5 Alasan Juventus Tak Juga Merengkuh Titel Liga Champions
BolaSkor.com - Juventus tersingkir dari Liga Champions 2019-2020 setelah disisihkan Olympique Lyon pada babak 16 besar. Dengan begitu, kegagalan Juve meraih titel Liga Champions terus berlanjut.
Juventus membutuhkan lebih dari sekadar kemenangan ketika melawan Lyon pada leg kedua. Alasannya, pada duel pertama, Juve kalah dengan skor 1-0.
Bianconeri memang keluar sebagai pemenang pertandingan setelah dua gol Cristiano Ronaldo hanya bisa dibalas satu gol Memphis Depay. Namun, hasil tersebut tidak cukup karena Lyon unggul agresivitas gol tandang.
Baca Juga:
Gelar Scudetto Ketiga Jadi Penanda Komitmen Cristiano Ronaldo bersama Juventus
Juventus Juara Serie A, Cristiano Ronaldo Beli Kapal Mewah Seharga Rp104 Miliar
Disingkirkan Lyon di Liga Champions, Juventus Terlalu Bergantung kepada Cristiano Ronaldo
Sekali lagi, Juventus gagal memenangi Liga Champions. Padahal, Bianconeri telah melakukan banyak cara untuk menjadi yang terbaik pada ajang pertarungan para raja Eropa tersebut.
Lantas, apa saja alasan Juventus bisa terus gagal menjadi yang terbaik di Liga Champions? Berikut lima ulasannya versi BolaSkor.com:
Maurizio Sarri Minim Alternatif Taktik

Maurizio Sarri tentu ikut andil dalam kegagalan Juventus kali ini. Sang pelatih tidak punya banyak alternatif ketika menemui jalan buntu.
Juventus memiliki segalanya untuk lolos. Juve mengusai bola hingga 63 persen dan melepaskan 16 tembakan sepanjang pertandingan.
Namun, statistik tersebut seolah tidak berguna karena para pemain Juventus kesulitan menembus pertahanan Lyon.
Ketika dalam kondisi terdesak, Sarri tidak pandai mengubah strategi. Ia seolah terpaku dengan pakem yang dipakai pada awal pertandingan. Pergantian pemain yang dilakukan pun tidak memberikan dampak signifikan.
Apalagi, Sarri terbiasa menggunakan formasi tiga penyerang saat masih di Napoli. Sedangkan, materi pemain Juventus tidak memungkinkan untuk menggunakan taktik tersebut.
Situasi berbeda terjadi ketika Juventus berada di bawah asuhan Massimiliano Allegri. Sang pelatih bisa mengubah taktik empat bek menjadi tiga bek ketika dibutuhkan.
Terlalu Bergantung kepada Cristiano Ronaldo

Sejak awal kedatangan, Juventus menjadikan Cristiano Ronaldo sebagai sosok yang akan membawa gelar juara Liga Champions. Namun, keinginan tersebut bak pisau bermata dua.
Kita tidak perlu memperdebatkan kemampuan Cristiano Ronaldo. CR7 memiliki kualitas tinggi dibanding pemain lainnya. Bahkan, ketika sudah berusia 35 tahun. Buktinya, Ronaldo memborong dua gol Juventus pada laga kontra Lyon.
Sayangnya, Juventus tidak punya pemain yang bisa menjadi alternatif ketika Ronaldo sedang buntu. Saat lawan menjaga ketat Ronaldo, pemain lain kesulitan mengembangkan permainan karena arah serangan sering ditujukan kepada sang megabintang.
Pertahanan Kukuh Tinggal Kenangan

Satu di antara titik lemah yang paling terasa adalah pada sisi pertahanan. Lini belakang Juve yang terkenal sulit ditembus kini tinggal kenangan.
Juventus memang menjadi juara Serie A 2019-2020. Namun, Bianconeri kebobolan 43 gol dari 38 pertandingan. Jumlah tersebut merupakan satu di antara yang terbanyak dalam sembilan musim kekuasaan Bianconeri.
Absennya Giorgio Chiellini dan menghilangnya Andrea Barzagli membuat Leonardo Bonucci memangku beban lebih berat. Apalagi, Matthijs de Ligt masih membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan menyatu dengan permainan Juve.
Lini Tengah Pas-pasan

Juventus tidak memiliki gelandang-gelandang kelas wahid pada musim ini. Satu-satunya nama yang paling bersinar adalah Miralem Pjanic.
Masalah La Vecchia Signora kian pelik karena Sami Khedira kerap mengalami cedera. Sementara itu, Adrien Rabiot dan Aaron Ramsey sibuk mempelajari kultur sepak bola Italia.
Walhasil, pemain muda seperti Rodrigo Bentancur menjadi pilihan utama. Namun, pemain muda masih minim pengalaman dan rentan melakukan kesalahan. Hal itu terbukti dengan pelanggaran di kotak terlarang yang dilakukan Bentancur.
Tak Punya Mental Juara di Eropa
Terakhir kali Juventus meraih gelar Liga Champions adalah pada musim 1995-1996. Setelah itu, prestasi terbaik Juve adalah menembus final.
Juventus dikenal sebagai tim terkuat di Serie A. Namun, mental juara Juve hanya sebatas kancah domestik.
Juventus kerap kesulitan ketika berlaga di kompetisi Eropa. Apalagi, pada laga melawan Lyon, Juve kalah pada pertemuan pertama.
Pemain yang paling memiliki mental juara di Juventus adalah Cristiano Ronaldo. Namun tentunya, satu pemain tidak cukup untuk membawa ke gelar juara.