Menentang Hukum Gravitasi ala Gasperini

Gian Piero Gasperini

Pelatih berusia 61 tahun melandaskan kekuatannya dengan formasi tiga bek. Pakem dasarnya 3-4-3 dengan variasi 3-4-1-2 atau 3-4-2-1. Dikulik dari Whoscored, serangan Atalanta berdasarkan penguasaan bola, serangan di kedua sisi sayap, dan kemampuan merebut bola dari penguasaan lawan.

Kemampuan terkuat mereka ada pada kemampuan mengonversi peluang jadi gol, serangan sayap, menciptakan peluang dari kemampuan individu, dan kembali dari posisi tertinggal (mentalitas kuat).

Atalanta tahu bagaimana cara melakukan tekanan kepada lawan dalam fase bertahan dan menciptakan peluang melalui serangan bertubi-tubi. Blair Newman memberikan analisis menarik yang dimuat di Tifo Football.

Atalanta bertahan dengan menerapkan counter-pressing (menekan lawan dan melakukan serangan balik) yang berdasarkan pada man to man marking (penjagaan satu lawan satu). Hebatnya, ketika melakukan itu, Gasperini tak mau mengibah bentuk pertahanan timnya.

"Man-to-man marking yang dilakukan Gasperini bukanlah sesuatu yang dilakukan di sepakbola Italia pada era 60-an dan 70-an – ada penekanan untuk mempertahankan bentuk pertahanan," ucap Newman.

"Maka, saat penyerang lawan bergerak ke sisi yang berbeda, ia tidak akan terus diikuti agar pertahanan Atalanta tidak bentuk pertahanan secara koheren. Namun, untuk ukuran saat ini, taktik itu masih tergolong radikal."

Gian Piero Gasperini

Jadi, Atalanta tidak bertahan persis seperti cara Jurgen Klopp di Liverpool ketika melakukan tekanan kepada lawan yang menguasai bola. Tiap pemain Atalanta tidak melulu melakukan tekanan kepada lawan.

Misalnya, bek tengah di antara dua bek lainnya (dalam taktik tiga bek) bisa menjadi spare-man (menjaga zona) atau marker (menjaga lawan satu lawan satu) bergantung kepada jumlah penyerang di kubu lawan.

Kala menyerang pun Atalanta punya filosofi serangan yang eksplosif. Selain memanfaatkan lebar lapangan, Atalanta tahu persis bagaimana meramaikan kuantitas pemain di kotak penalti.

"Timnya selalu memanfaatkan lebar lapangan, mengubah permainan dari sisi ke sisi untuk menciptakan overload. Mereka bisa melakukan umpan-umpan horisontal secara terus menerus." tambah Newman.

"Namun, umpan-umpan itu dilakukan untuk membuka celah di dalam struktur pertahan lawan yang kemudian dapat dieksploitasi dengan operan diagonal yang bersifat penetratif.”

Permainan itulah yang menjadi alasan mengapa Atalanta bisa menang telak 3-0, 4-0, atau bahkan 4-3, sebab, Gasperini tidak melarang bek-bek Atalanta naik membantu serangan dan coba mencetak gol. Tak diragukan lagi, Gasperini otak kesuksesan Atalanta.

Pemain-pemain Kunci

"Gian Piero Gasperini penghibur hebat yang membuat sejarah dengan klub," ucap Paolo Bandini, penulis Guardian. "Selamat kepada Atalanta atas musim yang hebat. Jelas tim memperlihatkan brand terbaik dari tim teknik sepak bola," tambah Arjun Pradeep, penulis Guardian lainnya.

Gasperini dan Atalanta tidak akan mencapi fase ini tanpa pemain-pemain kunci di dalam skuat tim. Kolektivitas jadi kekuatan utama Atalanta, namun, beberapa pemain di antaranya cukup menonjol penampilannya.

Trio Alejandro "Papu" Gomez, Duvan Zapata, dan Josip Ilicic, jadi tiga sumber kekuatan Atalanta di depan. Ilicic mencetak 12 gol dan memberi tujuh assists di Serie A, Gomez tujuh gol dan 11 assists, dan Zapata 23 gol serta tujuh assists.

Duvan Zapata

Zapata jadi nama yang tak terduga. Eks Napoli dipinjamkan dari Sampdoria dan sempat tidak diperhitungkan berada di antara striker-striker top yang merebutkan gelar top skor.

Nyatanya, penyerang Kolombia berusia 28 tahun menjalani musim terbaiknya di Serie A. Tidak sekedar tajam mencetak gol, pergerakan lincah Zapata kerapkali sulit dihentikan lawan-lawannya.

Sementara Ilicic dan Gomez - sama-sama berusia 31 tahun - memperlihatkan pengalaman hebat mereka bermain di Italia. Keduanya menjadi pengatur serangan sekaligus pencetak gol di lini depan.

Di tengah ada duo Belanda, Marten de Roon dan Hans Hateboer, yang sudah memainkan 35 laga di Serie A. De Roon menjadi metronom permainan di tengah, lalu Hateboer menjadi bek sayap kanan yang bermain disiplin.

Selain nama-nama tersebut, ada juga Remo Freuler, Robin Gosens, Rafael Toloi, Jose Luis Palomino, Andrea Masiello, dan Pierluigi Gollini, yang kerapkali menghiasi susunan pemain awal Gasperini di Atalanta.