SOS: Sepak Bola Bukan Alat Politik Praktis
BolaSkor.com - Sepak bola nasional saat ini masih perlu pembenahan di berbagai sisi. Mulai dari kompetisi di tiap level masih kusut, Tim Nasional, sarana-prasarana, hingga pembinaan pemain muda.
Semua itu tentu perlu fokus dan perhatian khusus, terutama dari orang nomor satu di Federasi Sepak Bola Indonesia, sang Ketua Umum Letjen Edy Rahmayadi. Namun, belakangan muncul anggapan Edy Rahmayadi menjadikan jabatan di PSSI hanya sebagai batu loncatan. Pasalnya, selama ini sepak bola memang acap dijadikan kendaraan politik yang efektif.
"Sejauh ini begitulah yang dilihat dari kacamata para politisi. Jangan sampai ke depannya jadi preseden buat masa depan PSSI. Bahwa sepak bola (baca: pssi) sekadar jadi batu loncatan politik," ujar Akmal Marhali, koordinator Save Our Soccer (SOS).
"Bisa jadi politiknya lebih menonjol daripada sepak bolanya. Pengalaman mengatakan demikian. Era Nurdin (Halid), Djohar (Arifin), La Nyalla (Mattaliti) bahkan sampai era Edy Rahmayadi saat ini," lanjutnya.
Jika sepak bola terus menjadi kendaraan politik, tentunya tak akan baik bagi perkembangan sepak bola Indonesia yang ingin menjadi profesional.
"Kalau dalam kacamata politik ya wajar, politikus akan memanfaatkan segalanya untuk kepentingan politiknya. Dalam politik tak ada kawan abadi dan musuh abadi. Yang abadi hanya tujuannya. Dalam perspektif olahraga, sepak bola, ini harus dihindari. Sepak bola itu hakikatnya sportif dan fairplay," papar Akmal.
"Sepak bola harus bicara tentang sepak bola. Tidak dicampuradukkan dengan politik. Sepak bola bukan alat politik praktis. Sepak bola alat perjuangan bangsa lewat medium olahraga," jelasnya.
SOS juga menyatakan ketika sepak bola dicampuradukkan dengan politik maka yang menonjol adalah politiknya yang tidak sportof dan fairplay. Sepakbola dalam perkembangannya harus dikelola oleh orang-orang yang profesional.
Karena itu SOS menyarankan pengelola sepak bola yang mendua harus memilih salah satunya.
"Ketika sepak bola dijadikan tunggangan politik maka akan hilang jatidirinya. Kita sudah mengalami ini semua. Sepak bola kita berantakan karena dicampuradukan dengan politik praktis."
Yusuf Abdillah
9.643
Berita Terkait
Cari Suksesor Patrick Kluivert, PSSI Pantau Pelatih Timnas Republik Irlandia
Kualifikasi Piala Dunia 2026: Surat Protes PSSI soal Wasit di Putaran Empat Tak Digubris, Timnas Indonesia Perlu Hati-hati
Erick Thohir Jadi Kandidat Menpora, Isu Mundur dari Jabatan Ketua Umum PSSI Mencuat
Resmi, Alexander Zwiers Jadi Direktur Teknik PSSI yang Baru
Resmi, PSSI Akhiri Kerja Sama dengan Indra Sjafri sebagai Pelatih Timnas Indonesia U-20
Profil Patrick Kluivert, Pelatih Keenam dari Belanda yang Melatih Timnas Indonesia
Target Patrick Kluivert: Loloskan Timnas Indonesia ke Piala Dunia 2026
Alasan Patrick Kluivert Langsung Terima Tawaran Latih Timnas Indonesia
Patrick Kluivert Datang, Ini 5 Pelatih Belanda yang Pernah Tangani Timnas Indonesia
Profil Denny Landzaat, Pria Berdarah Maluku Calon Asisten Patrick Kluivert di Timnas Indonesia