Luis Milla telah menyadari kelemahan sepak bola Indonesia sejak kali pertama datang. Di Indonesia, tidak ada kurikulum untuk mendidik para pesepak bola muda.

Hal itu berbeda dengan di Eropa. Sebagai lulusan akademi sepak bola Barcelona dan pernah melatih timnas kelompok umur Spanyol, Luis Milla tahu benar apa yang salah dengan pembinaan sepak bola di Indonesia.

Berbeda dengan Barcelona yang mengajarkan kurikulum yang sama secara berkesinambungan, Indonesia tiap daerah memiliki cara mengajar sepak bola berbeda. Luis Milla pun merancang proses pembinaan sepak bola Indonesia.

Luis Milla. (Instagram Luis Milla)

Sayangnya, proses pembinaan pemain Indonesia yang telah dirancang oleh Luis Milla harus berhenti pada akhir 2018. PSSI selaku induk sepak bola di Indonesia memilih untuk tidak memperpanjang kontraknya.

Berbagai kabar beredar mengenai alasan PSSI tidak memperpanjang kontrak Luis Milla. Mulai dari gaji yang terlampau tinggi hingga absennya Milla pada negosiasi kontrak mengemuka sebagai alasan.

Menurut berbagai sumber, gaji Luis Milla memang paling mahal di Asia Tenggara. Konon, eks penggawa Valencia itu menerima bayaran Rp 2,4 miliar per bulan di luar fasilitas.

Akan tetapi, rasanya jumlah gaji itu sepadan untuk kualitas yang ditawarkan oleh Luis Milla. Berdasarkan obrolan dengan mantan rekan satu tim Milla di Valencia, Gaizka Mendieta, Timnas Indonesia beruntung dilatih lulusan akademi sepak bola Barcelona tersebut.

"Luis Milla adalah sosok yang cerdas, hal itu terlihat sejak dia masih menjadi pemain. Menurut saya, Indonesia bisa sukses apabila ditangani oleh Milla," ujar Mendieta ketika menyambangi Indonesia pada akhir 2017.

Lanjut Baca lagi