Real Madrid Klub yang Sombong

Suporter Real Madrid

Narasi bermula pada 1887. Saat itu, digelar sebuah turnamen untuk mencari klub terbaik di dunia (Football World Championship). Juara Piala Skotlandia, Hibernian, mengalahkan semifinalis Piala FA, Preston North End. Sejarah mencatat, itu merupakan kali pertama sebuah turnamen mencari klub terbaik di dunia.

Kemudian, muncul kompetisi serupa pada 1909 dan 1911, namun dengan ruang lingkup yang lebih luas. Diberi nama Piala Sir Thomas Lipton, turnamen tersebut mempertemukan klub-klub terbaik dari Inggris, Italia, Jerman dan Swiss. Pada dua edisinya, klub amatir asal Inggris, West Auckland, keluar sebagai pemenang.

Beberapa tahun berselang, FIFA mulai turun gunung untuk memperhatikan turnamen antarklub di dunia. Kala itu, tahun 1951, presiden FIFA, Jules Rimet, ditanya tentang keterlibatan FIFA dalam turnamen Copa Rio. Rimet menjawab FIFA tidak bertanggung jawab karena turnamen internasional itu diatur dan disponsori oleh konfederasi sepak bola Brasil (CBF).

Setelah itu, Copa Rio digantikan oleh kompetisi anyar bernama Torneio Octogonal Rivadavia Correa Meyer yang dimenangi oleh Vasco da Gama. Turnamen itu diikuti lima klub asal Brasil dan juga tiga klub asing. Namun, FIFA tetap bergeming dan tidak mengakui keabsahan turnamen tersebut.

Belum juga menyerah, turnamen dengan format serupa kembali dilangsungkan pada 1957. Kali ini, turnamen tersebut diberi nama Tournoi de Paris yang mempertemukan klub-klub top dari Eropa dan Amerika Selatan. Vasco da Gama meraih gelar usai menekuk Real Madrid 4-3 pada laga puncak di Parc des Princes. Kemenangan itu mendapatkan sanjungan karena merupakan kali pertama Madrid gagal meraih gelar di kompetisi internasional.

Kemudian, Real Madrid membuat langkah mengejutkan dengan keluar dari turnamen dan berpendapat Tournoi de Paris hanyalah laga persahabatan.

Kesombongan Madrid muncul ketika meraih Piala Interkontinental pertama pada 1960. Kala itu, Los Blancos menggerus Penarol 5-1 dalam laga yang dilangsungkan di Estadio Centenario, Uruguay.

Madrid membusungkan dada dengan menganggap diri sendiri sebagai juara dunia. FIFA bertindak, menolak klaim Los Galacticos dengan alasan yang nyaris serupa.

FIFA menilai klaim Madrid tidak sah karena kejuaraan tersebut tidak diikuti juara dari konfederasi lainnya. Induk tertinggi sepak bola dunia itu menyatakan akan melarang edisi selanjutnya kecuali penyelenggara menganggap sebagai pertandingan persahabatan atau pribadi antardua organisai.

FIFA mulai kesulitan meredam klaim Madrid yang menahbiskan diri sebagai tim terbaik. Satu tahun berselang, FIFA akhirnya mengesahkan Liga Sepak Bola Internasional di bawah ratifikasi dari Sir Stanley Rous yang telah menjadi presiden FIFA saat itu. Harapannya, tidak akan ada lagi klaim sepihak dari pihak klub.

Namun, setelah beberapa tahun berlangsung ajang tersebut terancam berhenti di tengah jalan karena minim sponsor.

Jalan keluar berhasil ditemukan setelah West Nally, perusahaan pemasaran Inggris yang beraviliasi dengan UEFA dan CONMEBOL, dengan bekerja sama dengan Toyota Motor Corporation pada 1980. Perusahaan asal Jepang itu menginvestasikan lebih dari 700 ribu dollar untuk menggelar kompetisi yang diberi nama Toyota Cup.

Meski awalnya banyak yang skpetis pada Toyota Cup, namun iming-iming hadiah yang ditawarkan untuk para peserta membuat turnamen berjalan dengan lancar. Bahkan, beberapa pihak seperti Toyota, UEFA dan peserta Piala Eropa bersedia meneken kesepakatan kontrak untuk memastikan klub akan tampil pada Toyota Cup.

*Tarik napas sebentar, halaman selanjutnya akan kembali membahas lini masa.

Lanjut Baca lagi