Analisis Feature Spanyol Berita

4 Penyebab Kemunduran Drastis Real Madrid

Arief Hadi - Rabu, 06 Maret 2019

BolaSkor.com - "Akhir era Real Madrid. Sambut era baru dan Ajax Amsterdam akan jadi ancaman besar di masa depan," begitulah ucapan yang kira-kira diucapkan suporter selepas pertandingan leg dua 16 besar Liga Champions berakhir di Santiago Bernabeu, Rabu (6/3) dini hari WIB.

Real Madrid unggul agregat gol 2-1 dari leg pertama dan diunggulkan lolos ke delapan besar. Tapi fakta berkata berbeda: dengan mengusung semangat 1995, Ajax Amsterdam bermain tanpa rasa takut di Santiago Bernabeu.

Ajax tampil dominan selayaknya bermain di laga kandang: melakukan pressing (tekanan) tanpa henti tiap kali pemain Madrid mengontrol bola, selalu jadi ancaman ketika membangun serangan, dan aksi individu yang merepotkan Madrid.

Baca Juga: Luka Modric Mengaku Real Madrid Rindu Dengan Cristiano Ronaldo

Real Madrid vs amsterdam
Real Madrid vs Ajax Amsterdam

Empat gol terlahir dari gol yang diciptakan Hakim Ziyech (7'), David Neres (18'), Dusan Tadic (62'), dan Lasse Schone (72'), hanya bisa diperkecil gol Marco Asensio di menit 70. Ajax ke delapan besar Liga Champions 2018-19 dengan agregat gol 5-3.

Ajax menyingkirkan juara bertahan Liga Champions tiga kali beruntun dengan gaya bermain yang meyakinkan, membanggakan, dan menghibur penonton. Sementara bagi tuan rumah hanya nestapa yang menjadi klimaks seluruh permasalahan mereka musim ini.

Tiga kali beruntun bermain di Santiago Bernabeu di seluruh kompetisi, tiga kali juga El Real dipecundangi lawan-lawannya. Dua kali kalah dari Barcelona (0-3 dan 0-1) di Copa del Rey dan LaLiga, kini giliran Ajax yang menambah derita tersebut.

Sebenarnya, apa yang sedang terjadi dengan Real Madrid? Kemunduran mereka sungguh drastis. Padahal, skuat yang mereka miliki sangatlah berpengalaman dan berkualitas.

Sungguh aneh dalam satu musim dinasti yang dibangun selama tiga musim terakhir tiba-tiba runtuh. Mari sama-sama melihat penyebab kemunduran Madrid.

1. Bursa Transfer Loyo

Bursa Transfer Loyo
Alvaro Odriozola

Poin inilah yang mengawali kemunduran Real Madrid. Menilik dari bursa transfer musim panas ini hingga Januari lalu, Florentino Perez, Presiden Madrid, tidak mendatangkan bintang yang dapat mengangkat performa tim.

Mereka terbilang pasif dengan hanya mendatangkan pemain-pemain muda: Vinicius Junior, Alvaro Odriozola, Andriy Lunin, Mariano Diaz. Hanya satu nama yang sudah punya reputasi besar di Eropa yang datang ke Bernabeu, Thibaut Courtois.

Sisanya, Madrid lebih banyak mempromosikan pemain dari akademi, Real Madrid Castilla, ke tim utama. Kebijakan tersebut tidak salah.

Tapi, bagi tim seperti Madrid yang memiliki kewajiban meraih trofi setiap musimnya, pemain-pemain bintang berpengalaman lebih dibutuhkan untuk menjaga atau menambah kualitas tim ketimbang memberikan beban kepada produk akademi.

Tidak menggantikan Cristiano Ronaldo merupakan kesalahan terbesar yang dilakukan Madrid. Mencari penggantinya memang mustahil dilakukan. Maklum, Ronaldo bukan 'manusia biasa' melalui torehan gol dan efek yang diberikannya selama sembilan tahun membela Madrid.

Kendati demikian, Madrid seharusnya mendatangkan bintang untuk mengisi kepergiannya. Mungkin Eden Hazard, atau mungkin saja Neymar atau Kylian Mbappe.

Alhasil, Madrid kini memiliki skuat 'usang' yang sudah kekurangan motivasi untuk sukses di Eropa karena sudah menjuarainya tiga kali beruntun, serta permainan yang sudah terbaca.

