Linimasa Perubahan Peran Lionel Messi

"Seluruh pelatih yang pernah melatih saya selalu meninggalkan kesan, tapi menurut saya yang terpenting dalam karier saya adalah Rijkaard. Jika dia tidak memutuskan untuk memasukkan saya ke tim utama untuk berlatih dan bermain, saya takkan pernah masuk tim utama. Bagi saya, dia orang yang paling penting karena percaya kepada saya."

Tidak salah Messi begitu memandang tinggi sosok Rijkaard. Kepercayaannya mengorbitkan Messi membuka jalan baginya untuk mengukir sejarah di Barcelona.

Rijkaard sudah mengonversi peran Messi sebagai winger kanan, karena di saat Messi diintegrasikan ke tim utama, ada Ronaldinho yang bermain sebagai winger kiri - posisi Messi ketika di Barcelona B.

Baca Juga:

Menanti Serial The Last Dance Versi Lionel Messi

Dua Rekor dalam Target Lionel Messi Jelang Bergulirnya LaLiga 2019-20

9 Pemain Top yang Pernah Dijual Pep Guardiola

Messi diasuh Rijkaard hingga tahun 2008. Namun di eranya, Messi belum menjadi pemain reguler, mengingat Barca masih memiliki pemain senior yang bercokol di posisi Messi, Ludovic Giuly.

Belum lagi, ketika Messi diorbitkan ke tim utama, Ronaldinho berada dalam kondisi prima atau era kejayaannya. Sulit bagi Messi langsung menjadi pilihan utama Rijkaard.

Frank Rijkaard dengan Lionel Messi

Ketika Barca menjuarai Liga Champions 2005-06 dengan mengalahkan Arsenal, Messi bahkan sama sekali tidak berada di bangku cadangan. Trisula lini depan ditempati Ronaldinho, Samuel Eto'o, dan Giuly.

Masa pun berganti. Rijkaard pergi, masuklah Guardiola yang dipromosikan dari Barcelona B. Dengan segudang ide, inovasi taktik, dan gagasan bermain yang memadati otaknya, Guardiola menyulap Barcelona menjadi tim terbaik dunia dengan permainan tiki-taka. Permainan ini seperti versi keren atau modernnya total voetball yang digagas guru sepak bola, Johan Cruyff.

Messi berada di momen yang tepat untuk mengembangkan permainannya. Seiring keberadaan Sergio Busquets, Xavi Hernandez, dan Andres Iniesta di lini tengah, serta duo full-back yang rajin membantu serangan, lini depan jadi semakin bebas meneror pertahanan lawan. Messi menjalin kerja sama di lini depan bersama Eto'o dan Thierry Henry.

Barca di era Guardiola merupakan yang terbaik dalam sepanjang sejarah klub. Baik itu penilaian tentang gaya bermain, atau kesuksesan dari segi trofi, termasuk saat meraih treble winners di tahun 2009. Dalam periode itu juga, peran Messi mulai mengalami perubahan sigfinikan.

Semua dimulai pada 2 Mei 2009, pada laga El Clasico antara Barcelona dengan Real Madrid. Satu hari sebelum laga, di saat semua berada di masa tenang dan santai menjelang pertandingan, Guardiola masih berdiam di kantornya.

Dengan alunan musik yang tenang, ia mencoret-coret kertas, menyaksikan video pertandingan Madrid, dan menganalisa kekurangan serta kelebihan tim asuhan Juande Ramos yang belum pernah kalah selama 18 laga beruntun.

Meditasi yang dilakukan Guardiola itu menemui titik cerah, ketika sebuah ide brilian terbelesit di pikirannya, ide tentang cara mengalahkan Madrid dan tentunya, melibatkan Messi.

Pep Guardiola dan Lionel Messi

Tanpa tedeng aling-aling, dia menelepon Messi, "Leo, ini Pep. Saya baru saja melihat sesuatu yang penting. Sangat penting. Mengapa Anda tidak datang. Tolong, sekarang."

Messi datang tanpa tahu apa yang diinginkan Guardiola. Namun, Guardiola menjelaskannya dengan sangat mendetail.

"Besok di Madrid, saya ingin Anda memulai dari sayap seperti biasa, tapi di saat saya memberi tanda, saya ingin Anda bergerak menjauh dari gelandang dan bergerak di ruang yang saya perlihatkan kepada Anda," ucap Guardiola.

"Di saat Xavi atau Iniesta berlari di garis tengah dan memberikan Anda bola, saya ingin Anda berlari langsung ke gawang (Iker) Casillas." Messi pun memahaminya. Guardiola lega. Keduanya pulang ke rumah dan beristirahat.

Di hari pertandingan, Guardiola baru memberitahukan gagasan barunya kepada asisten pelatihnya, Tito Villanova. Sesaat sebelum kick off pertandingan, Guardiola memberitahu Xavi dan Iniesta, "Ketika Anda melihat Leo di ruang antara lini tengah dan belakang lawan, jangan ragu. Berikan dia bola."

Benar saja, peran baru yang diberikan Guardiola kepada Messi sukses mengobrak-abrik pertahanan Madrid, yang digalang Fabio Cannavaro dan Christoph Metzelder. Peran itu adalah false 9 alias penyerang semu. Barca menang 6-2. Messi mencetak dua gol dan menginspirasi kemenangan timnya.

Lionel Messi melawan Christoph Metzelder

Kunci keberhasilan Barca menaklukkan Madrid dengan skor telak ada pada efek kejut yang diberikan Guardiola kepada Messi. Tidak ada yang menduga, Messi bermain di ruang yang berada di antara lini tengah dan belakang. Metzelder, bek tengah Madrid, bingung menghadapinya.

"Fabio dan saya melihat satu sama lain. 'Apa yang kami lakukan? Apakah kami harus mengikutinya ke tengah atau tetap bertahan dalam?' Kami tak punya ide (menghentikan Messi)" ucap Metzelder.

Keberhasilan Guardiola memainkan taktik false 9 itu juga tidak lepas dari kejeniusan Messi dalam mengintepretasikan peran barunya.

Tidak semua pemain dapat bermain bagus di posisi tersebut. Taktik Guardiola menginspirasi dunia sepak bola. Di sisi lain, taktiknya itu juga berperan penting memberikan Messi wawasan bermain di posisi baru.

Lanjut Baca lagi