Dengan pilihan terbatas dan keuangan yang pas-pasan, Inter akhirnya menjatuhkan pilihan kepada sang mantan pemain, Cristian Chivu.

Tidak sedikit yang mempertanyakan keputusan itu. Bahkan, sikap skeptis datang dari sejumlah pendukung Inter. Memang, Chivu adalah legenda Inter dalam perjalanan meraih treble winner 2010, tetapi jam terbangnya dirasa belum cukup.

Kekhawatiran akan kemampuan Chivu bisa dipahami. Setelah gantung sepatu di Inter pada 2014, Chivu tidak banyak menukangi tim besar. Usai mengakhiri tugasnya sebagai match analyst di UEFA, Chivu melanjutkan karier sebagai manajer tim muda Inter.

Setelah itu, ia mendapatkan kepercayaan menukangi berbagai kelompok umur di tim Inter Milan. Prestasi terbaiknya adalah membawa Inter Primavera menjadi juara pada musim 2021-2022.

Sementara itu, catatan Chivu pada tim selain akademi Inter hanya seumur jagung. Ia baru 13 kali memimpin Parma di Serie A. Chivu mengambil alih Parma pada pertengahan musim ini.

Namun, bak dua sisi mata uang, Chivu juga punya banyak hal yang ditawarkan untuk Inter. Nerazzurri tentu telah melihat potensi pelatih 44 tahun tersebut.

Cristian Chivu (X/Ben_Mattinson_)

Satu di antara keunggulan Chivu adalah taktiknya yang tidak jauh berbeda dengan Simone Inzaghi. Kedua pelatih itu sama-sama mengandalkan sistem 3-5-2.

Dengan demikian, Inter tidak perlu melakukan perombakan masif dari sisi komposisi skuad. Nerazzurri masih bisa mengandalkan muka-muka lama. Itu adalah nilai plus mengingat hubungan dan kerja sama antarpemain telah berlangsung lama.

Tidak berhenti sampai di situ, karena bukan orang asing, Chivu juga paham dengan lingkungan dan kondisi Inter. Selain pernah menjadi pemain, pengalaman Chivu sebagai pelatih tim akademi tentu membuatnya mengetahui bagaimana manajemen Inter bekerja.

Memang, hal tersebut terdengar sepele. Namun, bekerja sama dengan orang-orang yang sudah dikenal membuat proses adaptasi bisa dipangkas.

Berikutnya, Chivu juga tampil mengesankan bersama Parma. Ia sukses menjalankan misi membawa Parma menjauhi zona degradasi.

Dalam 13 pertandingan bersama Parma, pelatih asal Rumania itu mencatatkan 3 kemenangan, 7 imbang, dan 3 kalah.

Torehan itu termasuk kemenangan melawan Juventus, Bologna, dan Atalanta. Selain itu, Parma di bawah asuhan Chivu juga menahan Napoli dan Inter Milan.

Menurut catatan statistik, jika menjadikan 13 pertandingan terakhir Serie A sebagai tolok ukur, Parma yang dipimpin Chivu menempati urutan ke-11 klasemen. Parma mengoleksi 16 poin dengan membukukan 14 gol dan 13 kali kebobolan.

Muka Lama Rasa Baru