Baca Juga : Real Madrid 1-4 Ajax Amsterdam: Los Blancos Gagal Mempertahankan Gelar Liga Champions

2. Regenerasi Telat

Regenerasi Telat
Luka Modric dan Toni Kroos

Cukup berkaca dari aktivitas transfer Barcelona mengenai poin ini. Mereka sadar tidak bisa terus-terusan mengandalkan Lionel Messi, Luis Suarez, Gerard Pique, dan Sergio Busquets di masa depan. Oleh karenanya, Barca memulai proses regenerasi.

Di lini belakang sudah ada Samuel Umtiti, Clement Lenglet, hingga Jean-Clair Todibo untuk jadi bek masa depan Barca. Sementara di tengah Barca punya Arthur, Carles Alena, dan di musim panas nanti mendatangkan Frenkie de Jong.

Posisi lini depan belum dibenahi. Tapi, Barca punya Ousmane Dembele dan Malcom yang sudah berintegrasi dengan skuat terkini, belajar dari Messi dan Suarez.

Langkah itulah yang tidak dilakukan oleh Real Madrid. Barangkali mereka lupa, tim yang terus meraih sukses secara konsisten lambat laun akan menurun atau habis eranya jika tidak disuntikkan enerji baru, dalam hal ini: meregenerasi skuat.

Memang, Madrid punya Marco Asensio, Vinicius, Sergio Reguilon, Odriozola untuk masa depan. Tapi pada akhirnya, tetap saja yang bermain dan diandalkan muka-muka lama semisal: Nacho, Dani Carvajal, Luka Modric, Toni Kroos, Gareth Bale, dan Karim Benzema.

Menjaga rasa lapar kesuksesan di dalam tim merupakan salah satu resep sukses Sir Alex Ferguson ketika mendominasi Premier League bersama Manchester United. Ferguson selalu meregenerasi skuatnya, sembari mengandalkan pemain-pemain lama, plus mengedepankan kolektivitas di atas segalanya.

Jika sudah begini, Madrid diprediksi bakal jor-joran di bursa transfer musim panas mendatang.

3. Efek Kepergian Zinedine Zidane dan Cristiano Ronaldo

Penyebab Kemunduran Drastis Real Madrid
Zinedine Zidane dan Cristiano Ronaldo

Kepergian keduanya terkesan dianggap sederhana dengan pemikiran "pelatih atau pemain lain bisa menggantikan mereka." Tapi faktanya, terlihat betapa besarnya Real Madrid merindukan kedua sosok ikonik tersebut.

Selayaknya peramal, Zidane dan Ronaldo sepertinya tahu era kejayaan Madrid telah berakhir dan pergi di awal musim ini (Zidane di akhir musim lalu). Keputusan mereka tepat.

“Zidane cukup pintar untuk keluar dari sana (Madrid) tepat waktu ketika mereka kehilangan Ronaldo. Itulah intinya. Dan siapa pun (pelatih) yang datang setelah itu memiliki tugas yang sulit. Anda tidak punya Ronaldo, maka Anda kehilangan 50 gol,” tutur Ruud Gullit.

Ronaldo selalu menginspirasi tim di momen sulit dengan gol atau assist-nya, sementara Zidane, dengan karisma yang dimilikinya, selalu mampu memaksimalkan potensi pemain-pemain skuat. Efek Zidane itu tidak dimiliki Julen Lopetegui atau Santiago Solari.

Baca Juga : Santiago Bernabeu dan Semangat 1995-Nya Ajax Amsterdam

4. Masalah Internal

Masalah Internal
Gareth Bale

Gareth Bale punya masalah dengan keegoisannya untuk menjaga jarak dengan pemain-pemain Madrid, dan tampak selalu tertekan menggantikan Ronaldo. Performa terbaiknya tidak terlihat dan fans selalu menjadikannya kambing hitam.

Isco, Marcelo, dan Keylor Navas, menjadi bom waktu yang siap meledak karena tak lagi jadi pilihan pertama dalam skuat utama Madrid. Tinggal menunggu waktu hingga ketiganya mengajukan permintaan transfer.

Situasi itu dibiarkan terjadi di ruang ganti pemain oleh jajaran direksi Madrid. Tak ayal, masalah internal Madrid memengaruhi performa tim yang bermain tanpa nyawa, kolektivitas, dan cenderung bermain individu dengan kualitas teknik.

Bagikan

Baca Original Artikel