Analisis Feature Jerman Liga Lain Berita

3 Kunci Penampilan Apik Borussia Monchengladbach, Pemuncak Klasemen Bundesliga

Arief Hadi - Selasa, 12 November 2019

BolaSkor.com – Bundesliga 2019-20 telah berjalan hingga spieltag (pekan) 11. Persaingan ketat terjadi di empat besar saat ini. Uniknya, penghuni empat besar tidak seperti biasanya (ditempati Bayern Munchen dan Borussia Dortmund).

Urutan pertama ditempati Borussia Monchengladbach (25 poin), diikuti RB Leipzig (21 poin), Bayern Munchen (21 poin), SC Freiburg (21 poin), baru dua tempat di urutan lima-enam klasemen dihuni Hoffenheim (20 poin) dan Borussia Dortmund (19 poin).

Munculnya nama Gladbach menjadi kejutan yang tak diduga sebelumnya. Gladbach memang tim yang biasa bertarung di papan atas Bundesliga, namun menduduki puncak klasemen? Suatu kejutan.

Baca Juga:

Nostalgia - Terakhir Bayern Munchen Kalah 1-5, Edin Dzeko Masih di Wolfsburg

30 Tahun Runtuhnya Tembok Berlin: Susunan 11 Pemain Terbaik Kombinasi Jerman Timur dan Barat

Resep Unbeaten Wolfsburg di Bundesliga: Kejelian Oliver Gasner dan Metode Latihan Vier Gewinnt

“Merebut puncak klasemen di liga merupakan bonus yang menyenangkan. Tapi di beberapa pekan terakhir, kita semua telah melihat klasemen sangat sering berganti, jadi sulit untuk mengatakan persisnya bagaimana perasaan kami ada di puncak saat ini!” tutur pelatih Gladbach, Marco Rose.

Gladbach menang delapan kali, imbang sekali, dan kalah dua kali dari total 11 laga Bundesliga dengan catatan: 24 kali mencetak gol dan 11 kali kebobolan gol. Salah satu tim dengan pertahanan terbaik, plus tajam di liga (berada di bawah Leipzig dan Munchen yang telah mencetak 29 gol).

Hal itu menunjukkan keseimbangan yang bagus dari Gladbach. Munculnya Gladbach sebagai kandidat juara musim ini memunculkan tajuk spesial dari laman resmi Bundesliga, yang membandingkan Gladbach era Marco Rose dengan kesuksesan Gladbach pada medio 1970-an.

Pada medio tersebut, Gladbach meraih lima titel Bundesliga dan jadi pesaing utama Bayern, serta dua titel Piala UEFA (format lama Liga Europa) dan menjadi runner-up Piala Eropa (format sebelum Liga Champions) pada 1977.

Borussia Monchengladbach jaya pada medio 1970-an.

Gladbach legendaris era Hennes Weisweiler, begitulah publik mengenang kejayaan Gladbach di era 1970-an. Di lapangan pertandingan, Gladbach punya pemain seperti Gunter Netzer, Berti Vogts, Herbert Wimmer, Horst Koppel and Jupp Heynckes. Nama yang disebut terakhir bermain delapan musim dengan Gladbach, mencetak 168 gol Bundesliga, dan juga sukses melatih Bayern.

Permainan cepat, ofensif, dan dihuni banyak pemain muda, identik dengan Gladbach kala itu hingga muncul julukan The Foals (Kuda Muda) – kuda muda identik dengan kecepatan kala berakselerasi.

Itu menjadi cetakan ‘paten’ permainan Gladbach di masa lalu. Marco Rose saat ini sudah memiliki idenya sendiri soal skema bermain tim. “Dari segi kualitas sepak bola dan permainan, langit merupakan batasan bagi tim kami,” tegas Rose.

Lantas, apa saja yang sejauh ini menjadi kunci permainan apik Gladbach hingga mereka bisa menduduki puncak klasemen Bundesliga? Dirangkum dari berbagai sumber, berikut ulasan BolaSkor.com:

(Berlanjut ke Halaman Dua)

Marco Rose

Marco Rose

Sebagai pemain, Marco Rose, yang berposisi sebagai bek, pernah bermain dengan Vfb Leipzig (1995-2000), Hannover 96 (2000-2002), Mainz (2002-2010). Di Mainz Rose pernah bermain satu tim dengan manajer Liverpool, Jurgen Klopp. Keduanya sangat dekat. “Dia (Rose) bisa memiliki pekerjaan apapun dan melakukan pekerjaan apapun,” ucap Klopp.

