Jasanya untuk sepak bola Jepang belum usai. Setelah membantu Helmut Schoen menangani Timnas Jerman Barat di Piala Dunia 1966, ia mendapat kontrak dari FIFA. Ia dikirim kembali ke Jepang dan meletakkan dasar struktur kepelatihan pelatih dan menjalankan kursus kepelatihan pada 1969.

Ia juga instruktur FIFA World Youth Academy yang diadakan di Ibaraki pada tahun 1988, dan kembali ke Jepang untuk kesembilan kalinya pada tahun 1989 atas undangan JFA. Ia bekerja sebagai pelatih khusus selama dua tahun.

"Kami dapat mengatakan bahwa sepak bola Jepang tidak dapat dimodernisasi tanpa Dettmar Cramer. Saya dilatih olehnya selama berhari-hari saya bermain dan mempelajari keterampilan dasar secara menyeluruh. Saya masih ingat bahwa kami berlatih terutama tendangan berulang kali. Terima kasih Cramer, Liga Sepakbola Jepang (JSL) didirikan, yang mengarahkan kami untuk mengorganisir J.League," jelas Kuniya Daini, mantan pemain dan pelatih Jepang yang pernah menjabat sebagai Presiden Federasi Sepak Bola Jepang (JFA).

Baca Juga:

Eksklusif Shin Tae-yong: Rahasia Hubungan Handie Talkie dengan Timnas Indonesia U-19

Begini Cara Shin Tae-yong agar Performa Timnas Indonesia U-19 Terus Meningkat Selama TC

"Sepak bola Jepang akan sangat berbeda, tidak berkembang tanpanya. Ia tidak bisa berhenti berbicara tentang sepak bola, yang menunjukkan antusiasmenya yang besar. Saya percaya bahwa hasratnya pada sepak bola tetap sama sampai menit-menit terakhirnya," tambahnya di laman JFA.

Dettmar Cramer masuk Japan Football Hall of Fame. (JFA)

Bapak sepak bola Jepang pun melekat pada Dettmar Cramer. Jasanya sebelumnya juga dihargai melalui 3rd Class Order of the Sacred Treasure oleh Kaisar Hirohito pada 1971 dan Japan Football Association 75th Anniversary Special Achievement Award pada 1996. Ia juga terpilih mengisi Japan Football Hall of Fame pada 2005.

Kontrak panjang dari FIFA terhitung sejak 1967 hingga 1974 juga membawa Cramer berkeliling dunia, termasuk ke Mesir. Ia sempat menangani Timnas Amerika Serikat dan kembali membantu Helmut Schoen saat Jerman Barat mengalahkan Belanda di final Piala Dunia 1974 di Munich.

Sang 'Football Professor' julukan dari Franz Beckenbauer, kemudian menuai sukses bersama Bayern Munchen. Itu setelah sempat mendapat kritik, namun didukung penuh oleh Franz Beckenbauer yang berstatus kapten bersama timnya.

Lanjut Baca lagi