Setelah ribuan tahun berselang, kejadian serupa kembali terulang di Italia. Akan tetapi, kali ini terjadi pada ruang lingkup yang lebih kecil yakni sepak bola.

Inter Milan sebagai satu di antara klub terbesar dan tersukses di Italia kini sudah menuju China. Bukan dalam arti sempit, namun penguasa Nerazzurri saat ini bermarkas di Negeri Tirai Bambu itu.

Kini, Inter Milan yang identik dengan warna biru mulai tercampur dengan merah, warna ciri khas China. Lantas, siapa yang bertanggung jawab atas hal tersebut? Satu di antara nama yang seharusnya mengacung adalah sang mantan pemilik, Erick Thohir.

Erick Thohir menjadi pemilik saham mayoritas Inter Milan setelah mengakuisisi 70 persen kepemilikan Massimo Moratti. Saat itu, pengusaha media tersebut dikabarkan mengeluarkan dana hingga Rp 3,8 triliun.

Kehadiran Thohir menimbulkan asa baru untuk membawa kembali jati diri Inter Milan sebagai satu di antara klub terbesar di Eropa. Maklum, pada akhir periode Moratti, La Beneamata terseok-seok menapaki jalan menuju gelar juara. Selain itu, alarm bahaya telah menyala dari sisi manajemen klub.

"Klub akan mendapatkan suntikan dana pada musim baru ini. Terima kasih kepada rekan internasional yang akan berkontribusi dalam kesuksesan yang berkelanjutan," ujar Moratti saat itu.

Baca juga: 6 Pemain Berusia 30 Tahun yang Menciptakan Perbedaan di Inter Milan

Thohir dan Moratti

Moratti yang dikenal sangat mencintai Inter Milan memberikan kepercayaan penuh bagi Thohir. "Antusiasme dan pragmatisme rekan bisnis baru adalah jaminan bagi masa depan," sambung sang presiden.

Meski bukan klub Italia pertama yang sahamnya dimiliki pihak asing, namun bergabungnya Thohir ke Inter Milan menimbulkan polemik. Beberapa kalangan menilai hal tersebut adalah ironi melihat orang asing memimpin klub sepak bola Italia yang kental dengan kultur dan tradisi.

Selain itu, Thohir juga sempat mendapatkan ejekan dari mereka yang sudah lama berkecimpung di sepak bola Italia. Presiden Sampdoria, Massimo Ferrero, sempat menyebut Thohir dengan panggilan Filipino. Panggilan tersebut ditengarai sebagai perilaku rasisme.

"Tidak adil bagi Moratti diperlakukan seperti itu. Saya sedih untuknya. Tendang saja orang filipino itu," sebut Ferrero pada saat itu. Akibatnya, Ferrero mendapatkan hukuman larangan masuk stadion selama tiga bulan dan denda Rp 160 juta.

Lanjut Baca lagi