bersejarah dalam Sepak Bola yang Tidak Akan Terjadi jika Ada VAR
BolaSkor.com - Penggunaan video assistant referee alias VAR terus menjadi polemik, khususnya di Premier League. Tidak sedikit kritik diarahkan kepada pemakaian VAR yang dinilai tidak konsisten dan sudah menganggu jalannya pertandingan.
Penggunaan VAR di Premier League memang terbilang unik. Semula VAR dihadirkan untuk menghentikan atau paling tidak mengurangi keputusan kontroversial. Akan tetapi pada kenyataannya musim ini perbincangan soal buruknya keputusan wasit lebih sering terjadi dibandingkan sebelumnya, padahal musim belum juga separuh jalan.
VAR pada dasarnya dihadirkan sebagai alat bantu tugas wasit untuk melihat hal yang luput dari pengawasannya. Meski demikian, keputusan masih ada di tangan wasit. Yang terjadi di Premier League, banyak keputusan murni dari VAR, wasit hanya menjadi penyampai keputusan.
Melihat ke belakang, banyak peristiwa kontroversial yang saat ini sudah menjadi bagian sejarah. Peristiwa yang menjadi warna khas sepak bola. Menarik untuk dilihat bagaimana sejarah akan berubah jika VAR sudah digunakan.
Baca Juga:
Jurgen Klopp Minta Perubahan Aturan VAR
Mauricio Pochettino Salahkan VAR Terkait Kartu Merah Son Heung-min
1. Tidak Ada Gol Tangan Tuhan
Sejatinya VAR tidak diperlukan untuk peristiwa yang satu ini. Nyaris seluruh stadion melihat bahwa Diego Maradona memakai tangannya saat menjebol gawang Inggris di perempat final Piala Dunia 1986. Tetapi wasit tidak melihat apa yang dilihat penonton satu stadion dan mengesahkan gol Maradona.
Argentina melaju ke semifinal, final, dan akhirnya menjadi juara. Jika kala itu sudah adanya VAR, sudah dipastikan gol dibatalkan dan Maradona akan dihadiahi kartu kuning. Dan, bukan Argentina yang menjadi kampiun.
2. Tidak Ada Invincible Arsenal
Arsenal mencatat sejarah saat menjuarai Premier League 2003-04 tanpa menelan kekalahan. Namun mereka nyaris kalah oleh Portsmouth di awal-awal musim.
Dalam laga itu, Portsmouth unggul lebih dulu lewat gol Teddy Sheringham. Namun Arsenal selamat dari kekalahan saat Thierry Henry mengeksekusi penalti secara sempurna.
Arsenal mendapatkan penalti setelah wasit menilai Robert Pires dijatuhkan lawan. Saat itu banyak yang menuding Pires melakukan diving. Dilihat dari tayangan ulang dari berbagai sisi, Pires saat memang terjatuh tanpa dijatuhkan alias diving.
Salah satu tugas VAR adalah memberi masukan kepada wasit soal diberikan atau tidaknya sepakan penalti. Lewat VAR wasit mengetahui apakah pemain benar-benar dijatuhkan atau diving. Untuk kasus Pires, VAR akan memutuskan tidak ada penalti. Jika saat itu VAR sudah ada, Arsenal tidak akan menyamakan kedudukan dan menelan kekalahan, dan tidak ada istilah Invincible.
3. Arsenal Juara Liga Champions 2005-06
Arsenal boleh jadi bukan Invincible, tapi dengan adanya VAR yang pasti mereka juga seharusnya menjadi juara Liga Champions musim berikutnya.
Pada laga final Liga Champions, Arsenal yang unggul lebih dulu lewat gol Sol Campbell meski dengan 10 pemain menyusul kartu merah yang diterima kiper Jens Lehmann di awal laga.
Barcelona yang kesulitan menembus pertahanan akhirnya bisa menyamakan kedudukan saat laga tersisa 15 menit lewat Samuel Eto'o. Akan tetapi dari tayang ulang terlihat Eto'o dalam posisi offside saat Henrik Larsson melepaskan umpan.
Beberapa waktu lalu, Arsene Wenger, eks manajer Arsenal ditanya pertandingan apa yang dia dia berharap sudah ada VAR. Wenger menjawab, "Laga final Liga Champions 2006, karena saya pikir Eto'o offside. Itu akan mengubah sejarah bagi Arsenal."
4. Chelsea ke Final Liga Champions 2009
Masih ingat laga Chelsea melawan Barcelona pada leg kedua semifinal Liga Champions? Masih ingat bagaimana marahnya Didier Drogba kepada sang wasit, Tom Henning Ovrebo?
Pada laga tersebut, Chelsea merasa mereka seharusnya mendapatkan empat penalti. Namun permintaan The Blues selalu ditolak hingga akhirnya Andres Iniesta mencetak gol yang membuat skor imbang 2-2 pada menit ke-90. Barca pun lolos ke final dengan unggul agregat 3-2.
5. Republik Irlandia ke Piala Dunia 2010
Pertandingan playoff kualifikasi Piala Dunia 2010 leg kedua berlangsung di Stade de France. Prancis yang di leg pertama menang atas Republik Irlandia 1-0 tertinggal 0-1.
Hingga 90 menit selesai, skor 0-1 bertahan dan laga harus melewati perpanjangan waktu. Kontroversi terjadi pada menit ke-103. Prancis berhasil mencetak gol lewat William Gallas dan membuat Prancis unggul agregat 2-1.
Namun gol mendapatkan protes keras dari Republik Irlandia yang menilai Thierry Henry menggunakan tangan untuk mengontrol bola sebelum melepaskan umpan kepada Gallas. Dari tayang ulang terlihat jelas Henry memang menggunakan tangannya.
Setelah laga Henry berbicara kepada bek Irlandia Richard Dunne dan mengakui sudah menggunakan tangan. Kubu Irlandia langsung meminta laga diulang, namun ditolak FIFA. Prancis tetap lolos ke Piala Dunia 2010.