5 Kutukan Terkondang di Dunia Sepak Bola
BolaSkor.com - Sepak bola menjadi olahraga terbesar di dunia saat ini. Bahkan, dengan masifnya ruang lingkup yang diciptakan, berkembang beberapa kutukan yang diyakini kebenarannya.
Memang, cukup aneh jika menyandingkan sepak bola dengan kutukan. Sebab, pada permainannya, sepak bola sama sekali tidak menggunakan unsur-unsur yang berbau misitis.
Baca juga:
Mimpi Amerika Dana White Sang Pelayan Hotel
Profil Monchi, Direktur Olahraga Penganut Besar Tiang daripada Pasak
Profil Nicolo Rovella, Calon Bintang Juventus yang Ditempa Akademi Inter
Akan tetapi, ada beberapa kutukan yang terkenal di sepak bola. Kesialan dalam tempo lama menjadi satu di antara penyebab muncul isu sebuah kutukan.
Berikut ini adalah lima kutukan terkenal di dunia sepak bola seperti dinukil dari Ronaldo.com:
Bela Guttmann

Satu di antara kutukan paliang terkenal adalah antara Bela Guttmann dan Benfica. Sang pelatih mengutuk Benfica tidak bisa juara di Eropa dalam 100 tahun.
Bela Guttmann menjadi satu di antara pelatih terbaik dalam sejarah Benfica. Ia bergabung dari sang pesaing, FC Porto, pada 1959.
Pada masa kepemimpinan Bela Guttmann, Benfica meraih dua gelar liga bertuntun. Selain itu, sang juru taktik juga memimpin Benfica memenangi Piala Eropa 1961 dan 1962.
Sayangnya, Benfica tidak tahu cara berterima kasih. Mereka menolak permintaan kenaikan gaji yang diajukan Guttmann. Isu yang berkembang menyatakan Guttmann mengutuk Benfica tidak juara di kompetisi Eropa dalam 100 tahun.
"Tidak dalam 100 tahun dari sekarang Benfica jadi juara Eropa," bunyi legenda tersebut.
Sekarang, lebih dari setengah abad, Benfica masih belum meraih juara Eropa lagi. Benfica juga keok dalam beberapa final.
Penyihir Vs Timnas Australia

Berdasarkan kisah, para penggawa tim nasional Australia menemui dukun penyihir jelang kualifikasi Piala Dunia 1970. Ketika itu, mereka meminta kemenangan melawan Zimbabwe.
Johnny Warren yang merupakan kapten tim mengisahkan jika sang penyihir mengubur tulang di sekitar gawang Zimbabwe untuk mengutuk.
Pada hari pertandingan, Australia menang 3-1. Namun, Aussies masih belum lolos ke Piala Dunia Meksiko.
Masalah datang karena Australia tidak membayar sang penyihir. Kemudian, sang penyihir mengutuk balik Australia. Walhasil, Australia kalah melawan Israel pada babak playoff.
Kutukan Kucing Mati di Markas Racing

Carita bermula ketika suporter Independiente mendatangi markas Racing untuk mengubur tujuh kucing mati pada 1967. Tindakan tersebut dimaksudkan untuk membuat kejayaan Racing runtuh.
Setelah itu, Racing tidak menjadi juara pada periode 1970-an. Kemudian, mereka turun kasta pada 1983. Beberapa tahun kemudian, klub menyatakan diri bangkrut.
Racing pun mengambil tindakan untuk melawan kutukan. Mereka memanggil pendeta dan mencari kucing hitam mati yang dikubur. Tak lama berselang, Racing bangkit dan meraih titel divisi pertama dalam 35 tahun.
Menyentuh Trofi Liga Champions

Kutukan berikutnya menjadi satu di antara yang paling sering terdengar. Maklum, kisah sering terkuak kembali pada final Liga Champions.
Konon, tim akan kalah di laga puncak jika ada pemainnya yang menyentuh trofi Liga Champions sebelum laga berakhir.
Satu di antara pemain yang masuk daftar adalah Ludovic Giuly. Ketika memperkuat AS Monaco pada laga puncak kontra FC Porto, di Jerman, 2004, ia memegang trofi Liga Champions sebelum laga. Hasilnya, Monaco kalah 3-0 di final.
Setelah itu, gelandang AC Milan, Gennaro Gattuso, yang kena getahnya. Ia terlihat memegang trofi Liga Champions sebelum laga final melawan Liverpool. Hasilnya, Milan keok pada adu tendangan penalti. Padahal, sempat menang 3-0 terlebih dahulu.
Cerita tidak berhenti sampai di situ. Penggawa Bayern Munchen, Anatoliy Tymoshchuk, melakukan hal yang sama pada final Liga Champions 2012 melawan Chelsea. Bayern yang diunggulkan sebagai pemenang pun kalah pada babak tos-tosan.
Kutukan Nomor 7 di Manchester United

Nomor 7 menjadi angka keramat di Manchester United. Sejumlah pemain hebat seperti George Best, David Beckham, dan Cristiano Ronaldo pernah mengenakan nomor tersebut.
Namun, kutukan datang usai Ronaldo pergi ke Real Madrid. Setelah itu, nomor punggung 7 menjadi kesialan bagi pemain yang menggunakan.
Dalam dekade terakhir, hanya 15 gol di Premier League yang tercipta dari pemain dengan nomor punggung 7. Pemain pertama yang menggunakan nomor tersebut adalah Michael Owen.
Setelah Owen gagal, beberapa pemain hebat berdatangan. Angel Di Maria, Memphis Depay, dan Alexis Sanchez, mengenakan nomor punggung 7. Kesamaan dari pemain-pemain itu adalah kegagalan.