Intensitas yang sama juga masih ditunjukkan oleh penggawa Tim Merah-Putih Junior, setelah pemain-pemain FC UNY memutuskan untuk melakukan relokasi bola dengan melibatkan penjaga gawang ketika melakukan build-up. Namun, intensitas ini tidak diikuti dengan pergeseran yang terkoordinasi dengan baik.

Fullback kiri FC UNY dapat dengan leluasa memosisikan dirinya bebas dari pengawalan, sehingga membuatnya tersedia sebagai outlet untuk keluar dari pressing timnas U-19. Hanya saja Timnas U-19 sedikit terbantu dengan ukuran lapangan di Stadion UNY yang sedikit lebih kecil dari ukuran normal.

Sehingga meskipun mereka tidak terkoordinasi dengan baik, akan tetapi mereka dapat segera berada di zona yang tepat untuk menutup progresi selanjutnya. Beberapa sentuhan yang buruk dari fullback sisi kiri FC UNY juga membantu mereka untuk segera mengaplikasikan pressure.

Selain itu rotasi posisi yang tidak berjalan dengan baik oleh pemain-pemain di area kanan juga mempermudah Timnas U-19 untuk mengisolasi fullback kiri FC UNY yang berada di area sentral. Setelah terjadi relokasi bola (saat build-up) gelandang kanan FC UNY berusaha kembali ke posisinya di area yang lebih tinggi.

Tetapi, hal ini sering tidak dibarengi oleh pergerakan fullback kanan FC UNY ke area sentral, untuk mempertahankan koneksi untuk mensirkulasikan bola. Terkadang jugafullback kanan ini salah dalam memosisikan dirinya di area sentral.

(Sumber: Bola)

Beberapa improvisasi dilakukan oleh FC UNY untuk mengatasi hal ini. Salah satunya dengan penyerang tengah mereka yang bergerak turun jauh hingga ke area sentral untuk memberikan koneksi. Pergerakan ini juga memanfaatkan buruknya koordinasi pergeseran blok struktural Tim Garuda Muda, di mana jarak antar pemain dalam blok mereka cukup longgar.

Dalam beberapa kesempatan hal ini mampu membuat FC UNY keluar dari tekanan dan mengalirkan bola ke depan. Hanya saja beberapa keputusan buruk membuat usaha ini sia-sia. Koneksi yang terputus saat build-up Ketika melakukan konstruksi serangan dari bawah, anak asuh Eduard Tjong membentuk struktur 1-4-2-4 dengan posisi fullbackmereka yang cukup rendah.

Posisi rendah oleh fullback mereka ini sangat membantu dalam menstabilkan sirkulasi bola di lini pertama. Hanya saja sirkulasi yang stabil ini tidak dibarengi dengan koneksi yang baik untuk mendukung progresi bola. Hanya terdapat dua pemain tengah membuat FC UNY dapat dengan mudah mengontrol jalur operan ke area sentral dan memutus koneksi build-up Timnas Indonesia U-19.

(Sumber: Bola)

Untung saja, tekanan FC UNY tidak terkoordinasi dengan baik. Terutama oleh gelandang dan sayap yang berada di ruang dekat bola. Keduanya sering bergerak naik bersamaan ketika melakukan pergeseran blok struktural, di mana ruang progresi bola masih belum sepenuhnya dikontrol dengan stabil. Hal ini menyebabkan terbukanya ruang di belakang mereka yang dapat dieksploitasi oleh timnas u-19 dengan sebuah pola yang sangat sederhana.

Salah satu dari empat pemain terdepan yang berada di ruang dekat bola, akan bergerak turun untuk menerima operan vertikal dari empat pemain di lini pertama. Pergerakan ini memiliki dua konsekuensi bagi FC UNY.

Pertama, jika mereka berusaha mengikuti pemain yang bergerak turun ini maka mereka akan keluar dari posisinya. Kedua, jika mereka tetap berdiri mempertahankan posisinya maka pemain yang menerima bola dapat meyesuaikan sudut tubuhnya dengan mudah dan menghadap ke depan untuk meneruskan progresi selanjutnya.

Lanjut Baca lagi