Salah satu hal yang jadi sorotan situasi Teco adalah hobi memilih pemain senior. Teco selalu menempatkan pemain senior, terutama di pos belakang untuk mendampingi pemain asing.

Ketika menangani Persija Jakarta, Teco memilih Maman Abdurrahman untuk berduet dengan Willian Pacheco pada 2017 dan Jaimerson Xavier pada 2018.

Lalu, ketika menangani Bali United, Teco memilih Leonard Tupamahu untuk mendampingi Pacheco pada 2019 dan 2021-2022. Teco juga mendatangkan pemain-pemain senior, seperti Ramdani Lestaluhu dan Hariono.

Tak ada yang salah jika tolok ukurnya adalah Liga 1. Maman dan Leonard terbukti menjadi kunci keberhasilan mengamankan tiga gelar Liga 1. Namun ketika bermain di level Asia, Persija dan Bali United tak bisa berbuat banyak.

Tim yang dibesut Teco juga terbilang memainkan strategi monoton. Persija dan Bali United dominan mendapatkan gol dari crossing serta bola mati. Dua kelebihan tim besutan Teco itu bisa dengan mudah dibaca tim-tim Asia.

Hobi Teco itu berbanding terbalik dengan Shin Tae-yong. Pelatih asal Korea Selatan ini pilih memainkan para pemain muda. Makanya, Pratama Arhan yang baru berusia 22 tahun sudah mencatatkan 42 caps bersama tim nasional senior.

Keputusan Shin Tae-yong terbukti tepat. Setelah berproses cukup lama, Indonesia membuat sejarah dengan lolos ke babak 16 besar Piala Asia 2023.

Indonesia tercatat menjadi tim termuda dengan rataan usia 23,88 tahun. Marselino Ferdinan menjadi pencetak gol termuda keempat dalam sejarah Piala Asia.

Pelatih Bali United, Stefano Cugurra Teco. (Bali United)

3. Kegagalan Simon McMenemy