Di puncak kemasyhurannya, keputusan untuk menolak wawancara terbukti menjadi masterpiece lain. Ketika mayoritas pemain menggunakan media mainstream sebagai corong informasi, namun Nakata justru meluncurkan situs pribadi.

Tak heran, situs Nakata.net menarik jutaan page view setiap pekan seiring semakin keranjingannya publik Jepang kepada sang pemain.

Grafik menanjak Nakata di luar lapangan tak lepas dari performa apik Nakata saat bermain. Hanya 18 bulan setelah bergabung pada revolusi Fabio Capello di Roma, Nakata menjadi pemain Jepang pertama yang merengkuh Scudetto.

Meski hanya tampil pada 15 pertandingan, namun Nakata memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi AS Roma. Hal itu terbukti dari aksi Nakata pada duel penentu melawan Juventus. Nakata menjadi inspirasi Roma untuk menyamakan kedudukan usai mencetak gol pada menit ke-79. Pada akhirnya, Roma bermain 2-2 kendati sempat tertinggal 2-0 pada babak pertama.

Namun demikian, Nakata mendambakan menit bermain yang lebih banter. Walhasil, sang pemain angkat kaki ke Parma dengan mahar 28 juta euro pada musim 2001-2002.

Keputusan tersebut berbuah manis. Menjadi pemain kunci di lini tengah, Nakata mengantarkan Gialloblu meraih gelar Coppa Italia. Saat itu, Nakata mencetak satu gol ke gawang Juventus pada leg pertama laga final. Pada akhirnya, Parma menjadi yang terbaik karena agresivitas gol tandang.

Hanya dalam waktu dua musim, Nakata telah mencatatkan sejarah sebagai pemain Jepang yang memenangi Serie A dan Coppa Italia. Tak heran, harapan besar dibebankan di pundak Nakata untuk membawa Jepang berprestasi di Piala Dunia 2002, di kandang sendiri.

Ucapan Selamat Ulang Tahun dari AC Parma untuk Hidetoshi Nakata

Empat musim setelah Piala Dunia 1998, Nakata sudah membuka kaca mata hitam yang menghalangi pandangan sepak bola dunia pada timnas Jepang. Terlebih, saat itu tim Samurai Biru diperkuat empat pemain yag tampil di Eropa.

Pada 14 Juni 2002, langkah Jepang pun dimulai. Pandangan mata dari pelosok dunia menjadi saksi saat Jepang bermain imbang 2-2 melawan Belgia sebelum menang 1-0 atas Rusia lima hari kemudian.

Jepang menghadapi Tunisia pada laga pamungkas Grup H. Daisuke Ichikawa dan kawan-kawan memimpin pada menit ke-48 usai Hiroaki Morishima mencatatkan namanya di papan skor. Laju Jepang ke babak 16 besar kian jejak setelah memperbesar keunggulan menjadi 2-0 pada menit ke-75. Tidak lain dan tidak bukan, Nakata menjadi aktor di balik gol tersebut.

Meski akhirnya disisihkan Turki pada babak 16 besar, kesuksesan Nakata di Italia dan timnas Jepang telah memberikan suntikan inspirasi bagi generasi muda Jepang. Nakata membuktikan karier di Eropa bukanlah bak mendirikan benang basah.

Nakata menasdikkan diri sebagai katalisator sepak bola Jepang di dalam dan luar lapangan. Prestasi di dalam lapangan berjalan lurus dengan kemampuannya menjadi ikon mode yang telah mendapatkan pengakuan dunia. Sang legenda menegaskan jika jalan hidup sebagai bintang lapangan hijau bukanlah fiksasi atau delirium.

Lanjut Baca lagi