Bhayangkara, Leicester-nya Indonesia?

Kisah cinderella Leicester City kala menjuarai Premier League 2015/16 takkan bisa dihapuskan dalam sejarah sepak bola Inggris. Tidak ada yang memprediksi mereka sebagai kandidat juara Premier League, melainkan sebagai tim yang bertarung di zona degradasi.

Claudio Ranieri, manajer Leicester, merupakan aktor di balik kesuksesan Leicester dengan caranya memaksimalkan skuat berdasarkan pada pemain seperti N'Golo Kante, Danny Drinkwater, Robert Huth, Riyad Mahrez, dan Jamie Vardy. Leicester bermain sederhana dan efektif: membentuk pertahanan yang kuat, lalu melancarkan serangan balik dengan efisiensi yang tinggi dalam mengonversi peluang menjadi gol.

Kisah yang diukir Leicester itu pun disamakan dengan Bhayangkara di musim 2017. Tidak ada yang menduga, Bhayangkara akan keluar sebagai juara di atas tim-tim tradisional seperti PSM Makassar, Persija Jakarta, Persib Bandung, dan Persipura Jayapura.

Terlebih, McMenemy tidak menerapkan filosofi bermain seperti Ranieri yang fokus membangun serangan, setelah pertahanan tim terbentuk dengan baik. Bhayangkara bermain menghibur dengan penguasaan bola dan permainan ofensif.

"Tidak ada yang menyangka kami akan bertarung merebutkan titel, tapi saya takkan berkata bahwa ini cerita Leicester City lainnya. Kami bukan tim yang mengandalkan serangan balik - kami bermain atraktif dan mendominasi laga. Kepercayaan para pemain selalu ada di sana dan ketika musim tinggal menyisakan beberapa laga lagi, kami berada di puncak klasemen dan bertarung keras untuk tetap ada di sana," tutur McMenemy.

Simon McMenemy (Akun Instagram Bhayangkara FC)

Pergerakan transfer mereka bahkan tidak heboh seperti contoh, Persib yang merekrut Michael Essien sebagai marquee player, serta Madura United dengan Peter Odemwingie. McMenemy lebih memilih mendatangkan pemain yang dapat langsung menyesuaikan dirinya dengan permainan tim, ketimbang pemain berkualitas, namun memerlukan proses adaptasi bermain di Indonesia.

Salah satu keberhasilannya adalah merekrut alumni akademi Sporting Lisbon yang seangkatan dengan Cristiano Ronaldo, Paulo Sergio. Dia menjadi ruh permainan Bhayangkara bersama Evan Dimas dan Ilham Udin.

"Di periode pertama saya di Indonesia, saya mendatangkan Marcus Bent dari Birmingham. Dia pria yang hebat, kuat, tapi dia butuh banyak waktu di dalam dan luar pertandingan, karena dia baru di Indonesia dan memahami lingkungan baru itu sulit. Saya tak ingin mengulanginya lagi - mengapa saya mendatangkan Robin van Persie, jika Anda harus fokus sepanjang waktu membantunya beradaptasi di Indonesia? Tidak adil untuk pemain lainnya," papar McMenemy.

Tim juara Liga 1 2017 (Akun Instagram Bhayangkara FC)

Saat ini, seiring kepergian pemain-pemain andalan musim lalu, McMenemy kembali dituntut mengeluarkan kemampuan terbaiknya dalam meracik skuat Bhayangkara yang banyak diperkuat rekrutan anyar semisal: Vendry Mofu, Marinus Wanewar, Herman Dzumafo, Nurhidayat Haji Haris, Maldini Pali, Vladimir Vujovic, dan David da Silva.

Memberikan penilaian langsung atas performa McMenemy melalui laga melawan Persija akan terlalu prematur. Namun, untuk sekilas, akan terlihat kesiapan Bhayangkara dalam mempertahankan titel mereka. Persis seperti julukan Bhayangkara, The Guardians, yang artinya penjaga atau pelindung.

Lanjut Baca lagi