2. Transformasi Peran N'Golo Kante

N'Golo Kante duel dengan Oleksandr Zinchenko

Niatan baik Sarri untuk mengubah peran Kante dari sekedar gelandang bertahan, tukang perebut bola, pelapis lini belakang, memang bagus. Namun, secara tidak langsung transformasinya mengganggu keseimbangan Chelsea.

Kante bukan Paul Pogba yang diberkahi kemampuan teknik dan visi bermain yang bagus. Kemampuan terbaik pemain berusia 27 tahun baru akan terlihat apabila dia ditempatkan di posisi aslinya. Sarri tidak menyadarinya.

Otomatis, dalam taktik 4-3-3, ketika Kante naik ke depan (box to box) ia meninggalkan celah di lini tengah dan membiarkan Jorginho bekerja sendirian dalam fase bertahan. Satu gelandang lainnya, entah Kovacic atau Barkley, juga diperankan seperti Kante.

Jorginho pun terekspos lawan dan jika lawan mencuri bola di lini tengah, lalu kemudian melancarkan serangan balik, maka mereka sudah langsung berhadapan dengan pertahanan Chelsea.

Kante musim ini seolah benar-benar sudah melupakan peran yang membuatnya memenangi dua titel Premier League, satu Piala Dunia 2018, dan jadi yang terbaik di Eropa dengan posisi gelandang bertahan.

Kante telah mencetak tiga gol, memberi empat assists, empat kali menciptakan peluang, dan 29 persen akurasi ketika melakukan umpan silang. Statistik itu tidak akan bisa dilihat darinya selama tiga musim terakhir.

Tapi untuk musim ini, transformasi peran Kante benar-benar mengundang lawan untuk menyerang Jorginho dan melancarkan serangan balik cepat.

Lanjut Baca lagi