Mereka tidak punya pilihan lain selain membawa produk akademi, pemain di tim cadangan, pemain anyar, serta beberapa pemain senior yang tersisa ke dalam skuat.

Tidak hanya itu, di saat pemain kembali dari masa liburannya, mereka juga tidak bisa langsung diturunkan untuk bermain layaknya di video game, karena butuh penyesuaian, khususnya dari segi kebugaran untuk tampil di laga kompetitif.

Salah satu 'korban' dari Piala Dunia itu adalah Jose Mourinho, manajer Manchester United. Sepanjang tur pramusim di Amerika Serikat (AS), Mourinho selalu mengeluhkan kondisi pincang skuatnya

"Kami bukanlah tim. Kami sekumpulan pemain dari tim-tim berbeda. Beberapa pemain tim utama, beberapa pemain U23, beberapa datang dari masa peminjaman dan akan kembali dipinjamkan, beberapa lagi lebih muda, U18," papar Mourinho.

"Kami tidak punya sebuah tim untuk dimainkan lebih baik lagi dari apa yang telah kami lakukan, tapi, semua ini lebih seperti sesi latihan."

Keluhan Mourinho semakin menjadi pasca Man United dilumat 1-4 oleh Liverpool di Piala Champions Internasional.

“Hasil ini (kekalahan dari Liverpool) tidak ada kaitannya dengan bala bantuan, bala bantuan adalah (Paul) Pogba, (Marouane) Fellaini, (Victor) Lindelof, (Marcus) Rashford, (Jesse) Lingard, (Nemanja) Matic, dan (Antonio) Valencia. Merekalah bala bantuannya. Ini (skuat sekarang) bukan tim kami, bukan skuat kami,” cetus Mourinho.

“Kami memulai laga dengan hampir separuh pemain yang bahkan tidak pantas ada dalam skuat pada 9 Agustus (laga pembuka Premier League). Mereka tidak akan ada di sini. Ini bukan skuat kami. Bala bantuan, maksud Anda pemain yang ingin saya beli, untuk ditambahkan ke dalam skuat. Namun, itu hal berbeda,” sambungnya.

Lanjut Baca lagi