Keseimbangan Bertahan dan Transisi Penyerangan

Arsenal dalam beberapa musim terakhir di era Arsene Wenger selalu mengombinasikan dua pivot bermain dengan peran berbeda: Santi Cazorla-Francis Coquelin dan Granit Xhaka-Aaron Ramsey. Layaknya papan balok yang ditumpuk ke atas, jika salah satu pemain dari pasangan itu tidak bermain, maka sistem bermain Arsenal di tengah jadi berantakkan.

Hadirnya Torreira mengubah situasi tersebut. Ia tidak sekedar gelandang perebut bola ulung, tapi juga pengalir serangan yang cepat dalam melakukan transisi bermain dan membangun serangan. Klub sangat butuh pemain dengan tipe sepertinya di era sepak bola modern.

Plus, Torreira juga memiliki visi bermain melalui akurasi operan yang tinggi. Di Serie A musim 2017-18 dengan Sampdoria, Torreira melakukan total 101 tekel (terbanyak ketiga), operan sebanyak 2188 kali (terbanyak kesembilan), dan memotong jalur bola (interceptions) sebanyak 72 kali (terbanyak keenam).

Dilihat dari data yang lebih terperinci lagi, Torreira ada di lima gelandang top 2017-18 Serie A dari segi operan sukses (1.907 kali) bersama Jorginho, Marek Hamsik, Remo Freuler, dan Miralem Pjanic. Itu baru dari segi operan suksesnya, tekelnya? Pun demikian.

Torreira ada di urutan dua dari lima gelandang top Serie A 2017-18 yang memenangi tekel, sisanya adalah: Lucas Leiva, Nicolo Barella, Allan, dan Paolo Farago. Puas dengan perbandingan statistik tersebut, fans Arsenal? Seharusnya puas.

Unai Emery bak membeli dua pemain dalam diri pemain berusia 22 tahun itu. Torreira bisa bertahan dan juga membangun serangan. Akhir pekan lalu Torreira sudah jadi starter untuk kali pertama di Premier League dan Arsenal menang 2-0 atas Everton, mencatatkan clean sheets pertama musim ini.

Masih berada di usia yang relatif sangat muda, Torreira bisa terus berkembang di Arsenal dan si kecil cabe rawit berpotensi besar mengembalikan kejayaan The Gunners. Ia tipe gelandang yang lebih komplit dari gelandang Chelsea, N’Golo Kante.