Rose membuktikan ucapan Klopp itu melalui kesuksesan yang diraih di luar Jerman atau lebih tepatnya di Austria. Memulai karier kepelatihan pada 2012 dengan Lokomotive Leipzig, Rose baru menanamkan filosofinya dengan RB Salzburg dari medio 2017-2019.

Sebelum naik level melatih tim utama, Rose empat tahun melatih tim muda Salzburg dan memenangi Liga Muda UEFA.

Sejumlah rekor ditorehkan Rose di Salzburg, mulai dari dua kali beruntun menjuarai Bundesliga Austria, mencapai semifinal Liga Europa, dan membawa klub tak pernah kalah selama 53 laga beruntun di seluruh kompetisi pada laga kandang.

Sukses di Salzburg, Rose kembali ke Jerman dan melatih Gladbach menggantikan Dieter Hecking. Belum genap semusim, para pemain Gladbach sudah memahami keinginan bermain Rose: high-pressing atau permainan menekan dengan intensitas tinggi, tujuannya merebut bola dari penguasaan lawan dan melancarkan serangan balik cepat.

Gaya main itu mengingatkan akan Foals di masa lalu. Tapi, Gladbach saat ini belum sempurna dengan keinginan bermain Rose dan musim masih panjang. Sulit menjaga konsistensi dengan permainan tersebut.

“Entah itu saat mengatasi situasi atau saat kami tak memiliki bola, berkombinasi satu sama lain, atau melakukan tekanan ofensif ketika kami memiliki bola dan menjaga penguasaan bola, ada banyak ruang untuk perkembangan,” terang Rose.

Kuat di Belakang, Lini Tengah Solid, dan Trio di Lini Depan

Sesi latihan Borussia Monchengladbach

Otak penampilan gemilang Gladbach sudah pasti datangnya dari Marco Rose. Tapi pada kenyataannya, para pemain yang bertanding yang akan menentukan arah dan hasil akhir laga – pelatih hanya memberi taktik, memilih pemain, dan memberi masukan.

Berbicara soal pemain, Rose memberikan keseimbangan untuk timnya dengan kombinasi pemain muda-senior berpengalaman. Pada posisi kiper Gladbach punya penjaga gawang berusia 30 tahun, Yann Sommer, yang sudah bermain untuk klub sejak 2014 dan juga kiper utama timnas Swiss.

Di belakang, Gladbach juga mengandalkan Stefan Lainer, bek kanan dengan keseimbangan bertahan dan bermain ofensif, serta duet bek tengah yang tak tergantikan: Nico Elvedi dan Matthias Ginter. Lalu bek kiri ditempati Ramy Bensebaini, yang baru ini mencetak gol ke gawang Werder Bremen.

Maju ke depan pada posisi tengah, ada Patrick Hermann yang sudah mencetak empat gol dan memberikan dua assists serta gelandang berbakat berusia 22 tahun, Laszlo Benes. Dikombinasikan dengan Christoph Kramer maka Gladbach punya lini tengah yang komplit: bisa bertahan dan bermain ofensif.

Terakhir, kekuatan utama Gladbach terletak pada kecepatan trio penyerang mereka: Marcus Thuram, Breel Embolo, dan Alassane Plea. Komobinasi ketiganya menciptakan 22 gol di Bundesliga.

Marcus Thuram, Breel Embolo, Alassane Plea

Plea mencetak empat gol dan memberi empat assists, Thuram lima gol dan empat assists, dan Embele tiga gol. Ketiganya saling melengkapi dengan cara mereka bermain, berkombinasi, dan bekerja sama.

Thuram, putra ikon sepak bola Prancis, Lilian Thuram, bahkan menjadi Pemain Terbaik Bulan September pilihan fans dan pendatang baru terbaik sejauh ini. Thuram datang dari Guingamp dan Embolo dari Schalke di musim panas ini, sementara Plea dari Nice pada 2018.

Selama bisa menjaga konsistensi bermain, ketiganya akan jadi salah satu trio terbaik di Eropa selain Mohamed Salah, Roberto Firmino, dan Sadio Mane di Liverpool.

Bagikan

Baca Original Artikel