Percaya dengan Gasperini

Gian Piero Gasperini

Masih terbenak di pikiran betapa yakinnya Inter dengan kapasitas Gasperini ketika mereka merekrutnya pada 2011, setelah sebelumnya sang pelatih melatih Genoa medio 2006-2010 dan sukses mengembangkan tim dengan pemain semisal: Diego Milito dan Thiago Motta.

Jose Mourinho, eks pelatih Inter, sampai berkata bahwa Gasperini lawan yang memberinya kesulitan tingkat tinggi di Serie A. Sayang, Inter, yang masih dipimpin Massimo Moratti dan belum sepenuhnya beranjak dari treble di era Mourinho, tidak sabar dengan Gasperini.

Alih-alih memberikannya waktu untuk menanamkan filosofinya, Gasperini dipecat setelah Inter melalui lima laga tanpa pernah menang. Nama Gasperini hilang pasca dipecat Inter. Dia sempat berkelana di Palermo (2012-2013) dan Genoa (2013-2016), sebelum tiba di Bergamo.

Di sana, Antonio Percassi, Supremo Atalanta, punya sikap yang berbeda dari Moratti. Percassi sudah percaya akan kapasitas Gasperini sejak awal dan terus meyakininya, bahkan itu di momen buruk.

"Aku tidak mempunyai keraguan sedikit pun terhadap Gasperini. Ia adalah pelatih kita, pelatih terbaik yang bisa kita miliki, dan dia tak tersentuh. Sekarang mari kita lihat bagaimana cara kalian beraksi," ucap Percassi.

Dalam kurun waktu tiga tahun Gasperini mengembangkan Atalanta seperti halnya tiga tahun Maurizio Sarri di Napoli: sama-sama menanamkan filosofi sepak bola ofensif.

Menurut penulis FourFourTwo, BBC, dan ESPN, James Horncastle, apa yang dilakukan Gasperini selayaknya 'menentang hukum gravitasi'.

Percassi membuat keputusan tepat setelah tim mengamankan tempat di Liga Champions. "Pelukan saya untuk Gasperini, untuk seumur hidup. Itu sudah diberikan dan dia akan masih ada di sini musim depan," tuturnya.

Lanjut Baca lagi