Leclerc kemudian merekomendasikan Pepe ke Stephane Moulin, rekan yang juga pelatih kepala Angers. Dan pada 2013, Pepe meninggalkan Poitiers. Di klub barunya, Pepe ada di bawah asuhan Abdel Bouhazama, penanggung jawab tim muda klub. Saat pertama kali tiba, Pepe datang dengan rambut mohawk pirang ala Neymar. Tak pelak, perintah pertama dari Bouhazama kepada Pepe adalah mencukur rambutnya.
"Dia bermain seperti sedang bersama teman-temannya. Seperti saat dia main di jalan atau sekolah," kenang Bouhazama.
"Buat dia, sepak bola hanya permainan, untuk bersenang-senang. Soal statistik, gol, assist, semua itu baru untuk dia."
Di bawah Bouhazama, Pepe acap terkena hukuman karena seringnya berulah. Bouhazama amat sering menerima pengaduan dari guru atau pengawas asrama. Namun, kebadungan Pepe tak berhenti. Bahkan kenakalan itu nyaris membuat kariernya terhenti di tengah jalan. Semua itu hanya karena sepotong cokelat.
Suatu pagi, sebelum latihan. Pepe dan rekan-rekannya memutuskan mampir ke supermarket. Di sana Pepe mengambil sebatang cokelat, memakannya, dan keluar tanpa membayar apa yang sudah ditelannya. Ulah Pepe tersebut terlihat oleh penjaga yang langsung menangkapnya.
Gara-gara sebatang cokelat inilah, sejatinya karier Pepe bisa berakhir karena dia sudah melanggar kontrak. Beruntung Bouhazama bisa membuat presiden Angers, Said Chabane memberinya kesempatan kedua. Sejak saat itu, Pepe tobat.
"Saya yakin dia sangat ketakutan. Impiannya menjadi pemain profesional saat itu bisa berakhir," kata Bouzahama.
"Suatu hari, saya membuat kesalahan. Saya seharusnya sudah dikeluarkan dari akademi," ujar Pepe kepada Onze Mondial.
"Beruntung saya bertemu dengan beliau (Bouzahama). Jika tidak, saya tak ada di sini saat ini," ujar Pepe kali ini kepada France Football, Februari silam.