Euforia yang Tak Sesuai Harapan di Musim Perdana

Kepastian CLS Knights Indonesia mengikuti ABL memunculkan semangat baru di kalangan penggemar. Ini bisa menjadi bukti bahwa IBL telah merugi karena kehilangan CLS Knights Indonesia.

Sayangnya, di musim perdana, CLS Knights Indonesia hancur lebur di ABL. Persiapan yang minim serta mental yang belum terbentuk membuat CLS Knights Indonesia babak belur menghadapi kekuatan besar Asia seperti Eastern Hong Kong, Singapore Slingers, hingga Alab Pilipinas.

Dari 25 pertandingan yang dijalani. CLS Knights Indonesia hanya memenangi lima gim. Sisanya berakhir kekalahan yang membuat Arif Hidayat dkk. gagal lolos ke playoff.

Berkaca dari pengalaman pertama, CLS Knights Indonesia mulai berbenah. Nakhoda anyar, Brian Rowsom, didatangkan untuk menggembleng para pemain.

Sejumlah pemain baru seperti Maxie Esho, Stephen Hurt, dan Montay Brandon. Namun, di momen yang sama, CLS Knights Indonesia juga kehilangan dua penggawa lokal terbaik mereka, Mario Wuysang yang memutuskan pensiun dan Kaleb Ramot Gemilang yang hijrah ke Stapac Jakarta.

Bermodal skuat baru, perjalanan CLS Knights Indonesia tidak berjalan mulus di awal. Hurt dan Montay Brandon dianggap kurang memberi kontribusi, posisi mereka kemudian digantikan Darryl Watkins dan Douglas Herring.

"Kami berusaha untuk bermain lebih efisien dan produktif saat menyerang. Dan proses tersebut sedang berjalan dengan hadirnya dua pemain baru ini. Dalam beberapa latihan saya melihat Douglas mampu menjaga ritme permainan dengan jiwa kepemimpiannnya di lapangan dan sering memberikan celah kepada para pemain lainnya untuk menembak," tutur Rowsom.

Kehadrian Herring dan Watkins bagai kepingan puzzle yang lama hilang dari CLS Knights Indonesia. Keduanya langsung nyetel dengan permainan tim dan membawa CLs Knights Indonesia merebut kemenangan beruntun hingga lolos ke playoff.

Lanjut Baca lagi