Satu demi satu apa yang diutarakan Mourinho di masa lalu terlihat. Ketika The Special One membanggakan posisi runner-up United di Premier League 2017-18 dengan skuat yang tidak jauh berbeda dari saat ini, lalu membandingkan dengan pencapaian terkini, dapat dimaklumi ketika ia berkata sangat bangga dengan pencapaian terbesarnya itu.

Semenjak kalah 0-2 dari Arsenal pada 10 Maret 2019, United total menelan enam kekalahan dari delapan laga di seluruh kompetisi (dua kemenangan diraih susah payah melawan Watford dan West Ham United). Klimaks kekalahan itu terjadi di dua laga terakhir.

Kekalahan 0-3 dari Barcelona di Liga Champions dilanjutkan kekalahan telak 0-4 dari Everton di Goodison Park, Premier League. Kalah dengan jumlah kebobolan 0-7 dan tidak banyak melepaskan tendangan tepat sasaran.

Solskjaer sampai kehabisan kata menjelaskan buruknya penampilan United pasca kekalahan dari Everton.

Ole Gunnar Solskjaer

"Sedari menit pertama segalanya sudah salah. Saya hanya ingin meminta maaf kepada fans. Mereka satu-satunya orang dengan badge hari ini yang mengangkat kepala tinggi karena kami tak bisa melakukannya," tutur Solskjaer kepada Sky Sports.

"Kami dikalahkan di seluruh aspek hari ini dan satu-satunya tempat kami mengalahkan Everton - saya tidak berkata saya mengalahkan mereka - tapi kami punya dukungan fantastis dan saya hanya ingin meminta maaf atas performa yang kami tampilkan."

"Kami tidak tampil bagus. Itu tidak layak disebut tim Manchester United. Performa itu tidak cukup bagus untuk tim seperti Manchester United, bagi saya hingga pemain, kami mengecewakan fans, kami mengecewakan klub. Performa itu sulit digambarkan karena sangat buruk," paparnya.

Melihat kemunduran performa United yang semakin terpampang nyata jelas akhir musim ini, publik mulai sepakat melabeli bahwa United mengalami sebuah sindrom bernama sindrome caretaker

Lanjut Baca lagi