Penggambaran soal Cahill itu tidak salah. Dia bukan pendribel bola yang bagus atau pemberi umpan yang akurat. Tapi, Cahill memiliki karakter atau jiwa petarung yang bersemayam dalam dirinya.

“Anda sebutkan laga apapun itu, saya selalu mendorong diri bermain mencapai batas (maksimal),” tutur Cahill. Kelebihan bermain yang paling diingat dari Cahill adalah kemampuan memenangi duel bola udara.

Tinggi badannya hanya 1,80 meter, tapi Cahill bisa melebihi loncatan pemain-pemain yang lebih tinggi. Di sini mungkin tipikal bermainnya itu seperti legenda Persija Jakarta, Bambang Pamungkas. Apa rahasianya, Cahill?

“Ini semua tentang latihan – bekerja dengan sangat intens di pusat kebugaran – tapi juga keinginan kuat. Mereka melakukan tes di pusat kebugaran untuk melihat seberapa tinggi Anda bisa melompat, tapi jika tidak ada bola dan tidak ada tujuannya, saya tidak meloncat tinggi.” Cahill bercerita kepada FourFourTwo.

“Saya cukup beruntung telah mencetak gol dengan tandukkan kepala sepanjang karier saya. Ini masih jadi kekuatan terkuat saya.”

Satu lagi trademark dari bapak empat anak itu adalah selebrasi gol ala petinju. Tiap kali mencetak gol, Cahill selalu mendekati tiang bendera sepak pojok dan meninjunya. Publik cukup penasaran, apa inspirasi Cahill melakukannya?

“Semua itu berawal dari selebrasi kung fu yang saya bantukan koreografinya dengan rekan setim di Australia, Archie Thompson, karena kami memainkan laga-laga itu di komputer,” tambah Cahill.

“Dia punya bayi cowok dan mencetak gol, saya pun demikian – selebrasi saya menjadi sedikit lebih menyenangkan dan sepertinya terus populer. Anak-anak menyukainya dan itu menyangkut di pikiran mereka, dan saya bangga dengannya.”

Lanjut Baca lagi