CardiffNilai: C

Tragedi kematian pembelian termahal, Emiliano Sala, pada Januari dan perselisihan dengan Nantes seputar transfer tersebut menjadi awan kelam bagi klub asal Wales ini.

Meski sudah berjuang keras, usaha tim asuhan Neil Warnock bertahan di Premier League gagal total. Hal ini tidak lepas dari kurangnya kualitas skuat.

ChelseaNilai: B+

Ketika Chelsea dibantai Manchester City 0-6 pada Februari, tidak sedikit yang menyangka Maurizio Sarri tidak akan bertahan hingga akhir musim.

Setelah tiga bulan berjalan, The Blues akhirnya sukses masuk ke empat besar klasemen untuk meraih tiket ke Liga Champions. Mereka juga berhasil lolos ke final Liga Europa.

Meski begitu, pencapaian ini tidak membuat masa depan Sarri menjadi terang. Kesuksesan memang tergantung dari sisi mana melihatnya.

Crystal PalaceNilai: C+

Crystal Palace memang hanya finis di posisi ke-12. Namun hal ini merupakan peningkatan yang cukup signifikan bagi mereka.

Untuk pertama kalinya sejak promosi pada 2013 silam, Palace tidak terlibat pertarungan di zona degradasi. Hebatnya, hasil ini dicapai setelah mereka kehilangan beberapa pemain pilar.

EvertonNilai C+

Konsistensi menjadi musuh utama Everton musim ini. Skuat asuhan Marco Silva mencatat pasang surut sepanjang musim. Di satu laga mereka brilian, di laga berikut tampil sangat buruk atau sebaliknya.

Lihat saja bagaimana Everton bisa melibas Manchester United 4-0 setelah pada pekan sebelumnya mereka takluk 0-2 oleh tim papan bawah, Fulham.

FulhamNilai: F

Gagal total. Itulah kesimpulan yang bisa diambil dari kiprah Fulham musim ini. Bagaimana tidak, sebelum musim dimulai, Fulham digadang-gadang bisa menyaingi tim-tim papan atas. Atau minimal mereka bisa finis di zona Eropa.

Fulham dinilai sangat siap menghadapi musim ini setelah menggelontorkan banyak uang di dua bursa transfer. Ya, Fulham adalah tim Premier League dengan pengeluaran tertinggi ketiga di bursa transfer musim ini.

Namun hasilnya, jauh api dari panggangan. Fulham bahkan sudah dipastikan terdegradasi pada April kemarin. Besar pasak daripada tiang.

HuddersfieldNilai: F

Kisah dongeng Huddersfield di Premier League tidak berakhir happy ending. Huddersfield menjadi tim kedua yang paling terdegradasi pada Maret setelah Derby pada 2018 silam.

Their summer recruits made little impact and after a poor start the Terriers never looked like repeating the heroics which had seen them win an unlikely promotion and then stay up.

LeicesterNilai: C+

Sejak menjadi juara tiga tahun lalu, Leicester City kesulitan menemukan jati diri mereka. Leicester kembali memecat pelatih, Claude Puel pada Februari dan digantikan oleh Brendan Rodgers.

Sejak di tangan Rodgers, Leicester mulai menemukan bentuk. Bentuk yang akan menjadi dasar untuk mengarungi musim depan. Musim ini juga menjadi masa kelabu bagi Leicester menyusul wafatnya chairman Vichai Srivaddhanaprabha dalam kecelakaan helikopter pada Oktober 2018.

LiverpoolNilai: A

Meski tidak menjadi juara, kiprah Liverpool musim ini jauh dari kata gagal. Liverpool finis di peringkat kedua dengan raihan poin tertinggi ketiga sepanjang sejarah Premier League. Tak hanya itu, mereka juga secara gemilang lolos ke final Liga Champions untuk dua musim beruntun.

Liverpool mampu secara ketat bersaing dengan Manchester City yang musim sebelumnya sangat dominan. Dengan raihan 97 poin, 30 kemenangan, hanya sekali kalah, dan kebobolan paling sedikit, Liverpool menjadi bukti musim Liverpool tidak gagal.

Lanjut Baca lagi