2. Kualitas Pesaing Meningkat

Saat juara bertahan berjuang membangkitkan motivasi, para pesaing terpacu untuk memperbaiki diri dan semakin berambisi mengalahkan mereka.

Semua tim ingin menjadi penakluk sang juara. Para rival bakal tampil lebih ganas tiap kali menghadapi sang juara. Sedangkan tim lain berambisi membuat kejutan.

Di samping itu, para pesaing memiliki keunggulan yang tidak dimiliki sang juara bertahan. Klub rival justru lebih mengetahui apa yang harus dilakukan. Pasalnya mereka akan mencari tahu cetak biru kesuksesan sang juara.

Dengan demikian, pada pesaing acap sudah memiliki cara bagaimana menghentikan sang juara di musim baru. Hal ini sudah terjadi pada Leicester City dan Chelsea yang menjadi juara pada 2015-16 dan 2016-17. Setelah Leicester menjadi juara, semua tim tahu permainan yang menjadi andalan sang kampiun. Leicester dikenal mematikan lewat serangan balik yang mengandalkan kecepatan pemainnya. Hasilnya, semua tim melakukan pendekatan berbeda saat menghadapi Leicester. Senjata andalan Leicester pun tidak lagi membahayakan.

Pun dengan Chelsea yang menjadi juara setelah Antonio Conte mengejutkan Premier League dengan menggunakan tiga bek tengah dan lima gelandang. Namun, pada musim berikutnya, banyak tim yang mengadopsi permainan serupa. Lawan Chelsea sudah belajar bagaimana menghadapi mereka. Chelsea pun tidak lagi memiliki elemen kejutan.

Lanjut Baca lagi