Sepak Bola Hiburan ala Pribumi hingga Munculnya Perjuangan Bangsa bernama PSSI

Alhasil, kompestisi NIVB di tiap daerah semakin disukai masyarakat zaman Hindia Belanda. Di satu sisi, kaum pribumi terpinggirkan untuk bisa bermain sepak bola. Lapangan di jantung kota dikuasai para bond Hindia Belanda. Kaum pribumi yang tidak mempunyai gulden tidak bisa menonton kompetisi NIVB di daerahnya masing-masing.

Perlawanan pun muncul. Para kaum pribumi akhirnya membuat bond di setiap daerah untuk menandingi Hindia Belanda. Bond-bond ini akhirnya membentuk sebuah klub federasi di setiap daerahnya. Munculah seperti Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (BIVB), Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ), hingga Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (SIVB).

Tidak ada tiket untuk menonton pertandingan sepak bola. Sepak bola sebagai bentuk hiburan dan alat perjuangan bangsa atas ketimpangan yang dilakukan Hindia Belanda.

Sampai akhirnya, sepak bola diselipkan hiburan rakyat. Hal ini untuk mengundang antusiasme warga pribumi, demi menyatukan sifat nasionalisme. Hal itu dilakukan oleh Kasultanan Ngayogyakarta.

"Sepak bola merupakan hiburan rakyat untuk menyatukan rakyat. Saat itu, Kasultanan Ngayogyakarta mempunyai hiburan wayang wong untuk menarik masyarakat di alun-alun. Keliling Indonesia ke Batavia dan lain-lain. Acara tersebut diselingi dengan pertandingan sepak bola. Laga sepa kbola Yogyakarta saat itu juga dimainkan di Stadion Kridosono," ungkap Dimaz Maulana, seorang pemerhati sejarah sepak bola Yogyakarta, kepada BolaSkor.com.

Bond kaum pribumi semakin kuat. Lalu lahir Indonesische Voetbal Bond (IVB) pada 2 Oktober 1927 diprakasai oleh Soebroto, R.T Tjidarboemi, A.Soeroto, dan Soedarboemi. Keempatnya merupakan perwakilan dari SIVB, BIVB, Vorsterlansche Voetbal Bond (VVB), dan PS Hizboel Wathan (Jogja).

Skuat Persib Bandung saat hadapi Persis Solo di Perserikatan 1932. (BolaSkor.com/Dokumen Istimewa)

IVB pun diumumkan ke bond-bond pribumi lainnya. IVB pun akhirnya hilang, dalam artian rela membubarkan diri karena terlalu mesra dengan bond-bond Hindia Belanda. Lalu, pada tanggal 19 April 1930 terbentuklah Persatuan Sepakraga Seloeroeh Indonesia (PSSI) di Gedung Sositet Hande Pryo, Jalan Yudonegaranm, Yogyakarta.

Ada tujuh klub yang membidani terbentuknya PSSI, yakni Voetbalbond Indonesische Jacatra (Persija Jakarta, Sjamsoedin), Bandoengsche Indonesische Voetbal Bond (Persib Bandung, Gatot), Persatuan Sepakraga Mataram (PSIM Yogyakarta, Daslam Hadiwasito, A.Hamid, M. Amir Notopratomo), Vorstenlandsche Voetbal Bond (Persis Solo, Soekarno), Madioensche Voetbal Bond (PSM Madiun, Kartodarmoedjo), Indonesische Voetbal Bond Magelang (PPSM Magelang, E.A Mangindaan), dan Soerabajasche Indonesische Voetbal Bond (Persebaya Surabaya, Pamoedji).

Namun, otak penggagas terbentuknya PSSI adalah Ir Soeratin Sosrosoegondo. Beliau ketika itu sadar salah satu alat untuk mempersatukan bangsa dengan menjunjung tinggi makna Sumpah Pemuda adalah sepak bola. Olah raga yang dikenal dengan sebutan bal-balan tersebut bisa mempersatukan semua golongan untuk melawan kolonialisme.

“Kalau di sepakbola kita bisa mengalahkan Belanda, kelak di lapangan politik pun kita bisa mengalahkan Belanda," kata Ir. Soeratin.

PSSI mengubah kepanjangannya menjadi Persatuan Sepakbola Seloeroeh Indonesia pada Kongres I di Solo pada tahun 1930. PSSI akhirnya membentuk kompetisi Perserikatan I 1931. Di mana, setiap klub di bawah naungan klub besar tiap daerah masing-masing, berkompetisi selama satu tahun penuh. Pemain terbaik dari kompetisi tersebut akan membela klub besar daerahnya masing-masing untuk saling sikut memperebutkan gelar juara Perserikatan.

Lanjut Baca lagi