1. Kengototan Maurizio Sarri

Maurizio Sarri

Selama dua musim terakhir Chelsea dilatih Antonio Conte, klub sukses meraih titel Premier League dan Piala FA. Pendekatan Conte dengan gaya mainnya yang cenderung hati-hati, defensif, memang bukan yang terbaik, tapi paling tidak efektif.

Satu hal lagi yang membedakan Conte dengan Sarri adalah keterbukaannya menerima kritikan dan masukan. Setidaknya Conte paham jika satu sistem tidak berjalan, maka dia akan mencoba sistem lainnya hingga berhasil.

Conte tidak langsung menerapkan formasi tiga bek dan terlebih dahulu menguji taktik 4-3-3 hingga 4-2-4. Itu sangat berbeda dari Sarri yang masih bersikukuh dengan 4-3-3, meski lawan sudah memprediksi permainan mereka.

Parahnya lagi, beberapa pemain yang tampil di bawah rata-rata atau buruk tetap saja dimainkannya sebagai starter (pemilihan pemain ini berlanjut ke poin 3). Chelsea pun terbilang monoton.

"Maurizio Sarri telah mengganti Ross Barkley dan Mateo Kovacic dengan luar biasa sebanyak 19 kali musim ini. Manajer Chelsea tetap mentok dengan caranya dan juga tekanan pada dirinya," tulis artikel di Dailymail.

Kutipan itu memperlihatkan betapa keras kepalanya Sarri dalam memilih pemain atau menerapkan taktik. Sarri seolah tidak punya opsi B apabila opsi bermain A gagal.

Alhasil, mudah sekali memprediksi tiap lawan jika bertemu Chelsea dengan pola pikir yang kurang lebihnya seperti ini.

"Chelsea akan bermain dengan taktik 4-3-3, mengandalkan Jorginho sebagai pengatur ritme bermain, N'Golo Kante akan lebih banyak lari ke depan membantu serangan, dan bola sudah pasti diberikan kepada Eden Hazard yang dibiarkan berkreasi."

Lanjut Baca lagi