Dari Striker, Gelandang Serang, hingga Perbandingan dengan Sergio Busquet dan Marco Verratti

Kisah Torreira bukanlah cerita indah pemain dengan latar belakang kekayaan orang tua, yang kemudian menyekolahkannya dengan mahal di akademi sepak bola. Pada usia 16 tahun, ambisi tinggi Torreira membawanya jadi perantauan.

Torreira pergi meninggalkan kampung halaman, Fray Bentos, untuk pergi ke Montevidio. Di sana ia tinggal dengan saudarinya, Estefani, dan menggunakan bus tiap harinya untuk sekedar berlatih. Torreira jadi bagian akademi Montevidio Wanderers.

Pada suatu hari ketika Wanderers mengirim beberapa pemainnya ke Pescara, Italia, untuk melakukan trial (uji coba) pada 2013, namanya tidak tercantum ke dalam daftar pemain yang diterbangkan ke Italia. Bagi pemain biasa atau bermental lemah, mereka biasanya kecewa, jatuh, dan sulit bangkit. Tapi hal itu tidak berlaku bagi Torreira.

Ia berlatih keras selama beberapa bulan, dalam kondisi sulit: tidak punya banyak uang dan untuk sekedar potong rambut, Torreira menggunakan sistem klasik perdagangan, barter. Sampai akhirnya pemandu bakat bernama Roberto Druda melihat potensinya dan membawanya ke Italia.

Barulah titik perubahan karier Torreira terjadi di Pescara. Dari 2013-2015, lalu sempat dipinjamkan ke Pescara di musim 2015-16, Torreira merasakan berkah dilatih oleh mantan bek kanan timnas Italia, Massimo Oddo. Ia berandil besar mengubah posisi bermain Torreira dari striker, gelandang serang, hingga gelandang jangkar (pivot).

Dari situlah perbandingan dibuat publik dan media mengenai Torreira dengan mantan pemain Pescara yang kini bermain di Paris Saint-Germain (PSG), Marco Verratti.

“Oddo punya gagasan memindahkannya dari peran playmaker di lini tengah ke peran baru dan bermain di depan pertahanan. Inilah satu keputusan yang mengubah kariernya,” ucap Marcello Donatelli, mantan asisten manajer Pescara.

Donatelli yang sudah melihat aksi Torreira di depan matanya, memberi perbandingan yang lebih besar antara Torreira dengan gelandang bertahan terbaik Eropa milik Barcelona, Sergio Busquets.

“Tekniknya, determinasinya, dan kecerdasan taktiknya selalu mengesankan saya. Aspek taktik ketika bertahan selalu jadi titik terkuatnya dan dia sangat dewasa dari segi (pemahaman) taktik untuk membaca permainan. Setelah Sergio Busquets, dia secara taktik gelandang terkuat di Eropa,” puji Donatelli.

Tentu saja Donatelli tidak asal berbicara.

Lanjut Baca lagi